Share

Part 2

Penulis: Ade Tiwi
last update Terakhir Diperbarui: 2020-11-26 11:22:28

"Assalamu'alaikum, kakak pulang!" ucap seorang pria begitu membuka pintu rumahnya.

"Wa'alaikumsalam." jawab Tisha senang karena akhirnya sang kakak pulang.

"Apa Sekar sudah pulang sayang?" Tisha mengangguk.

"Barusan saja pulang kak."

"Apa kau sudah makan malam?" Tisha mengangguk lagi.

"Baiklah, kalau begitu kakak mau mandi dulu, gerah banget soalnya." Gavin melangkah ke kamar mandi.

Tisha kembali duduk di ruang tamu, menunggu kakaknya selesai mandi.

Tak berapa lama kemudian Gavin selesai mandi dan sudah memakai pakaiannya, ia menghampiri sang adik dan memeluk pinggang rampingnya.

Ia kecup rambutnya yang sangat wangi, aromanya membuat Gavin kecanduan untuk mencium rambut adiknya.

"Kakak lapar sayang." aduh Gavin.

"Sebaiknya kakak makan malam dulu." usulnya yang di angguki Gavin.

"Ya sudah, kakak makan dulu ya cantik." Tisha mengangguk.

Selesai makan Gavin melihat adiknya yang tertidur di sofa ruang tamu, dengan cepat ia menggendong adiknya masuk ke dalam kamar. di letakkannya dengan lembut Tisha ke ranjang, seakan Tisha itu sebuah kaca yang takut pecah apabila Gavin meletakkannya kuat.

Ia selimuti tubuh adiknya, di kecupnya lama kening Tisha. setelahnya ia keluar dan masuk ke dalam kamarnya sendiri.

*********

"Tisha, kau tunggu disini saja ya sayang." ucap Gavin menyuruh adiknya tetap duduk menunggu dia siap olahraga.

"Iya kak." 

Tisha duduk dengan diam di sebuah bangku taman, Gavin awalnya menolak Tisha untuk ikut dengannya, tapi ia tetap bersikukuh untuk ikut, mau gak mau Gavin pun menurutinya.

Tiba-tiba saja seseorang terjatuh di hadapan Tisha, membuat Tisha kaget ketakutan. 

"Siapa kau?" tanya Tisha memegang erat tongkatnya.

"Maaf nona, aku tidak sengaja tersandung kakimu." ucapnya membela diri.

"Tunggu dulu, apa kau buta?" tanya orang itu yang ternyata seorang pria.

Tisha semakin ketakutan dan bangkit, ia berusaha berjalan menggunakan tongkatnya. meskipun beberapa kali ia terjatuh karena tidak fokus, terlebih tangannya sangat gemetaran.

Seseorang yang menabrak Tisha tadi masuk ke dalam mobil mewah. "Apakah benar gadis itu buta?" tanya pria yang duduk di sebelah supir.

"Iya Tuan, gadis itu buta!" 

Pria yang di panggil Tuan itu memejamkan matanya, setelah mendengar kenyataan bahwa gadis yang ia tabrak 5 tahun lalu ternyata buta.

"Aku sudah terlalu jahat melakukan ini semua." gumamnya lirih.

"Jalankan mobilnya!" perintahnya pada sang supir yang langsung di patuhi.

Tisha terus berjalan tak tentu arah karena rasa panik yang melanda, sekali lagi ia jatuh tersungkur membuat lututnya berdarah. ia menangis meratapi dirinya yang terlalu lemah.

Orang-orang yang berlalu lalang hanya melihat Tisha begitu saja, tanpa ada yang berniat untuk sekedar membantunya.

Gavin yang telah selesai dari lari paginya, panik saat melihat Tisha tidak ada di bangku yang sebelumnya dia suruh. 

"Kemana adikku?" gumamnya panik.

Gavin mencari Tisha sambil terus memanggil-manggil namanya, ia terus mencari sampai matanya menangkap sosok wanita yang duduk di tepi jalan, wanita itu menundukkan kepalanya saat dua orang wanita yang berdiri di depannya mengatakan sesuatu.

"Mbak, kalau buta sebaiknya di rumah saja. jangan keluyuran di jalanan begini, bikin repot orang saja, kalau mbak ketabrak gimana?" ucap seorang wanita pada Tisha.

Gavin yang melihat itu pun emosi, adiknya kesayangannya di marahin orang lain. 

"Jawab dong mbak!" bentak wanita satu lagi membuat Tisha tersentak.

"Jangan marahin adik saya!" teriak Gavin marah.

