Share

3

Hari mulai gelap. Gerimis mengiringi datangnya malam. Lampu di kamar Kakek mulai menyalah. Nyala lampu kamar Kakek Rinto redup, khas rumah tua. Sayup-sayup terdengar lagu Schoon Ver Van Jou yang mendayu – dayu.  

Suasana malam tanpa bintang, ditemani gerismis dan angin malam Ranny duduk di depan teras rumah. Ranny duduk menyendiri memikirkan Susan – Ibu mereka, yang terpapar Covid-19.

“Ranny, masuk ke dalam rumah, di luar dingin,” ujar Tante Tina yang datang kemudian ke teras depan.

“Ranny masih ingin duduk,Tante. Tante duluan saja masuk ke dalam rumah,”  ujar Ranny.

Ranny memikirkan nasib Ibu Susan, sambil memperhatikan kristal-kristal air yang jatuh membasahi bumi, Ranny duduk di teras depan, sampai pikiran dan hatinya tenang. Ranny kadang berdiri menatap langit tanpa bintang, Ranny hanya menemukan guntur dan kilat yang sahut-sahutan. Ranny masuk ke dalam rumah, langsung ke kamarnya. Di kamarnya Ranny mengambil tas pemberian Tante Tina, Ranny mengenakan tas tersebut dan berjalan ke sana ke mari di dalam kamarnya.

Setelah itu, Ranny menyimpan tas pemberian Tante Tina pada tempat semula. Ranny juga membersikan mejah belajar sebelum dia menggunakannya. Malam ini, Ranny sangat gelisa, Ranny selalu memikirkan Susan – Ibu mereka. Pikiran Ranny tergangggu setelah tadi siang Juan memberinya bundelan koran bekas, yang memberitakan tentang virus Corona.Bundelan koran bekas masih ada di atas meja belajar Ranny. Ranny kembali membuka lembaran bundelan koran bekas untuk membacanya.

Setelah membaca bundelan koran bekas, Ranny menjadi risau. Ranny mengambil diary milikya dan menulis, “... Bohong kalau Ranny tidak risau. Bohong jika Ranny tidak gelisa. Ranny takut? Pasti! Terlalu banyak yang Ranny khawatirkan. Termasuk mengewatirkan diri Ranny sendiri. Ranny  kerap keluar rumah. Jalan ke sana, jalan ke sini. Ranny bertemu teman.

Ranny bertemu dan berkumpul dengan banyak orang.Ranny dan Juan rindu masakan Ibu Susan. Masakan Ibu lesat. Covid-19, sejak pandemi semiggu lalu aktivitas Ranny di luar rumah mulai berkurang, justru bikin Ranny tambah parno. Terlebih setiap kali badan terasa tak fit. Kadang pening kepala, kadang terasa demam, padahal Ranny tahu, itu sudah biasa terjadi. Sejak hadirnya Covid-19, Ranny jadi takut batuk, takut bersin, takut demam, dan takut flu.”

Setelah selesai menulis Ranny menutup diary dan menyimpannya. Karena rasa kantuk mengintip dan menggoda Ranny, Ranny meninggalkan meja belajar menuju ranjang, Ranny berbaring dan tidur begitu pulas. Tengah malam, Ranny terjaga, Ranny bangun dan langsung duduk di samping tempat tidur. Ranny memperhatikan Jam weker di atas meja belajar menunjukkan pukul 12.00 malam.

Ranny mimpi buruk. Ranny bermimpi bahwa  Ranny kejutkan oleh suara kakek yang memanggil Juan. Ranny bagun dan menujuh kamar Kakek untuk  melihat-lihat apakah Kakek sedang tidur, namun rupanya kakek sedang berjaga. Kakek tidak bisa tidur malam ini. Ranny juga menujuh ke kamar  Tante Tina dan kamar Juan. Sementara itu, Juan dan tante Tina pulas tidur. Ternaya Ranny hanya mimpi.”

Ranny kembali ke kamarnya dan berbaring. Ranny tidak mampu menutup mata, Ranny kembali bangun dari tidurnya dan mengambil diary miliknya dam menulis tentang mimpinya itu. Ranny menulis, “Ada mimpi yang saya percaya sebagai firasat atau tanda, ada juga mimpi yang saya anggap hanya bunga tidur.” Ranny menutup diary dan menyimpannya.

