Sejak Imam mengaku kalau dirinya tinggal satu gedung apartemen dengan Salsa, Salsa selalu menghindari Imam dengan cara apapun, termasuk berangkat ke tempat kerja nya jam 5 pagi. Imam selalu meminta bantuan Salsa dalam segala urusan, padahal Salsa tahu kalau Imam bisa melakukannya sendiri. Terakhir kali Imam meminta bantuan Salsa adalah meminta bantuan Salsa untuk memasangkan seprai kasur dan sarung bantalnya. Perkara mudah bukan? Setahu Salsa, Imam sudah tinggal mandiri sejak kecil, ia tidak mungkin tidak bisa melakukan hal itu. Senin sore, Salsa harus melembur karena sudah masuk tanggal tua yang membuat pekerjaan kantor tiba-tiba menumpuk. Pukul 8 malam lebih 15 menit Salsa masih berada di gedung kantornya, ia duduk di lobby kantornya sejenak sambil melihat jalanan macet di hadapannya. Ponsel Salsa bergetar menandakan ada yang menelponnya. Segera Salsa mengangkat panggilan itu. “Halo Dhe? Lo udah balik kan?” Tanya Salsa. “Iya gue udah balik nih dari kemarin, baru sampe apart. Lo k
Sesampainya mereka di depan gedung apartemen, Salsa turun dari motor dan langsung menyerahkan helm pada Imam.“Makasih udah anterin gue pulang, gue masuk duluan.” Ucap Salsa yang langsung pergi masuk ke dalam gedung.Imam pun segera memarkirkan motornya dan menyusul Salsa masuk ke dalam lift. Untung saja Imam sedikit berlari, kalau tidak, mungkin lift nya akan segera tertutup. Dilihatnya, Salsa sudah menekan tombol lantai tujuan mereka. Imam pun melihat Salsa yang menyender di pinggiran lift sambil berdiri dan memejamkan matanya.Imam kemudian berdiri di sebelah nya dan mengambil tas yang dipakai Salsa, Salsa pun terbangun.“Biar saya yang bawa.” Ucap Imam.Salsa malas berdebat, ia hanya pasrah dan memejamkan matanya kembali. Selama lift berjalan, Imam memerhatikan Salsa. Ia mungkin telah membuat Salsa kelelahan karena nya. Salsa harus berangkat kerja lebih pagi, pulang lebih malam, dan makan dengan di luar dengan diam-diam. Imam pun terkekeh kecil dan Salsa mengetahuinya.“Ngapain lo
“Gue gak mau jadi pacar lo, sekarang lo keluar!” Ucap Salsa tak terbantahkan, ia bahkan menarik lengan Imam dengan keras dan mengeluarkannya dari apartemennya, setelah itu ia tutup pintunya dengan keras.Imam sampai memejamkan matanya karena hembusan angin dari pintu yang Salsa tutup dengan kencang. Ia menatap pintu itu dengan senyum hangat, ia suka dengan Salsa yang seperti itu. “Saya pulang dulu kalau begitu, selamat malam.” Ujar Imam lalu pergi ke apartemennya.Semetara di balik pintu, Salsa terduduk lemas sambil memikirkan bagaimana wajahnya tadi saat Imam mengajaknya berpacaran. Ia berpikir bagaimana pikiran Imam sehingga ia secara ugal-ugalan menunjukkan ketertarikannya pada Salsa? Ia juga beripikir mengapa hatinya merasa nyaman saat berada di dekat Imam?Salsa kemudian menampar pipinya dengan keras, mungkin ia sedang bermimpi.“Aw!!”Ia sedirkit menjerit karena kesakitan, berarti ini bukan mimpi. Ia kemudian memejamkan matanya seraya menenangkan suasana hatinya. Ia tidak boleh
Hari-hari Salsa hanya terfokus untuk mencari nafkah untuk dirinya dan keluarganya di kampung. Posisinya di kantor tempat ia bekerja cukup penting dan ia bersyukur mendapatkan posisi itu. Di usianya yang masih 24 tahun, ia terbilang muda dan berbakat. Dengan semua kemampuan yang ia punya, ia akan berusaha keras mencari nafkah untuk bertahan hidup Waktu sudah menunjukan jam istirahat, Salsa pergi ke kantin yang berada di lantai satu. Ia memesan makanan berat dan secangkir kopi. Lalu ia duduk di pojok dekat dengan jendela yang menghadap ke taman kantor. Seseorang menelpon Salsa, tertulis nama “Dhea” yang merupakan teman masa kecil Salsa di kampung halamannya. “Halo Dhe?” “Sal, lo gak pulang ke kampung?” “Ngapain balik ke sana? Males gue balik ke kampung batu.” Jawab Salsa sedikit sewot. “Emang lo gak tahu di sana ada yang aneh?” “Maksud lo gimana Dhe?” “Gue jelasin pas balik dari kantor, kita ketemuan di apartemen lo aja, nanti gue kabarin lagi.” “Ok, nanti gua kabarin juga kalo
