“Permisi, Bu. Izin bertanya, di sini tempat tinggal Key?”
Perempuan paruh baya itu mengangguk. “Tapi dia telah keluar beberapa hari yang lalu. Kamar sudah dikosongkan.”“Begitu? Ibu tau dia kemana?”Perempuan paruh baya itu menggeleng.“Atau ibu tau dia pergi dengan siapa?”Perempuan paruh baya itu kembali menggeleng. “Terakhir datang dia bersama pria tua. Sepertinya sopirnya. Kalau nggak salah dia manggil Pak Isa.”“Dia lagi,” gumam Neal.“Ya?”Neal tergagap. “Terima kasih, Bu. Maaf, mengganggu waktu Ibu.”“Sama-sama. Kamu mirip sekali dengan aktor yang namanya … Neal.”“Iya, itu saya, Bu.”Seketika sang ibu memekik histeris.“Saya penonton setia series Anda. Boleh saya minta fotonya? Apa di dalam itu Melodi?”Melodi yang mendengar percakapan itu keluar dari mobil.“Aaa … Neng Melodi. Ya Allah, mimpi apa saya kemarin? Kalian couple favorit. Ibu doakan"Lalu kenapa ke sini? Kenapa tidak istirahat saja ke dalam kamar?""Kau membolehkanku masuk ke kamar?" Kembali Key merasakan wajahnya menghangat. Ide punya anak benar-benar membuat otaknya tidak lurus. Padahal bagi Javi, mungkin saja hanya istirahat biasa. "Bukankah kamar itu juga milikmu?" sahut Key sambil memalingkan wajah. Ia mengayunkan kakinya dengan gerakan cepat. Sementara itu, Javi tak dapat menahan senyumnya. Key membiarkannya masuk kamar saja sudah angin segar buatnya. ***"Kau tidak ingin mandi?" tanya Key pada Javi yang duduk di tepi ranjang ketika ia keluar dari kamar mandi. "Sudah tadi, sebelum kau datang," sahut Javi sambil membuka halaman buku yang ia pegang. "Begitu," gumam Key, kemudian duduk di kursi meja rias. Javi meletakkan buku ke dalam nakas, kemudian berbaring dan memejamkan mata. Key mengintipnya di balik cermin riasnya. Ia dapat bernapas lega melihat Javi yang memejamka
Javi mengangkat ragu. Sesaat Javi memperhatikan kedua pria dewasa yang meneguk minuman itu hingga akhirnya tanpa ragu ia ikut meminum. Tanpa Javi ketahui, kedua pria itu saling bersitatap dan tersenyum tipis ketika melihat mangkuk Javi telah kosong. ***"Pak, tolong berhenti," pinta Javi pada keluarga ibunya. Pak sopir langsung menepikan mobil di halaman sebuah mini market yang luas. "Kenapa?" tanya Zivana. "Aku mau ke perusahaan. Ada yang harus aku kerjakan," sahut Javi. "Ini sudah malam, Javi," tukas Zivana. "Sudahlah, Ma. Mumpung dia lagi bersemangat," sela Ferren. "Tapi …""Tidak apa."Javi keluar dari mobil. "Terima kasih, Pak."Sopir hanya mengangguk sopan dan kemudian melajukan mobilnya. "Gimana sih Papa ini?" protes Zivana ketika mobil telah melaju. Sesaat ia dapat melihat Javi yang mengoperasikan ponsel. "Gimana maksudnya? Biarkanlah kalau
Javi beranjak pergi, tetapi baru selangkah tiba-tiba terhenti. Ia menoleh pada tangannya yang dipegang Key, kemudian beralih pada mata yang terpejam. Dengan pelan mencoba melepaskan pegangan itu, tetapi malah makin mengerat. “Key.”Tak ada jawaban dan mata Key masih terpejam. Ia memutuskan duduk di samping Key. Key masih memegang pergelangan tangannya saat ia melepaskan dasi, membuka sebiji kancing, mengeluarkan ponsel dan dompet dari saku. Key langsung merapatkan badannya begitu Javi berbaring. Rasa rindunya kembali membara. Ia hanya bisa melampiaskan dengan ciuman yang dalam ke ubun-ubun Key. Ia harus kuat menahan diri. “Key, besok aku akan bertandang ke rumah orang tua Melodi. Aku tidak tahu siasat apa yang mereka rencanakan. Hanya saja, aku merasa sesuatu yang besar akan terjadi. Aku hanya berharap, kita memiliki usia dan kebersamaan yang panjang. Memiliki anak cucu dan melihat mereka sehat dan terus berkembang.”Sesaat ia menatap langit-langit kamar. Teringat daftar obat yang
