Gelora Memuncak
“tentu saja, aku akan meyakinkannya Piko.Aku akan meyakinkan kalau tamu yang aku layani akan datang dan bertekuk lutut padaku,”
“Aku janji itu.”
Aku berucap pada Piko yang hari itu meragukan servis yang akan aku berikan pada tamu yang akan datang dan mampir ke tempat ini. Memang, gelora nafsu dan Libido ku untuk menaklukkan setiap laki-setiap laki-laki memang harus ada dalam genggamanku. Mungkin, karena mereka adalah perusak masa depanku aku pun harus berpikir bagaimana caranya mereka juga akan hancur rumah tangganya atau hubungan mereka dengan lawan jenis mereka sendiri.
Piko bertepuk tangan saat itu dan tertawa secara puas menyaksikan keseriusanku untuk benar-benar bisa melaksanakan tugas sebagai pekerja baru di sana.
“sudah kepalang basah!
Begitu saja pikiranku saat itu, biar sekalian aku terjun ke dunia malam ini dengan tanpa ragu-ragu untuk menaklukkan hati setiaplaki-laki. Aku juga ingin hidupku lebih maju dan ber
Aku tak bisa apa-apa saat itu, tangan Piko yang kekar dan tubuhnya yang sedikit gempal itu begitu membuat Aku menurut saja atas apa yang dia lakukan. Kami melewatkan malam itu dengan penuh gairah, hasrat Piko sang pemilik Club malam itu benar-benar membuat Aku lelah melayaninya. Perlawanan yang Aku lakukan imbang pada Piko, dia memuji apa yang sudah Aku lakukan malam itu. Di sisi lain, perasaan bersalah menggelayut dalam pikiran pada laki-laki bernama Rey.“Ternyata perkataanmu benar juga. Kau memang seorang kupu-kupu malam yang patut menjadi primadona di sini kelak Mawar,”“Permainanmu sungguh membuat Aku begitu menikmatinya.”Piko malam itu berkata sembari tak berhenti memuji di dalam kamar yang kelak akan menjadi tempat tinggalku itu.“Sudahlah. Aku sudah biasa melakukannya,”“Lagi pula Aku hanya seorang kupu-kupu malam yang memang harus dituntut memuaskan para pelanggan.”&ldquo
Pamit“Aku pamit ya Cantika, kau jangan segan untuk mengunjungiku di tempat kerjAku nanti. Mungkin, ini memang sudah jalanku untuk bekerja di sana,”“Kenapa kau tidak mau ikut denganku saja. Bukannya kita senasib sepenanggungan di dalam dunia malam?Cantika menatapku setelah Aku memberikan kunci kamar kontrakan pada pemiliknya. Memang, Cantika berasa tak sanggup jika berpisah denganku, dia sudah menganggap Aku bagai saudara yang memang sudah semakan sepiring bersama.“Kau sudah memikirkannya baik-baik untuk ke sana?“Aku bukannya tidak mau, Aku tak bisa mengkonsumsi alkohol terlalu banyak. Dokter dulu pernah menyarankan Aku supaya menjauhi minuman itu, kau tahu? di club malam bagi wanita yang bekerja di sana tak akan pernah luput dari yang namanya alkohol, Aku masih memikirkan kesehatanku Mawar.”Cantika memang terkena radang paru-paru, dia tak merokok bahkan mengonsumsi alkohol sudah sejak lama sekali kar
Malam Panjang Di Club Malam Malam itu begitu indah, bulan bersinar terang dan bintang bertebaran di langit awan. Aku dikenalkan oleh Piko pada beberapa perempuan malam di sana. Berbagai macam karakter aku temukan di sini, mereka bersahabat dan jauh dari apa yang aku pikirkan buruk tentang mereka. Cuma status sebagai perempuan malam yang memang membuat nama mereka sedikit jelek dan mendapatkan predikat yang buruk di mata orang-orang. Itu lebih baik, dari pada perempuan munafik di luar sana yang pura-pura suci tetapi menjual kehormatan mereka pada laki-laki. “Semoga kau betah di tempat ini,” “Mawar…, Jika ada masalah. Kau bisa cerita pada kami, siapa tahu kami bisa membantumu di sini.” Begitulah kata-kata yang mereka lontarkan padaku ketika malam itu baru saja berkumpul diantara para perempuan yang sedang duduk di atas sofa-sofa empuk, sembari Piko sudah terlihat juga duduk di antara kami dan memberikan instruksi. Tentu saja perintah tentang apa yang ha