Kedua wanita tersebut menoleh ke arah Gavin, Gavin berjongkok memegang tangan adiknya untuk bangun agar berdiri.

Merasa kakaknya ada disini membuat senyum ceria Tisha terbit, ia meremas genggaman tangan kakaknya. menyalurkan rasa takutnya pada sang kakak.

"Adik saya memang buta, tapi bukan berarti kalian bisa seenaknya saja menghinanya." jelas Gavin.

"Mas kalau punya adik yang buta itu seharusnya di jagain, bukannya ngebiarin adiknya keluyuran begini." 

"Mas tau gak, adik mas ini hampir aja di tabrak mobil." omel kedua wanita itu.

Gavin yang mendengar itu pun merasa tercubit hatinya, ia lirik adiknya yang semakin menunduk ketakutan, juga remasan pada tangannya yang semakin kuat.

"Maafkan saya ibu-ibu, saya lalai dalam menjaga adik saya, sekali lagi maafin saya." ucap Gavin akhirnya meminta maaf.

"Yaudah deh mas gak apa-apa." 

"Kami juga minta maaf ya mas, karena tadi udah bentak-bentak adik masnya. maafin ya neng!" setelah mengatakan itu, kedua wanita tersebut pergi.

Gavin membalikkan badannya menghadap Tisha, ia angkat dagu Tisha agar tidak menunduk.

"Tisha mau kemana emangnya?" tanya Gavin lembut.

"Maafin Tisha kak, tadi ada orang yang mengganggu Tisha." ucapnya menjelaskan.

"Maksudnya?" Gavin mengerutkan dahinya bingung.

"Ada seorang pria yang tiba-tiba jatuh di hadapan Tisha di bangku taman tadi." 

Gavin menghela napasnya dan tak sengaja matanya melihat lutut Tisha yang berdarah.

"Kenapa dengan lutut mu?" 

"Tadi jatuh kak saat berjalan." 

Tanpa banyak bertanya lagi Gavin menggendong tubuhnya, Tisha reflek mengalungkan kedua tangannya di leher Gavin, setelah sebelumnya meraba-raba dimana letak leher sang kakak.

Jantung Tisha berdetak kencang, ada perasaan aneh yang hadir saat dirinya berdekatan dengan sang kakak, perasaan seperti nyaman dan hangat.

Gavin menghentikan langkahnya saat Tisha meraba-raba wajahnya. mulai dari mata, hidung, pipi, terakhir bibir dan dagu lalu kembali ke hidungnya.

"Kau memiliki hidung yang mancung kak." ucapnya masih meraba-raba.

Tisha meneteskan air matanya, membuat Gavin menatap sedih ke arahnya.

"Aku penasaran dengan wajah kakak ku yang sekarang! aku ingin sekali melihat wajahmu lagi kak." ungkapnya sedih.

Gavin pun tak kuasa menahan air matanya. "suatu saat nanti kau pasti akan melihat wajahku lagi, tak hanya itu kau juga akan melihat indahnya dunia." ucap Gavin memberi semangat.

Tisha terkekeh pelan. "ah, aku sudah tidak sabar menunggu waktu itu akan datang kak." 

Di kecupnya ringan bibir sang adik, hanya sapuan kecupan ringan namun mampu membuat Tisha mengerjapkan matanya, serta membuat detak jantungnya berdetak semakin kencang.

"Bersabarlah sampai menunggu saat itu sayang." lirih Gavin berbisik mesra di telinga Tisha.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dia segalanya bagiku (Indonesia)   Part 43

    Seorang gadis tengah menatap ke arah luar jendela rumah sakit dengan senyum mengembang, setelah selesai melewati rangakaian operasi dua minggu yang lalu. kini akhirnya Tisha sudah bisa melihat kembali seperti sedia kala.Cklek..."Tisha...." suara Sekar masuk ke ruangan dan memanggil namanya."Kau ini, kenapa kau sangat suka sekali melihat dari jendela rumah sakit?" tanya Sekar menggelengkan kepalanya melihat tingkah Tisha."Karena aku suka," jawabnya membalikkannya badan menghadap Sekar."Kapan Gavin akan menjemputku?" tanyanya merengek."Aku bosan jika kau, Fikar, tante Liana, dan om Darma saja yang datang ke rumah sakit melihat ku." "Bukankah kau sudah bertemu dengan Gavin." "Hanya lewat foto mana puas, aisshh, sebenarnya apa yang sedang kalian rencanakan?" Tisha menaikan sebelah alisnya tanda curiga."Se__sembunyikan apa

