Share

Salsa, Resya, dan Warisan

Pukul 4 sore, Salsa bangun dari tidur siangnya. Selepas ia pulang dari rumah Imam, ternyata di tertidur di kamarnya tanpa ia sadari. Ia kemudian membersihkan diri dan ingin berjalan-jalan sebentar di sekitaran rumahnya. Setelah ia membersihkan diri, ia melihat Resya baru pulang sekolah yang langsung masuk ke kamarnya.

"Mandi dulu, baru istirahat." Ucap Salsa pada Resya.

"Iya, aku simpen barang dulu." Jawab Resya. Tak lama, Resya kelaur dari kamarnya sambil menenteng handuk dengan baju seragam yang masih menempel pada badannya.

Sedangkan Salsa sedang memainkan ponselnya di ruang makan. Tanpa memperdulikan Resya yang lewat, ia terus memakan cemilan yang ada di meja. Tiba-tiba ia teringat jika ia tidak yakin dengan hubungan Imam dengan orang tuanya, ia bisa tanyakan lewat Resya. Ia mengangguk semangat setelah teringat itu. Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka yang menandakan kalau Resya sudah selesai mandi.

Dengan wajah tanpa dosa, Salsa menatap Resya dengan senyum terbaiknya. Resya bereaksi kaget, ia bertanya-tanya mengapa wajah kakaknya terlihat seperti ada maunya. Resya bertanya lewat tatapan matanya kepada Salsa. Salsa menepuk kursi di sebelahnya, yang menandakan bahwa Resya harus duduk di sebelahnya.

"Kenapa kakak lihatin aku begitu?" Tanya Resya setelah duduk di kursi sebelah Salsa.

"Aku tahu kamu sekarang senggang, aku mau ngobrolin banyak hal tapi enggak di sini." Jelas Salsa.

Resya sudah mengira ini akan terjadi, ia kemudian berdiri dan meletakkan kedua tangannya di atas meja. "Aku jemur dulu handuk, kakak tunggu aku di luar ya." Ucap Resya yang langsung disetujui oleh Salsa. Kemudian, Salsa pergi ke luar rumah, sedangkan Resya menjemur handuk dan berganti baju lalu menyusul Salsa.

"Mau ngobrol di mana kak?" Tanya Resya.

"Kita ngobrol sambil jalan-jalan aja, aku enggak mau obrolan kita kedengeran ibu sama ayah, ini hal yang serius." Jawab Salsa.

Resya menganggukkan kepalanya, kemudian mereka mulai berjalan keluar dari area rumah, mereka berjalan sepelan mereka bisa, agar obrolannya tidak keluar fokus dan Salsa mendapatkan jawaban yang ia harapkan.

"Kamu tahu kan hubungan ibu sama anak Pak RW?" Tanya Resya.

Resya terdiam, ia harus mengikuti rencana ibunya sekarang. "Iya kak, setahu aku mereka cuma temanan sesama tetangga aja, kenapa?"

"Aku gak yakin mereka cuma punya hubungan itu aja, aku gak ngerti kenapa ibu sampai cuekin aku cuma karena aku enggak mau nikah sama orang itu."

Resya melipat tangannya di dada. "Aku sama ayah pun kaget kak, kenapa ibu punya keputusan itu, mungkin memang ibu ngerasa Imam cocok sama kakak, lagian kan nanti kakak dapetin warisan lebih besar daripada aku jadinya, emang kakak enggak mau?"

Salsa menatap Resya. "Kalau kamu yang dapet warisan lebih besar dari aku, kamu mau?"

Resya balik menatap Salsa dengan tatapan kaget, kakaknya agak kejam jika berkaitan dengan kebebasannya. "Jadi kakak mau tumbalin aku buat nikah sama dia begitu?"

"Maksud aku enggak gitu juga, mungkin dengan kamu yang kepengen warisan lebih besar, ibu bisa ubah keputusannya."

"Itu enggak mungkin kak, warisan itu udah ditulis dan ditanda tangani ibu sama ayah. Sebenernya, semua warisan itu bakalan jatuh ke tangan kakak semua, dan bagian aku bakalan aku terima setelah aku masuk kuliah." Jelas Resya.

Salsa diam, ia mencoba mencerna semuanya. Ia bertanya-tanya, apakah ibunya tidak ketakutan kalau nanti warisan keluarganya diambil Imam?

"Aku bingung, apa ibu enggak ketakutan kalau nanti aku nikah sama orang itu, warisan keluarga kita bakalan dipakai seenaknya?"

Resya diam, ia bingung harus menjawab apa. Ia kasihan dengan kakaknya, tapi semua penjelasan orang-orang terkait masalah ini membuatnya yakin kalau kakaknya, dia dan warisan keluarganya akan terjaga.

"Kak, kalau aku boleh kasih saran, mungkin kakak bisa terima dulu orang itu sebagai teman kakak. Aku tahu rasanya enggak gampang, kakak pasti kesel kalau lihat orang itu. Tapi, dengan cara itu, kakak bakal jawab banyak pertanyaan di pikiran kakak. Aku tahu ini susah, tapi aku yakin kakak bisa."

Resya mencoba meyakinkan Salsa, ia hanya bisa melakukan hal itu. Resya merasa kalau dirinya belum bisa melakukan bayak hal untuk masalah ini, maka ia akan melakukan bujukan kepada kakaknya secara pelan-pelan tanpa ada paksaan siapapun.

Hari semakin sore, perjalanan Salsa dan Resya sampai ke jalan menuju sawah keluarganya. Mereka menatap kedua orang tuanya dari kejauhan, walau tidak terlihat jelas, mereka mengetahui kalau orang tuanya sedang beristirahat sambil menikmati angin sore yang begitu menyejukkan, keduanya juga merasakan hal yang sama. Salsa dengan banyak pertanyaan terkait Imam dan keluarganya, sedangkan Resya hanya bisa mendoakan kakaknya dapat mengambil tindakan yang akan ia ambil selanjutnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status