Kilat kembali muncul, lebih dari dua kali dalam hitungan kurang dari lima menit. Ruangan yang awalnya gelap karena terabaikan selama bertahun-tahun dan minimnya penerangan pun menjadi terang beberapa kali —berkedap-kedip akibat cahaya kilat yang menyambar. Siluet Orion yang berdiri di depan tiga duri raksasa menancap di dinding terlihat sedikit jelas, sosok tingginya masih diam bergeming di sana, tatapan matanya yang fokus berkilat dalam kegelapan.
Sosoknya yang begitu tenang tersebut bergerak sesaat. Orion menoleh ke belakang. Matanya fokus pada sesuatu yang ada di balik kabut tebal.
Kabut tebal yang diselimuti oleh rintikan hujan lebat di luar sana membuat jarak pandang sangat terbatas, mereka tidak akan bisa melihat apa yang ada di luar, bahkan apabila ada makhluk berbahaya yang mengintai dari luar mereka tidak akan mengetahuinya. Dalam artian lain, tempat di mana Orion berada menjadi sangat terisolisir akibat hujan deras yang melanda di sana.
Orion merasakannya. Pandangan itu sangat menusuk dari belakang.
Sret… sret… sret….
Sesuatu yang berat dan tengah diseret terdengar dari kejauhan —dari balik kabut yang menyelimuti tempat itu. Suara itu semakin lama semakin mendekat, seperti ada sesuatu yang datang menghampirinya dan melihat langsung ke arah Orion yang kini telah berbalik badan.
Layar sistem yang hanya bisa Orion lihat muncul di sebelah kanannya setelah dipanggil. Ia mengambil sebuah pedang silver dari dalam ruang penyimpanan sistem, kemudian Orion menggenggam pedang itu dengan erat di satu tangan. Begitu layar sistem menghilang dari hadapannya, Orion melompat pergi dari tempatnya berdiri, menghindari tembakan duri raksasa yang dilemparkan dari balik kabut tebal ke arahnya.
Duri raksasa yang menyerangnya sama seperti duri yang menancap di dinding kayu. Orion menyipitkan kedua mata, pemuda itu mengayunkan pedang, memotong dua buah duri raksasa yang lagi-lagi ditembakkan ke arahnya dari balik kabut tebal. Bersamaan dengan aksinya, pintu toko yang awalnya terbuka tiba-tiba tertutup rapat —seperti ada sesuatu yang masuk dan menguncinya. Pada saat itu pula, Orion merasakan kalau sesuatu yang menyerangnya sudah berada di dalam toko bersama dengan dirinya.
Ketika kilat kembali menyala di langit gelap, cahaya yang kilat bawa menerangi bagian dalam toko dan membuat sosok yang menyerang Orion terlihat.
Tes… tes… tes….
Sosok itu terlihat seperti manusia, akan tetapi sosoknya berbeda dari manusia kebanyakan. Dia seperti pria tinggi yang mengenakan jaket kulit warna hitam dan celana jeans biru dengan kedua lututnya sobek. Kulitnya pucat membiru, lalu sepasang mata bergaris yang mirip kadal membuatnya tidak tampak seperti manusia. Sosok itu meneteskan air liurnya saat melihat Orion —seperti pemuda itu adalah hidangan lezat di matanya.
Ekor panjang yang bersisik menyembul dari tulang ekor sosok misterius. Punggungnya bungkuk dan empat buah duri raksasa tumbuh di sana —terlihat sama dengan duri yang tertancap di dinding dan digunakan untuk menyerang Orion barusan.
Sepasang mata yang mirip kadal bergerak-gerak ke kiri dan kanan, pandangan sosok itu terfokus pada Orion, ia menganggap Orion tidak lebih dari daging yang akan menjadi makanan siangnya.
“Manusia…kadal?” Orion mengedipkan mata, mengungkapkan ide yang muncul dalam benaknya. Namun, tidak lama kemudian ia merasa ragu dengan ide tersebut, karena yang muncul itu manusia ‘kan?
“Sistem, lakukan identifikasi!” perintah Orion lagi. Kendatipun Orion memberikan perintah kepada sang sistem, tidak sekali pun dirinya mengalihkan pandangannya dari sosok yang mirip manusia kadal di hadapannya.
