Share

Part 4

Suasana koridor SMA Nusa Pertiwi, tepatnya koridor kelas IPS pagi ini seperti pasar. Bahkan riuhnya pasar, tak sebanding dengan keadaan koridor tersebut.

Bukan hal tabu lagi jika suasana seperti itu terjadi saat keempat cowok dengan wajah tampan yang menamai geng mereka dengan sebutan White Wolf, berjalan melewati koridor sekolah untuk sampai ke kelas mereka, bahkan saat mereka baru saja sampai di gerbang, suasana sudah sangat riuh layaknya kedatangan seorang artis terkenal.

Siapa yang tak kenal dengan geng White Wolf? Geng motor yang sudah sangat terkenal baik dari dalam sekolah maupun luar sekolah, dengan anggota yang tersebar dari berbagai sekolah dan tingkatan. Geng yang sudah berdiri sejak beberapa tahun yang lalu. Geng yang sangat disegani dan ditakuti banyak orang jika sudah terjun di jalanan, seperti namanya, Wolf, yang memiliki arti serigala. Namun, beda lagi jika mereka berada di lingkungan sekolah, maka yang ada hanya kelakuan keempat inti anggota yang bikin geleng-geleng kepala.

Inti tersebut terdiri dari ketua mereka yang terkenal sebagai seorang playboy yang kelakuannya selalu bikin guru BK mengelus dada. Si pemilik tatapan setajam mata elang, tetapi kelakuan seperti anak kucing yang menggemaskan, Langit Arkana Sanjaya. Si playboy dari kelas X IPS 2.

Yang ke-dua, ada Bara Setiawan, anak dari kelas X IPS 4, yang mendapat julukan merpatinya White Wolf. Karena Bara merupakan cowok yang sangat setia dengan kekasihnya.

Si jenius dalam berbagai hal, terutama informatika, anak dari kelas XI IPA 1, yang menjabat sebagai ketua basket SMA Nusa Pertiwi, Arvano Narendra.

Dan yang terakhir, Azizi Antariksa. Sang ketua kelas dari X IPS 2. Cowok yang sering kali disapa Zizi.

Keempatnya merupakan siswa populer di SMA Nusa Pertiwi dengan berbagai kelakuan yang sering kali bikin semua orang terpesona hingga geleng-geleng kepala tak habis pikir dengan aktivitas yang mereka lakukan.

Terutama Langit Arkana Sanjaya, selalu saja menjadi pusat perhatian semua orang karena ketampanannya. Apalagi posisinya sebagai ketua dari geng White Wolf, semakin menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum perempuan. Sekalipun dia baru kelas X.

Namun jangan salah, bukan berarti karena anak geng motor menjadikan mereka sebagai anak yang berandalan. Walaupun rata-rata dari mereka terutama inti anggota sendiri mendapat predikat badboy, tetapi jangan pernah meremehkan kemampuan otak keempatnya.

"Nakal boleh, tetapi otak tetep harus jalan. Badboy nggak papa, asal tetap dalam batas wajar. Kalaupun lewat batas, berarti lagi khilaf." Kalimat itulah yang menjadi patokan seluruh anggota White Wolf. Kalimat yang diucapkan oleh ketua mereka, Langit, saat membentuk White Wolf pertama kali. Yah, memang semenjak terbentuk sejak beberapa tahun lalu, lebih tepatnya tiga tahun yang lalu, posisi ketua memang dipegang oleh Langit. Itulah mengapa tidak ada seorang pun yang bisa menolak pesonanya.

***

"Omg! Calon imam gue lewat!"

"Zizi! Omg, makin cakep aja."

"Suami gue, keren banget!"

"Langit!"

"Bara! Jadiin gue selingkuhan lo, dong!"

Bara yang mendengar namanya ikutan disebut mendelik tidak terima. Bisa-bisanya mereka para kaum perempuan memintanya untuk menjadikan yang kedua. Tidak tahu saja bahwa dia sangat setia dengan kekasihnya.

"Jadiin gue yang ke-dua, dong," bujuk Zizi dengan wajah yang dibuat se-imut mungkin.

"Gue juga, dong, Ayang Bara," rayu Langit tak mau kalah.

"Bangs*t," umpat Bara.

Dua sosok yang menjadi sasaran umpatan Bara kini tengah tertawa terbahak-bahak. Menertawakan muka Bara yang sudah siap memakan sahabat laknatnya itu.

"Zizi, jalan, yuk."

"Boleh, Baby." Zizi menanggapi ucapan yang dilontarkan siswi yang dilewatinya. Bukan Zizi, namanya. Jika tak mengalihkan pandangan dari jejeran siswi cantik di sekolahnya. Karena dari keempatnya, Zizi dan Langit lah yang mempunyai predikat playboy, sedang Arvan sendiri, masih betah jomblo, lebih tepatnya dia masih menunggu dan memperjuangkan seseorang. Jangan tanyakan Bara, semua orang sudah tahu kalau dia bucin akut sama kekasihnya.

