Share

Bab 107

Hingga terdengar decit pintu yang terbuka barulah aku berani untuk membuka selimut. Untungnya yang datang suamiku.

“Jangan takut Al, itu hanya ban motor yang tetangga yang pecah.”

“Astaghfirrullah.”

“Kejadian kemarin pasti bikin kamu trauma, ya?”

“Enggak kok Mas, aku cuma sedikit takut aja. Enggak sampai ke tahap trauma. Terus bagaimana orang yang bawa motornya baik-baik aja ‘kan?”

“Alhamdulillah. Mas Danu baik-baik saja kok. Dia baru aja pulang shift 3.”

“Ada-ada saja.”

“Iya, sampai tetangga kita keluar semua. Dikira bom.”

Aku sampai tertawa karenanya. Memang bunyinya seperti itu.

“Nah, begitu dong. ‘Kan tambah cantik kalau ketawa.”

“Apa sih Mas, pagi-pagi bukannya sarapan malah gombal.”

“Lihat wajah kamu aja sudah kenyang kok.”

“Ih, malah tambah gombal. Sudahlah aku mau ke bawah dulu, kita sarapan roti bakar dulu ya.”

“Hm, boleh. Asalkan buatanmu semuanya enak.”

“Timbang masukin ke panggangan aja kok enak, Mas. Itu mah standar rasanya.”

“Tapi, ‘kan beda rasanya kalau makanan dibuat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status