Orion ingat kalau sistem yang dimilikinya dari Infinity Abyss memiliki fungsi identifikasi. Fungsi tersebut memberikan informasi makhluk dan tanaman monster ketika dia bertemu dengan mereka, sehingga Orion yang terkoneksi dengan sistem mampu mengenali lawan yang dihadapinya dengan mudah.
Meskipun Infinity Abyss sudah dihancurkan oleh Orion dan dirinya telah meninggalkan Paradis, namun sistem yang terhubung dengannya masih bisa berfungsi ketika dia tiba di Bintang Biru. Bukankah itu artinya fungsi identifikasi yang sang sistem miliki masih bisa digunakan?
Orion tidak menunggu lama. Kerja sistem yang terhubung dengannya sangat cepat, kurang dari lima detik semua informasi mengenai makhluk misterius yang menyerang Orion muncul di layar hologram yang ada di hadapannya.
[Manusia kadal (level C). Monster buatan, berasal dari manusia yang mengonsumsi obat perubah gen untuk membangkitkan superpower dalam tubuh mereka. Energi spiritual yang mengalir dalam tubuh mereka berubah menjadi energi negatif, sehingga mutasi perubahan bentuk menjadi monster pun terjadi. Serangan utamanya merupakan duri raksasa beracun yang tumbuh di punggung].
[Serangannya cepat dan mematikan. Walaupun berada di level C, manusia kadal memiliki kecerdasan yang tinggi serta kulit yang tebal. Senjata biasa tidak akan bisa melukainya].
Dalam artian singkat, manusia kadal yang merupakan hasil mutasi dari manusia biasa memiliki tingkat bahaya tinggi. Walaupun level C adalah level yang rendah bagi Orion, namun manusia kadal masih memiliki kecerdasan seperti manusia.
“Wow… orang-orang di Bintang Biru benar-benar memiliki cara untuk membangkitkan superpower mereka.” Orion yang menghindari serangan ekor panjang dari manusia kadal dengan bersalto di udara pun memberikan komentar tidak lama kemudian.
Ia mengayunkan pedang ke samping, energi spiritual yang tertidur dalam tubuhnya pun mengalir pada pedang dan membuat warna silver pada badan pedangnya menjadi lebih mengkilap.
“GGRAAA….!!!” Manusia kadal membuka mulut lebar-lebar. Lidahnya yang lancip dan tajam terjulur ke atas, ia kembali menembakkan beberapa duri raksasa yang baru muncul di punggungnya ke arah Orion yang ada di udara.
Orion yang masih berada di udara kembali bergerak cepat, ia menghindari duri-duri raksasa yang mengarah padanya dengan mudah, lalu ia mengayunkan pedang saat posisinya kurang dari dua meter dari sosok manusia kadal di bawah sana.
Tebasan yang super cepat begitu akurat membelah manusia kadal menjadi dua —dan sangat simetris, kurang dari sedetik kemudian terlihat Orion juga mendarat beberapa meter di belakang manusia kadal yang ia tebas. Cahaya silver pada pedang meredup. Tidak ada setetes darah yang menodai pedang di tangan Orion, hal ini menandakan betapa tajamnya pedang yang Orion miliki.
BLAARRR…
Petir kembali menyambar. Atap toko berlubang akibat hantaman duri yang manusia kadal lemparkan membuat hujan masuk ke dalam bangunan, bahkan Orion pun tidak luput terkena guyuran air hujan yang masuk. Rambut dan tubuh Orion basah kuyup, T-shirt yang ia kenakan menempel lekat pada tubuhnya dan membuatnya sedikit tidak nyaman.
Setelah menyimpan kembali senjatanya pada ruang portabel, Orion bergegas mencari spot yang tidak terkena guyuran air hujan dalam toko. Dia menemukannya di sudut paling luar dekat pintu. Tanpa memedulikan mayat manusia kadal yang terbelah menjadi dua —di mana menjadi pemandangan horor dalam toko yang kosong— di belakang sana, Orion berjalan menghampiri satu-satunya tempat kering di sana.
Ia menoleh ke arah jendela yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Cahaya kilat beberapa kali menampakkan diri di langit gelap di atas sana. Hujan lebat terus turun dan tidak menampakkan kapan akan berhenti, kelihatannya Orion akan terjebak di sana dalam waktu yang tidak singkat.
