Share

Part 5

Suasana kantin yang riuh dengan berbagai ucapan para siswa-siswi yang membeli makanan seketika berganti dengan pekikan heboh kala tujuh siswa most wanted boy berjalan memasuki area kantin. Walaupun posisi ketujuhnya masih berada di luar. Namun, pekikan histeris para siswi sampai di kantin indoor.

Tujuh siswa most wanted yang menjadi biang rusuh kantin saat ini tak lain dan tak bukan adalah; Langit, Zizi, Bara, Dafa, Nathan, Alex dan Aldi. Ketujuhnya merupakan the most wanted boy dari kelas X IPS, yang terkenal karena wajah tampan mereka yang di atas rata-rata. Apalagi Nathan, Alex, Aldi dan Langit memiliki darah campuran luar. Maka tak akan ada yang bisa menolak pesonanya. Ditambah lagi mereka semua merupakan anggota dari White Wolf. Lengkap sudah kriteria yang diidam-idamkan para kaum perempuan, karena semuanya ada pada diri mereka.

"Langit."

"Langit, nanti kita jalan, yuk."

"Nathan, liat sini dong."

"Kok, nggak ada Kak Arvan?"

"Langit."

"Tumben, lo, diem?" Nathan bertanya pada Langit yang berjalan di sampingnya.

Langit diam tak menanggapi, dan itu membuat keenam cowok yang berjalan bersamanya mengerutkan kening bingung. Tak biasanya seorang Langit Arkana Sanjaya yang notabenenya seorang playboy diam tak menanggapi pekikan histeris dari para siswi yang dilewatinya. Bahkan, menoleh pun enggan. Boro-boro menolehkan kepalanya, cowok itu bahkan tidak melirik sedikit pun.

"Lang," panggil Zizi.

Tak ada jawaban dari cowok yang saat ini masih melangkahkan kakinya menuju area kantin indoor dengan mata elangnya yang seperti tengah mencari sesuatu atau mungkin seseorang. Entahlah.

Semua sahabatnya penasaran. Mereka bertanya-tanya. Apa yang membuat cowok itu diam tak menanggapi panggilan-panggilan dari para penggemarnya?

Langkah kaki Langit terhenti di pintu masuk kantin indoor saat ada dua orang siswi cukup cantik yang juga merupakan most wanted girl dari kelas X IPA menghadangnya, membuat keenam sahabatnya juga menghentikan langkah mereka.

"Langit," panggil siswi ber-nametag Rainasya Maharani atau yang sering dipanggil Rain, most wanted girl dari kelas X IPA 1, yang tak lain adalah pacar Langit. Membuat seluruh atensi penghuni kantin menatap dua most wanted yang saling berhadapan itu dengan penuh tanya.

Langit hanya menaikkan sebelah alisnya untuk menanggapi cewek di hadapannya itu, yang justru semakin membuat keenam sahabatnya bertanya-tanya atas sikapnya barusan.

"Lang, aku kecewa sama kamu. Kenapa kamu selingkuh dari aku," ucap Rain lembut, atau sok lembut? Entahlah, yang pasti Langit ingin segera pergi.

"So?" jawab Langit menatap cewek di hadapannya datar.

"Kita putus." Rain dengan kepercayaan diri tinggi berharap Langit tak menerima putus darinya.

"Oke."

Langit segera melangkah meninggalkan Rain yang tak percaya dengan jawaban yang keluar dari mulutnya. Membuat seluruh penghuni kantin melongo tak percaya dengan kejadian yang baru saja terjadi. Tak hanya itu saja, kejadian barusan juga menyisakan tanda tanya besar di benak seluruh penghuni kantin terutama keenam sahabatnya yang menyaksikan adegan tersebut. Untuk pertama kalinya, seorang Langit Arkana Sanjaya, siswa yang terkenal playboy diputusin perempuan, dan dengan mudahnya dia meng-iyakan permintaan tersebut.

Langit tak memperdulikan tatapan penasaran dari para penghuni kantin. Bahkan dia tak memperdulikan keenam sahabatnya yang terus saja bertanya mengapa dia dengan gampangnya meng-iyakan permintaan putus dari Rain, yang notabenenya primadona SMA Nusa Pertiwi. Dia terus melangkahkan kakinya ke area kantin indoor dengan mata yang terus menatap sekeliling mencari seseorang, hingga pandangannya bertemu dengan iris mata hazel yang juga tengah memandangnya, membuat langkahnya terhenti beberapa detik, hingga pemilik iris mata hazel itu memutus kontak mata mereka.

Menghela napas panjang, Langit segera melangkahkan kakinya menuju tempat duduk yang masih kosong diikuti keenam sahabatnya.

***

"Gue ketinggalan apaan?" tanya Arvan yang baru tiba dengan sahabatnya yang bernama Reno di tempat duduk Langit cs.