  • Dia segalanya bagiku (Indonesia)   Part 42

    "Tisha, aku mencintaimu.""Aku juga mencintaimu Gavin." balasan ungkapan cinta dari Tisha untuk Gavin."Mari kita mulai kehidupan yang baru, awal yang baru untuk kita. kau mau kan sayang?" tanya Gavin yang di angguki Tisha.Gavin semakin mempererat pelukannya, rasa bahagia membuncah di hatinya melihat respon sang wanita pujaan hatinya.Dua orang manusia berbeda jenis kelamin masuk, dan tersentak kaget melihat pemandangan di depannya. namun rasa bahagia tak dapat mereka pungkiri."Wowowow, apa-apaan ini." goda Fikar.Cengkeraman tangan Tisha begitu kuat di baju Gavin, Gavin terperanjat jika ketakutan Tisha memicu karena kehadiran Fikar di tengah-tengah mereka."Berhenti di situ Fikar!" titah Gavin."Ke--kenapa?" tanya Fikar heran."Tisha takut denganmu.""Apa?" Fikar lemas mendengarnya namun malah terlihat lebay.

  • Dia segalanya bagiku (Indonesia)   Part 41

    Sekar berjalan cepat menemui Gavin dan Fikar yang sedang berada di teras rumah, Sekar sudah tak sabar ingin mengatakan kepada dua lelaki itu, jika Tisha sudah menyetujui rencana mereka."Gavin!" panggil Sekar di ambang pintu.Fikar merasa sedih karena namanya tidak di panggil oleh Sekar, tapi sekuat tenaga ia bersikap biasa saja."Ada apa Sekar? kenapa wajahmu terlihat sama bahagia sekali?" tanya Gavin penasaran dengan ekspresi wajah bahagia Sekar sekarang ini."Tentu saja aku bahagia, sebab...?" Sekar menaikkan alisnya menggoda Gavin."Sebab?" Gavin semakin penasaran dengan lanjutan kalimat Sekar."Rencana kita berhasil!""Rencana?" tanya Gavin yang masih belum mengerti arah pembicaraan Sekar."Astaga! kau masih belum mengerti juga Gavin?"Kepala Gavin menggeleng, Sekar menepuk jidatnya melihat Gavin yang bel

  • Dia segalanya bagiku (Indonesia)   Part 40

    Sekar mematung di tempatnya saat di depannya Fikar tengah berdiri menjulang menatapnya tajam. Sekar menelan air liurnya sendiri di tatap seperti itu, Fikar melangkah mendekat ke arahnya.Satu, dua langkah perlahan Fikar semakin dekat. saat itu juga Sekar melangkah mundur hingga mentok ke dinding tembok. Sekar tak bisa mundur lagi, Fikar menyeringai senang, di himpitnya tubuh Sekar dengan tubuhnya.Dengan cool-nya Fikar menempelkan kedua telapak tangannya di tembok, sehingga posisi mereka terlihat sangat ingin dengan Fikar yang mengurung tubuh Sekar."Sudah puas bermain-mainnya?" tanya Sekar tajam.Nafas Sekar tercekat, di tundukkan kepalanya ke bawah. Fikar yang gemas pun memegang dagu Sekar, di angkatnya wajah Sekar agar mendongak ke arahnya."Aku bertanya, kenapa kau tidak menjawab. huh?" geram Fikar dengan keterdiaman Sekar, sebelah tangan Fikar yang bebas mencengkram bahu Sekar kuat.

  • Dia segalanya bagiku (Indonesia)   Part 39

    Praaanngggg."Astaga! apalagi sekarang ini." dengan tergesa Fikar berlari masuk ke dalam rumah Gavin saat mendengar suara benda jatuh.Cklek.Fikar mematung di tempatnya saat melihat tubuh meringkuk ketakutan Tisha, wanita itu memeluk erat dirinya sendiri. Fikar melihat gelas kaca yang pecah, sedikit bisa bernafas lega karena Tisha tidak terluka."Sudah dua gelas kaca yang di pecahkannya hari ini." ucap batin Fikar.Fikar ingin sekali memeluk tubuh Tisha, memberinya ketenangan karena jujur saat ini Tisha terlihat seperti ketakutan."Kak Gavin...." panggilnya lirih menyebut nama Gavin.Fikar tertegun mendengarnya, bagaimana sekarang ini? Tisha merindukan Gavin.Tak lama tubuh Tisha terkulai lemas merosot ke lantai, Fikar panik langsung berlari ke arahnya mengangkat tubuhnya mungil Tisha. menggendong membawanya masuk ke dalam kamar.F