Javi merapatkan gerahamnya. Di balik meja Javi menggenggam tangannya erat. Diam-diam Melodi tersenyum melihat Javi yang mulai emosi. [Kalian balikan?]“Jawabannya mau gimana nih?” jawab Key pada komentar dengan senyum menggoda. Key meletakkan sumpit kemudian melap mulutnya dengan tisu. “Hubungan kami memang bermasalah beberapa waktu yang lalu. Namun, walau bagaimanapun kami tumbuh bersama dan atas permintaan bakkpak Neal agar kami selalu bersama. Jadi menurutku selalu bersama itu tidak harus menjadi pasangan. Kami bisa menjadi sahabat atau saudara angkat. Bukankah begitu?”[Tapi, bukankah bisa membuka pintu CLBK?]Key tertawa melihat komentar itu. “Mungkin saja. Tapi untuk saat ini, aku ingin fokus pada diri sendiri dulu. Dan aku tidak ingin menoleh ke belakang.”Neal mengangkat wajahnya. Javi dapat melihat tatapan pria itu masih menyimpan nama istrinya.“Coachella?” tanya Key pada komentar. “Ah benar. Lama t
“Tapi terpikirkankah olehmu bisa saja mereka melakukan konspirasi yang bisa merugikan keluarga Javi?” “Diusirnya kami itu sudah bentuk konspirasi. Bahkan tanah belum kering, Ferren sudah mengatur ulang rumah itu. Pernah terpikir untuk memberitahu Javi, tapi saat itu emosi Javi tidak labil. Tidak bagus jika Javi tahu fakta itu, mungkin saja malah merugikan nyawanya. Sekarang kau mengerti kan kenapa Javi mengikuti arus skenario yang diatur oleh ibunya?”Key mengangguk. Tiba-tiba saja ia ingin memeluk pria malang itu. “Lalu kenapa Pak Isa dan Bu Nurul masih bisa bertahan?”“Karena Bibi Nurul yang merawat Javi sejak kecil. Pak Isa juga sangat menyayanginya, apalagi mereka tidak memiliki anak.”Mengulang di memori Indra saat Javi yang memegang kaki ibunya sambil menangis supaya mempertahankan sepasang suami istri itu. Karena kesal Zivana malah menendang Javi hingga terpental. Ia yang membantu Javi, ikut terkena marah. “Jav, cobalah bersikap realistis. Tanpa Papamu, kita tidak tahu kelua
Saat Key kembali menatap Javi, pria telah meringkuk dan menutup wajahnya.Seketika ia membeku. Ia pernah melihat situasi itu saat SMA. Belakangan ia tahu saat itu Javi sedang tidak baik. Benar saja, terlihat badan Javi bergetar. Ia ikut berjongkok dan menatap kebun Bibi Nurul, tetapi pikirannya melayang pada waktu SMA. “Andai bisa memutar waktu, aku ingin kembali pada masa itu. Dan jika aku melihatmu lagi seperti itu, aku ingin memelukmu.”Javi mengangkat wajahnya dan menoleh pada Key. “Andai saat itu aku memelukmu, mungkin hubungan kita sudah sangat erat dan kita tidak perlu seperti ini.” Javi mengikuti pandangan Key. “Kau tau, aku sangat sedih melihat kau seperti ini tak bisa memelukmu,” sesalnya. “Tidak apa. Asal bisa melihatmu, hatiku sedikit terobati.”Key menghempaskan napasnya. “Seharusnya kau bawa kucing, supaya aku bisa menemanimu lebih lama.”Javi tertawa kecil.Key iku