“Kapan hujan ini akan berhenti?” tanyanya kepada diri sendiri.
Dua menit berlalu. Orion memalingkan pandangannya ke arah mayat manusia kadal yang beberapa saat lalu ia bunuh. Bibirnya membentuk garis datar, ia menurunkan kedua matanya, dan kemudian mengambil napas dalam-dalam sebelum mengembuskannya lagi.
Dari informasi yang dianalisis oleh sistemnya, manusia kadal yang muncul di tempat ini bukanlah monster murni seperti kebanyakan monster yang mendiami dungeon. Manusia kadal awalnya adalah manusia biasa pada umumnya, dan ia berubah menjadi monster akibat mengonsumsi sebuah obat yang menyebabkan tubuhnya mengalami mutasi.
Melihat adanya tiga duri raksasa yang menancap di dinding toko, kemungkinan besar tempat ini merupakan sarang dari manusia kadal. Tidak heran kalau monster itu menyerang Orion, pada dasarnya Orion di sini merupakan tamu tidak diundang dan mengusik ketenangan manusia kadal.
“Meskipun demikian, bukan berarti dia bisa menyerang secara tiba-tiba tanpa mengucapkan halo terlebih dahulu.” Orion menggelengkan kepala, tiba-tiba merasa sedikit terkesan atas pemikiran lucu yang muncul di kepalanya.
Orion mengangkat wajah, ia kembali mengarahkan perhatiannya pada pemandangan horor di depan sana. Sosok manusia kadal yang Orion eliminasi memiliki ukuran cukup besar, hampir tiga meter tingginya dengan kulit kasar warna hijau serta ekor sepanjang dua meter seperti kadal raksasa. Manusia kadal terbelah menjadi dua dari atas kepala sampai kaki, darah merah yang segar menggenang di bagian bawah tubuh manusia kadal.
Tidak hanya darah segar dengan aroma anyirnya yang menggenang di lantai kayu. Dari sudut matanya, Orion melihat beberapa organ dalam manusia kadal menyembul keluar —terlihat begitu berantakan— dan berceceran di sana.
Menjijikkan.
Orion menurunkan matanya. Ia mengambil ponsel dari dalam saku celana. Jari tangan kanannya memencet nomor layanan khusus —customer service— milik asosiasi Hunter (NTH) yang tersimpan di buku telepon, Orion melakukan panggilan. Setelah dua kali suara dering terdengar dari seberang, panggilan yang ia lakukan pun tersambung.
“Selamat siang, saya menemukan mayat seekor monster raksasa di area…” Orion menghentikan ucapannya, ia mendekat ke arah jendela untuk melihat papan jalan yang terpasang tidak jauh dari tempat itu.
Walaupun kabut tebal menutupi pandangan kebanyakan orang dan membuat mereka tidak bisa melihat apa yang ada di depannya, hal itu tidak berpengaruh pada Orion. Dia memiliki mata tajam yang memudahkannya melihat dalam kegelapan, atau dalam situasi seperti ini Orion masih bisa melihat tulisan yang terpasang di papan jalan yang ada di sana dengan jelas.
Tanpa mengubah ekspresinya, Orion pun melanjutkan perkataannya.
“Distrik Woodvile nomor 50. Tepatnya di dalam satu-satunya toko tua yang ada di sana.”
“Apakah ada seseorang di dekat mayat monster yang kau lihat?” tanya petugas di seberang sana.
“Saya tidak melihat siapapun . Kemungkinan besar monster itu dibunuh oleh seorang Hunter sebelum saya tiba di sini,” jawab Orion. Dia mengabaikan fakta kalau orang yang membunuh manusia kadal yang dimaksud adalah dirinya sendiri.
“Anda tunggu di sana. Kami akan mengirimkan beberapa Hunter yang bertugas untuk datang ke lokasi yang barusan Anda laporkan.”
Orion bergumam singkat sebagai jawaban sebelum ia mematikan panggilan ketika petugas di seberang sana menanyakan identitasnya. Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, Orion langsung memasukkan ponselnya kembali ke saku celana, kemudian dia memanggil sistem yang terhubung dengannya.