Salsa terpaksa datang ke kampung dengan perasaan yang campur aduk. Ia penasaran dan kesal kepada ibunya. Ia tidak pernah menyangka bahwa ibunya akan berkata seperti itu padanya.Masalah ini sangat penting untuk masa depannya, ia tidak akan membiarkan ibunya bertindak semaunya. Terlebih ia penasaran dengan apa yang dibuat oleh laki-laki bernama Imam itu, sampai ibunya melakukan hal ini.Sesampainya Salsa, Dhea dan kakaknya di kampung, rumor tentang masyarakat di sana menjadi ramah ternyata benar. Tatapan heran yang tidak mengenakkan tidak terlihat, hanya sapaan hangat yang mereka terima. Salsa memang heran, namun untuk saat ini pikirannya terfokus tentang ibu dan warisan keluarganya.Sesampainya Salsa di rumah, ternyata rumahnya terkunci, tidak ada siapapun yang menjawab salamnya. Ia kemudian pergi ke tetangganya untuk menanyakan kemana keluarganya pergi."Pak, mau tanya kalau rumah sebelah pada kemana ya?" tanya Salsa pada Pak Diman, tetangga terd
Jawaban ayahnya tentang siapa lelaki tadi membuat Salsa tergerak untuk menghampiri lelaki itu. Ia akan menyelidiki bagaimana cara lelaki itu bersikap kepada keluarganya. Ia juga akan memperhatikan bagaimana cara ia mengambil perhatian warga.Salsa memang mengakui ketampanan Imam, namun ia tetap harus waspada, siapa tahu yang ibunya lihat tidak sesuai dengan apa yang Salsa lihat.Selama di rumah tadi, ia hanya melihat wajah ibunya yang ditekuk dan tak ingin berbicara dengan siapapun. Salsa lebih baik pergi ke warung untuk mencari cemilan daripada ia merasa tidak nyaman."Emang apasih bagusnya itu cowok? Ganteng doang juga, enggak ada spesialnya sama sekali. Cuma karena dia anak Pak RW dan kerja di luar negeri bisa sampe segitunya dapet perhatian warga dan ibu."Sambil berjalan, ia menumpahkan kekesalannya tanpa memperdulikan sekitar. Ini sudah pukul 8 malam, jarang warga lewat, makanya ia berani berbicara sendirian. Padahal ia sedang bersama dengan
Hari ini merupakan hari pertama Salsa melakukan WFH. Ia telah menyiapkan laptop dan catatan untuk ia bekerja pada jam 9 nanti. Namun ia mendapat masalah, sinyal yang ia dapatkan tidak stabil sampai bisa hilang entah kemana.Ia mencoba bertanya kepada Resya tentang tempat di kampung yang bisa mendapat sinyal dengan stabil. Jawaban Resya adalah rumah Pak RW, yang di mana rumah itu pasti ada Imam. Salsa kemudian menggeleng, ia pasti bisa menemukan tempat lain yang terdapat sinyal stabil.Tanpa berpikir panjang, Salsa keluar rumah dan mencari sinyal di beberapa tempat sekitar rumahnya. Tak lama, seseorang di belakangnya berbicara kepada Salsa."Kalau kamu cari sinyal stabil, kamu bisa ke rumah saya. Walaupun tidak terlalu bagus, setidaknya sinyal di sana cukup stabil."Salsa menoleh, menemukan Imam berada tak jauh di belakangnya. Ia kemudian menatap Imam dengan malas, kemudian ia mengabaikan Imam dan melanjutkan pencarian sinyal di tempat lain.
Selepas Salsa melakukan meeting, ia mengerjakan beberapa hal yang akan di kirim ke kantornya. Ia akan memanfaatkan sinyal yang ada, karena jika ia tidak melakukan itu, kemungkinan akan kena marah dari atasannya.Cuaca hari ini terbilang panas, Salsa menatap jam di tangannya yang menandakan bahwa sekarang sudah pukul dua belas lebih sepuluh menit. Ia harus pulang untuk makan siang.Salsa teringat bahwa di dalam rumah Pak RW, ada Imam yang mungkin sedang leha-leha. Ia menengok ke arah pintu masuk, ternyata pintunya dibuka lebar, dengan inisiatifnya, Salsa mengetuk pintu dari luar beberapa kali.Tak lama, Imam menghampirinya dan menatap laptop Salsa di meja yang sudah ditutup. "Kamu sudah selesai kerja?""Iya, gue manfaatin waktu sama sinyal di sini." Jawab Salsa cuek.Imam mengangguk, lalu ia menatap keadaan sekitar. "Mau pulang atau gimana?"Salsa diam, ia penasaran dengan apa yang Imam lakukan di dalam rumahnya. Tapi ia bingung bagaimana cara memulai aksinya.Salsa kemudian kembali du