Aku lihat Mami Iwa menyalakan korek apinya di tengah gelapnya remang-remang lampu di dalam Club malam. Seorang waitress datang dan menghampiri Mami Iwa. Perempuan senior itu tengah membisikkan kata-kata pada sang waitress. Mami Iwa Mengarahkan pandangannya pada kami perempuan malam yang tengah berada duduk diantara sofa-sofa empuk. Begitu tak jauh dari para rombongan laki-laki yang menjadi tamu perdana kami di Club malam itu.“Panggil para ladies itu kemari!”“Bariskan di depan mereka!”Mami Iwa berbisik pada seorang Waitress yang memang bertugas dan bekerja di sana. Sang waitress itu pun terlihat mengangguk dan beranjak pergi berjalan di hadapan para tamu Club malam.“Semuanya! Kalian dipanggil Mami.”Sang waitress menyampaikan kata-kata Mami Iwa itu pada kami yang sedang melakukan berbagai aktifitas lainnya di sofa empuk. Ya, berbagai macam aktifitas seolah sibuk dengan masing-masing ketika bekerja di san
“A-ku..aku. Nanti aku akan meminumnya, hehehe.”Kata-kata yang ingin aku keluarkan dari mulutku malam itu terasa menyangkut di tenggorokan. Bercampur aduk perasaanku waktu itu. Cemas, perasaan takut, khawatir akan keadaan diriku yang nanti pasti akan mengalami hal yang diluar batas timbul apabila menenggak minuma itu. Seketika aku melihat minuman alkohol yang telah tertuang di dalam gelas berukuran besar itu.“Sudahlah….sedikit saja,”“Minumlah dahulu, agar kita dapat menikmati malam ini,”“Bukankah…, kau lihat. Semua teman-temanmu minum dengan begitu santainya. Mereka menikmatinya bukan…?Om Baron seketika mengarahkan pandangan pada rekan-rekanku yang sedang duduk melayani para teman-temannya itu. Meminum beberapa gelas minuman itu bahkan mulai terlihat sebagian sudah terlihat nyeleneh dengan kelakukannya.“Minuman itu memabukkan!”“Ingat Mawar!”
“Kau sungguh luar biasa Mawar,”“Pelayanan yang kau berikan membuat aku tak berdaya,”“Kau sungguh begitu luar biasa.”“Tidak salah aku kenal denganmu dalam beberapa bulan ini. Kau benar-benar wanita idaman yang aku cari selama ini.”“Bagaimana jika kau menjadi istri atau simpananku? aku sungguh jatuh hati padamu.”Om Baron seketika berkata pada diriku malam itu setelah melakukan hubungan layaknya suami istri di sebuah hotel berbintang. Tatapanku, kharismatikku, daya tarikku serta pelayanan yang aku berikan padanya beberapa bulan ini memang tak dapat dia lupakan.Aku memang sengaja membawanya ke perangkap strategiku yang memang ingin menguras harta lalu meninggalkannya. Aku tak cinta padanya, hanya harta yang memang aku inginkan darinya tak lebih dari itu.Masih ingat diriku dengan semua kejadian malam itu ketika baru bertemu dengan Om Baron pertama kalinya. Om Baro
“Mau kemana kita Om?“Aku belum siap ini….”Pagi-pagi buta sekali laki-laki gagah ternyata telah berdiri di depan kamar mess Club malam. Entah apa sebenarnya yang ingin dia tunjukkan padaku pagi itu, sehinga begitu pagi buta sekali sudah mengetuk pintu rumah. Sang pengusaha kaya raya ini ternyata begitu nekad datang pagi-pagi buta sekali setelah kemarin berkata berjanji akan menyanggupi semua permintaan diriku yang begitu menginginkan syarat itu.“Sudahlah sayang…kau ikut saja pokoknya,”“Ini sebuah surprise dan kejutan untukmu. Bukankah kau tahu, aku benar-benar ingin memilikimu. seutuhnya.Akan aku buktikan, kalau kata-kataku memang sungguh-sungguh. Ingin mendapatkan cinta darimu, Aku serius dan tak pernah main-main.”Aku pun dengan malasnya duduk di ranjang dalam kamar Mess Club malam. Aku lihat ke arah luar pintu, para ladies-ladies Club malam dan semua karyawannya memang belum ada ya
“Kejutan apa yang akan diberikan Om Baron padaku?“Aku begitu penasaran dengan kejutan apa yang akan laki-laki ini berikan.”Hatiku begitu bertanya-tanya hari itu demi menjawab semua tanda tanya yang memang sedang menyelimuti keraguan yang ada di dalam hati.“Apakah laki-laki ini memang benar akan memberikan aku kejutan seperti apa yang memang aku bayangkan? kalau memang begitu yang akan dia lakukan, aku yakin dia mulai terperangkap dalam jebakanku yang memang sudah aku rencanakan, bagus!”Niat busuk dalam hati memang sudah aku rencanakan begitu lama demi ingin menggerogoti semua harta yang laki-laki ini miliki. Aku berharap laki-laki ini segera tak menyadari dengan jebakanku selama ini yang hanya ingin memanfaatkan dirinya atas kebodohan yang dia miliki. Menguras semua uang dan harta sampai habis tak bersisa.Aku melepas perlahan genggaman erat tangannya yang tak lepas memeluk tubuhku dengan nafsunya sebagai seo