Begitu layar hologram sistem —yang hanya bisa dilihat oleh Orion saja— muncul, pemuda itu langsung menukarkan satu poin miliknya untuk membeli sebuah jas hujan dari sistem mall. Sebuah jas hujan warna krem muncul di hadapan Orion, ia langsung menangkapnya, dan kemudian mengenakannya.
Tidak sekalipun Orion kembali melihat ke arah mayat manusia kadal yang tergeletak tidak jauh dari tempatnya berada, ekspresinya mengatakan kalau manusia kadal yang barusan menyerangnya tidak terlalu memiliki kesan maupun berarti bagi Orion —sehingga ia menghiraukannya begitu saja. Setelah memastikan hujan tidak akan membuatnya semakin basah kuyup karena jas hujan yang dikenakannya, Orion bergegas keluar toko lalu berjalan menjauh dari tempat itu. Dia meninggalkan lokasi sebelum Hunter dari NTH tiba di sana.
Mustahil bagi Orion untuk menunggu mereka datang dan menginterogasinya. Sosok pemuda itu menghilang di balik kabut tebal.
Terima kasih sudah menyempatkan mampir dan membaca chapter 9 dari "Diam-Diam Menjadi Hunter Terkuat". Semoga kalian menyukainya. Nantikan chapter 10 yang akan diupdate nanti.
‘Manusia yang berubah menjadi monster.’‘Kebangkitan energi spiritual mengubah genetik manusia.’‘Berita mengenai dungeon break.’‘Monster kadal di Therondia.’Semua hasilnya nihil. Hanya informasi kosong yang menjadi hasil dari pencarian kata kunci tersebut.Suara tuts keyboard laptop yang ditekan terdengar keras dalam ruang belajar. Cahaya yang berasal dari pantulan layar membuat siluet orang di hadapannya tampak begitu misterius, terlebih lagi lampu belajar yang menjadi satu-satunya penerangan di tempat itu tidak terlalu membuat ruangan besar tersebut menjadi terang.Dari celah gorden yang menutupi jendela bergaya Perancis dalam ruang belajar, sinar rembulan dari luar yang masuk tidak memberikan perubahan yang berarti. Namun, dari pencahayaan yang minim tersebut masih membuat orang dapat melihat deretan buku yang tersusun rapi di rak buku besar yang berada di belakang meja belajar. Banyaknya buku yang tersusun rapi dalam ruang belajar itu mengatakan kalau si pemilik ruangan adalah
Matahari yang sedari tadi bersinar dengan angkuhnya di atas langit pun perlahan-lahan kecemerlangannya tertutup oleh awan. Benda langit tersebut terus bergerak, warna jingga yang sedikit pucat kini menggantikan warna biru yang awalnya mendominasi langit St. Ludwig. Melihat ke ufuk barat, matahari sebentar lagi tenggelam, dan sekarang waktu telah mununjukkan pukul lima sore.Setelah dokumen bermaterai yang menyatakan kedua belah pihak telah memutuskan hubungan kekeluargaan mereka ditandatangani, ibu Orion tidak perlu lagi menunjukkan kepura-puraannya. Sengaja atau tidak, ia memperlihatkan sekelebat rasa ketidaksabaran, dan setelah mengucapkan perpisahan yang dingin ia langsung bergegas meninggalkan Orion di kafe sendirian. Sejak detik itu pula, Orion Black tidak lagi mempunyai hubungan dengan Renata Turner, ia telah menjadi seorang yatim piatu dan sebatang kara.‘Ini adalah keputusan yang tepat,’ katanya dalam hati.Setelah kepergian ibunya, Orion tidak langsung pergi dari tempat itu.