"Banyak, Bang," jawab Aldi.

"Apaan?" kini giliran Reno yang bertanya.

"Langit diputusin Rain---"

Bruk!

Seluruh penghuni kantin kini menatap tempat dimana yang diduduki oleh most wanted boy dari SMA Nusa Pertiwi itu. Membuat kedelapan cowok yang duduk di bangku tersebut menatap sang pelaku yang tak lain adalah Arvan, yang saat ini tengah cengengesan tidak jelas.

"Santuy, Mas Bro," cengir Arvan.

"Serius, Lang?" Reno menatap penuh tanya cowok yang menjadi tokoh utama dalam pembahasan mereka itu.

"Hm."

"Woahh!" pekik Arvan yang kembali dihadiahi tatapan tajam sahabatnya.

"Hehe." Arvan mengacungkan jari tangannya membentuk huruf V, pertanda dia minta damai.

"Seorang Langit, cowok yang ter---"

"Lo, kenapa, Lang?" tanya Reno memotong ucapan Arvan seenakjidatnya, membuat cowok tersebut menggerutu tidak jelas.

Langit yang terus-terusan mendapatkan pertanyaan yang sama hanya mengangkat sebelah alisnya sebagai respons.

"Sahabat, lo, kenapa?" bisik Arvan pada Alex yang duduk di sampingnya.

"Dari tadi juga gitu, dia," jawab Alex sibuk meminum minumannya.

"Lo, ada masalah?" tanya Reno pada cowok yang masih duduk di hadapannya. Namun, dia merasa bahwa tatapan dan fokus cowok tersebut tidak padanya.

"Lang?" panggil Arvan.

Sedetik kemudian, Arvan terkejut dengan tatapan Langit yang tak seperti biasanya. Tanpa suara, dia dan Reno bertukar tatapan yang sulit ditebak. Kemudian menghela napas pasrah dan membuat yang lain bertanya-tanya.

***

Setelah hampir empat jam diisi dengan mata pelajaran Ekonomi yang membuat mata ingin terpejam dan otak berasap, akhirnya bel pergantian pelajaran berbunyi juga. Masih ada waktu lima belas menit lagi sebelum guru masuk untuk jam pelajaran selanjutnya, dan hal itu dimanfaatkan anak-anak kelas X IPS 2 dengan sebaik mungkin.

"Sumpah, mata gue udah mau merem aja," ucap Zizi sambil merenggangkan otot-otot tangannya.

"Bukannya dari tadi, lo, udah tidur?" tanya cowok ber-nametag Alexander Raynan, cowok yang duduk di bangku samping bangku yang ditempatinya.

"Ck, mana habis ini sejarah lagi," dumel Zizi.

"Lo, kayak perempuan, ngeluh mulu."

"Dia aja, panggilannya, Zizi," ejek Dafa, bendahara dua kelas mereka yang duduk di bangku depan dengan teman mereka yang bernama Nathan, yang juga salah satu anggota White Wolf.

"Adek Zizi, nggak boleh ngeluh." Nathan ikut mengejek Zizi yang sudah memasang wajah masam.

Zizi hanya menampilkan wajah masam dengan mulut yang terus-terusan menggerutu menyumpahi teman-temannya yang kini menatap ke arahnya.

"Adek kecil jangan ngambek."

Alex yang tak lain adalah sekretaris satu di kelas mereka itu, masih saja mengejek Zizi yang sudah melotot tak terima, karena terus-terusan dipanggil Adek. Ya, Zizi merupakan siswa termuda di kelas mereka, itu sebabnya mengapa dia sering kali dipanggil Adek oleh teman-temannya.

"Lang, bantuin gue, napa. Lo, diem mulu dari tadi." Zizi menggerutu pada teman sebangkunya, Langit. Cowok itu sedari tadi memang diam, membuat Zizi sedikit merasa aneh.

"Lo, kenapa, Lang?" tanya Alex yang juga ikut merasa heran dengan ketua dari White Wolf itu.

"Nggak ada," jawab Langit singkat.

Langit kembali terdiam, mengabaikan tatapan penasaran dari para sahabatnya. Dia masih fokus menatap siswi yang duduk di pojok belakang sebelah kanan, yang tak lain adalah Eriska dengan tatapan yang sulit diartikan. Tanpa menyadari jika semua kelakuannya seharian ini tak luput dari perhatian Zizi yang memang sudah merasa aneh dengan ke-terdiaman cowok itu.

Langit berusaha kembali fokus. Namun tak bisa. Memejamkan mata sejenak, kemudian mengambil napas panjang. Ingatannya berputar pada kejadian kemarin sore saat di taman dengan gadis itu, yang saat ini terlihat murung dari hari-hari biasanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status