"Langit!"

"Langit."

"Iya, Honey," jawab Langit sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda ke arah sekumpulan siswi yang memanggil namanya, yang sedang berdiri di depan pintu kelas IPS 1, membuat kedua sahabatnya memutar bola mata malas. Ya, memang tersisa dua, karena Arvan sudah berada di kelasnya mungkin sedari tadi, mengingat cowok itu merupakan anak IPA 1, yang kebetulan kelasnya berada di lantai dua.

"Langit, nanti jalan, yuk."

Langit tak lagi menanggapi para siswi yang masih saja memanggil namanya, karena kini mata elangnya terpaku pada seorang gadis berkucir kuda yang berdiri di depan pintu kelasnya.

***

"Hai, calon ibu dari anak-anakku," sapa Zizi pada beberapa siswi yang berada di depan kelas, yang tak lain adalah teman kelasnya sendiri.

Beberapa siswi yang tak lain adalah Erna, Nanda, Vira memutar bola matanya malas, sedang Eriska yang juga berada di depan kelas hanya menghela napas panjang.

"Heh! Gue masih normal!" sungut siswa bernama Dafa yang juga kebetulan berada di luar kelas karena menemani Vira menagih uang kas, jika mengingat di kelas dia sebagai bendahara dua.

"Lah, gue pikir nggak ada, lo," balas Zizi.

"Kampr*t, emang lo," gerutu Dafa.

"Gue duluan," pamit Bara pada yang lain, karena dia akan menuju ke kelasnya, X IPS 4.

"Yoi," jawab Zizi.

Sepeninggal Bara, Zizi masih saja sibuk berdebat dengan Dafa.

"Pada ngapain, sih?" tanya Zizi yang bingung karena pintu di depannya di tutup dan dihalangi oleh Dafa dan Vira, hingga membuatnya dan Langit tidak bisa masuk ke kelas.

"Bayar uang kas!" tegas Dafa.

"Ouhhh," gumam Zizi, " Ngutang, ya," lanjutnya dengan muka memelas.

"Nggak ada ngutang segala! Kasih contoh yang bener!" Vira menatap tajam Zizi yang menampilkan wajah bak anak kucing butuh makan di depannya.

"Er," panggil Dafa pada Eriska yang sedari tadi diam.

Eriska yang dipanggil segera mengeluarkan uang dari saku seragam dan memberikannya pada Dafa, dan diterima dengan senang hati oleh cowok tersebut.

"Nih, contoh yang bener, nggak kayak lo!" sindir Dafa pada Zizi yang masih berusaha membujuk Vira.

"Woy! Lo, ngapain diem mulu, elah. Bantuin gue, napa," gerutu Zizi pada Langit yang memang sedari tiba di depan kelas hanya diam.

"Lo, nggak kesambet, 'kan, Lang?" tanya Dafa dengan mimik wajah serius. Langit sendiri hanya memutar bola mata malas menanggapi pertanyaan yang dilontarkan cowok yang menjabat sebagai bendahara dua di kelasnya itu.

"Lang, bantu ... Eh, Er, muka lo, kok pucet," ucap Zizi yang kini berganti menatap Eriska yang memang masih berada di depan kelas. Tadinya Zizi sibuk menatap dan merecoki Langit yang ada di sebelahnya. Namun, cowok tersebut tak sekalipun menghiraukannya dan malah menatap ke arah lain. Langsung saja, Zizi mengikuti arah pandang Langit, dan ternyata sosok yang sedari tadi di pandang sahabatnya itu adalah Eriska.

"Lo, nggak papa?" tanya Erna yang menatap Eriska khawatir.

"Nggak papa," jawab Eriska singkat.

"Mau ke UKS, nggak? Gue temenin," tawar Zizi.

"Nggak usah modus, lo," sembur Erna.

"Ck."

"Lo, nggak lag--"

"Gue duluan." Eriska langsung saja memotong perkataan Sasa yang baru saja keluar dari kelas. Dia tidak ingin sahabatnya itu meneruskan ucapannya.

"Sa," panggil Nanda dengan aura mengintimidasi. Sasa hanya menganggukkan kepalanya sebagai respons dari panggilan Nanda, membuat cewek tersebut dan Erna menghela napas panjang, dan hal itu tak luput dari pandangan Langit yang memang sedari tadi memperhatikan.

"Pada bahas apaan, sih? Emang Eriska, kenapa?" tanya Zizi penasaran.

"Kepo banget jadi cowok," jawab Sasa.

"Sebagai ketua kelas yang baik, gue harus me---"

"Membayar uang kas, sekarang! Nggak ada ngutang!" potong Vira segera sebelum ketua kelasnya itu mengeluarkan seribu macam cara agar tidak membayar uang kas. Zizi yang mendengar itu mencebikkan bibirnya kesal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status