  • Dia segalanya bagiku (Indonesia)   Part 38

    Fikar menggeram kesal pada sang kakak, entah sudah panggilan telepon yang ke berapa ia menghubungi Gavin. tapi pria itu tak kunjung mengangkatnya, hampir satu harian menjaga Tisha membuatnya letih. hei ayolah! Fikar juga butuh kebebasan dan bekerja, ia bukanlah seorang pengangguran bung."Siallll!" maki Fikar pada ponselnya.Saat ini ia tengah duduk di luar rumah Gavin, melihat Tisha semakin menambah pusing di kepalanya. wanita menyuruh pergi semua orang seakan-akan ia bisa sendiri melakukan banyak hal, apa dia tidak sadar dengan kondisinya sendiri.."Huffftt, Sekar." tiba-tiba saja Fikar merasa rindu dengan wanitanya.Wanita yang selama beberapa waktu ini menjungkir balikkan hidupnya, mengacak-acak pikirannya. memporak-porandakan hatinya yang selama ini hanya di isi dengan nama Tisha, tapi kali ini sudah berganti dan di isi penuh dengan namanya.Membuat perasaan bahagia membuncah di dadanya walau h

  • Dia segalanya bagiku (Indonesia)   Part 37

    "Kau bisa membantuku?" tanya Gavin serius menatap Sekar dengan tatapan memohon."Bantu kamu untuk?""Jagain Tisha." pintanya sendu."Apa? jagain Tisha?" Gavin mengangguk."Bu--bukannya kau sudah memecat ku Gav?" tanya Sekar mengingatkan Gavin."Ini berbeda!" risau Gavin mengacak rambutnya."Setelah kau tak ada, keadaan semakin berbeda Sekar. banyak hal yang terjadi di hidup kami, semuanya semakin kacau.""Ma--maksudnya?" Sekar semakin bingung dengan ucapan Gavin."Kau tau Fikar?"Deg.Nama itu lagi, nama pria yang menjadi alasan bagi Sekar lari dan bersembunyi."Apa Fikar yang dimaksud Gavin adalah Fikar yang sama?" ucap batin Sekar bertanya-tanya.Memang Sekar tahu jika Fikar yang selama ini mendekati Tisha dan berusaha membuat wanita itu jatuh cinta adalah orang

  • Dia segalanya bagiku (Indonesia)   Part 36

    Seorang gadis tengah berjalan menapaki jalanan yang terasa sepi, terlalu lama bersembunyi membuatnya lelah. akhirnya ia memutuskan untuk berani keluar dengan sedikit bebas, walaupun kata hati-hati itu ada.Ia harus selalu waspada akan sosok seseorang yang beberapa waktu ini menjadi alasannya untuk kabur dan bersembunyi. takut jika ia bertemu lagi dengan pria itu. ya, seorang pria yang sudah menjungkir balikkan hidup dan hatinya.Saat asyik berjalan, tak sengaja sepasang netra indah milik wanita itu melihat gestur tubuh seseorang yang sangat di kenalnya. punggung kokoh milik pria yang selama ini sangat ia cintai.Perlahan ia berjalan mendekati pria itu, kemudian menepuk bahunya dari belakang. pria itu menoleh ke belakang dan terkejut mendapati dirinya."Sekar!" pekik Gavin kaget."Ah, ternyata benar ini kamu Gav." ucap Sekar tersenyum bahagia.Gavin melihat penampilan Sekar dari atas

  • Dia segalanya bagiku (Indonesia)   Part 35

    "Aku memang tidak akan meninggalkanmu, tapi__" Tisha menggantungkan kalimatnya, membuat rasa penasaran Gavin meningkat menunggu kelanjutan kalimatnya."Kau yang akan pergi meninggalkanku!""Tidak! tidak akan ada yang pergi saling meninggalkan di antara kita." tolak Gavin tak terima."Kau ini manusia yang sangat egois sekali!" sinis Tisha mengejek."Aku tahu kau kasihan padaku kan, sampai kau tak ingin meninggalkan ku.""Tisha apa yang kau katakan sebenarnya!" bentak Gavin merasa tak tahan lagi dengan tingkah Tisha yang seperti ini."Kalau begitu pilihlah salah satu diantara dua pilihan itu. kau atau aku yang pergi meninggalkan rumah ini?!""Tisha__""Aku tidak butuh ocehanmu, yang aku butuhkan adalah jawaban mu, Gavin. aku yang pergi atau kau yang pergi!"Tubuh Gavin jatuh luruh ke bawah, perkataan Tisha membuat seluruh

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status