Langit di atas kota St. Ludwig berwarna biru cerah. Matahari yang duduk di singgasananya tidak menunjukkan akan bersembunyi di balik awan, sehingga panas teriknya membuat banyak orang sedikit mengeluh dan beberapa di antaranya memilih berjalan cepat untuk menghindari sengatan matahari. Sekarang ini Therondia masih mengalami musim panas, saat waktu menujukkan tengah hari, panas yang terpancar dari atas benar-benar membuat sebagian besar orang kewalahan.Orion yang berjalan kaki menuju tempat yang ditunjukkan oleh sang ibu merasa beruntung karena ia memiliki stok pil es dalam ruang portabelnya, pil es tersebut akan membuat tubuhnya tidak terpengaruh oleh suhu panas dan menjaganya tetap dingin. Mengingat musim panas di Therondia, khususnya St. Ludwig, sangat ekstrim—Orion langsung menelan satu butir pil es sebelum dia memulai perjalanan menuju kafe Emporrium.Setidaknya dengan begini ia bisa menjalani sepanjang musim panas dengan lebih nyaman.Berbicara mengenai perjalanannya, Orion semp
Pada hari itu juga, Orion memutuskan untuk keluar dari rumah sakit. Sepuluh menit setelah dia berhasil mencerna semua energi spiritual dalam kristal kunci dan memastikan tubuhnya sudah stabil, Orion pun segera bergegas menuju stasiun kota yang berjarak kurang dari dua kilometer dari rumah sakit. Tidak sekali pun Orion mencoba menoleh ke belakang, dia terus berjalan dan masuk dalam taksi yang dipesannya.Perjalanan Orion menuju St. Ludwig jauh lebih lancar dibandingkan dengan perjalanannya yang pertama. Kali ini kereta api yang membawa Orion tidak mengalami kendala apapun. Tidak ada monster atau dungeon pop-out yang muncul tiba-tiba, dan setelah satu jam perjalanan menggunakan kereta, akhirnya Orion tiba juga di ibu kota Kerajaan Therondia, St. Ludwig.Berbeda dengan kampung halaman Orion yang ada di kaki gunung, St. Ludwig tampak sangat megah dan penuh akan hiruk-pikuk keramaian. Sebagai ibu kota kerajaan besar seperti Therondia, St. Ludwig merupakan kota metropolitan dan jantung utam
“Keberadaanmu adalah sebuah kesalahan. Aku tidak seharusnya melahirkan dirimu ke dunia ini. Aku menyesal tidak membunuhmu saat kau masih berada dalam perutku!!” Seorang wanita bergaun putih berteriak dengan histerisnya ke arah anak laki-laki yang berdiri tidak jauh darinya. Wanita itu sebenarnya cantik, namun kulitnya yang terlampau pucat dan rambut panjangnya yang acak-acakkan membuatnya tampak seperti orang gila. Kedua mata miliknya menampilkan sorot penuh kebencian pada anak laki-laki di hadapannya, seolah-olah anak itu adalah musuh bebuyutannya dan bukannya anak kandungnya sendiri.“Mati kau! Mati!!!” Teriakan itu kembali meluncur dari mulut sang wanita, diikuti oleh sumpah serapah yang mengutuk sosok mungil di hadapannya tersebut. Tidak hanya berteriak saja, wanita berambut acak-acakan itu juga mengambil beberapa barang kecil yang dapat dijangkaunya, dia melemparkan benda itu ke arah sang anak kecil. Bukannya menghindar, anak laki-laki yang baru berusia empat tahun tersebut me
‘Patung adalah benda mati dan mereka tidak mungkin hidup, kecuali kalau mereka merupakan monster batu yang memang tubuhnya terbuat dari batu. Tapi, tidak mungkin patung kelinci sialan ini adalah monster batu ‘kan!’ Orion melihat bagaimana Leo terpelanting tidak berdaya setelah patung berkepala kelinci menyerangnya secara tiba-tiba. Pukulan keras seperti itu pasti menimbulkan luka dalam bagi Leo, dan Orion tidak akan terkejut lagi kalau sang pemuda akan muntah darah setelah ini.Benar sekali dugaan Orion. Tubuh Leo menabrak arena komidi putar dan membuat wahana tersebut setengah hancur—dan mungkin sepenuhnya mengingat wahana itu sebelumnya sudah bobrok karena terlalu lama tidak dirawat. Beberapa patung plastik berbentuk kereta kerang dan kuda-kudaan pun langsung copot dari tiangnya, bahkan tak sedikit pula yang ikut ringsek akibat hantaman kuat dari tubuh Leo yang menabraknya. Debu menyelimuti area tersebut, hanya suara orang—Leo—yang terbatuk-batu saja terdengar dari sana.Orion tida