Sebelum melanjutkan tidur malam Ranny sempat membaca lembaran artikel pada bundelan koran bekas. ketika Rasa kantuknya kembali mengintip dan menggoda Ranny, Ranny menutup bundelan Koran bekas dan kembali tidur. Semuanya pada tidur menanti fajar kembali hadir di pagi hari membawa harapan baru dan cerita baru.

                                                    ***

Sambil memasak di dapur, Ranny membanyangkan suatu masa nanti, Sidang Dewan Perwakilan Rakyat tidak lagi di dalam ruangan. Namun, Sidang Dewan Perwakilan Rakyat terjadi di ruang publik. Jika hal itu terjadi, Ranny membayangkan terjadi peristiwa sikut – menyikut, sindir – menyindir di media sosial.  Semacam perang penah begitu.

Adu argumen, pendapat, menuangkan pikiran melalui tulisan. Sebab sebenarnya kata itu netral. Tidak berpihak. Hanya tafsiran manusia yang membuatnya berpihak. Bahkan, imajinasi manusia yang membuatnya liar.

Pembaca biasanya sangat suka mengikuti perang penah. Kalau menarik, keseruannya sering menyeruak keluar dari satu halaman majala atau koran menjadi seluas satu kampung, satu kota, tidak terukur menjangkau dunia pembaca. Dalam perang penah ini, isi otak anggota dewan terhormat dapat diukur  dengan jelas. Kecerdasan emosional setiap orang pun dihitung dengan pasti.

Bahasa merupakan jalan untuk manusia berkembang dalam pikiran dan karakter. Melalui bahasa, manusia menghargai kehidupan. Melalui jalan bahasa, kita membangun manusia masa depan yang baik. bukankah bahasa tulisan juga punya nilai rasa, seperti menu masakan, kata, kalimat atau setiap tulisan memiliki rasa gurih, renyah, pedis, asam dan manis. Menjadi anggota dewan itu tugasnya berbicara. Ingat berbicara! Anggota dewan lebih hebat jika dapat menulis. Pintar berbicara, menulis baik dan piawai sehingga menghasilkan sesuatu untuk kepentingan rakyat yang diwakilkan.

Apakah kepentingan rakyat banyak dipikirkan dan diakomodir atau tidak. Menjadi anggota dewan terhormat harus berani berkata dan berjuang demi kepentingan rakyat. Anggota dewan terhomat itu seperti, Ibu rumah tangga yang meracik masakan yang disukai dan dinikmati seluruh anggota keluarga. Ranny menghayal. Aroma gosong ikan goreng mengundang Tante Tina pergi ke dapur. “Ranny kalau memasak jangan melamun,” kata Tanta Tina menyadarkan Ranny yang sedang menghayal.

“Rany meminta maaf,Tante Tina, karena kelalaian Ranny dalam bekerja,” ujar Ranny. 

“Oh, tidak mengapa, lain kali kalau bekerja jangan mengulanginya lagi,” kata Tante Tina kepada Ranny, “Ranny istirahat sebentar, nanti Tante Tina yang melanjutkan untuk menyiapkan menu sarapan pagi,”

Juan dan Kakek Rinto sedang asyik mendengar berita tentang virus Corona. Virus yang sampai saat ini belum ada obat penawarnya. Dalam keseriusan mendengar berita Juan bertanya kepada kakeknya, “Kakek,mengapa baru saat ini virus corona itu berbahaya, padahal virus itu katanya berasal dari kelelawar sesuai berita di televisi. Juan dan Kakek tahu bahwa banyak dari masyarakat desa ini suka mengonsumsi daging kelelawar tapi masyarakat desa ini tidak apa-apa? Juan curiga jangan-jangan bukan virus tetapi bakteri sebagai penyebab dari penyakit ini.”

Kakek Rinto tersenyum dan berbicara kepada Juan, “Juan, penyebab penyakit Covid-19, entah itu virus atau bakteri, masih membutuhkan pembuktian. Obat penawar penyakit Covid-19 belum ada. Untuk itu perlu adanya kesadaran dari semua orang untuk menekan laju penyebaran penyakit ini. Saat ini, setiap orang harus dapat bersahabat dengan virus Corona, semua orang harus hidup ditengah virus Corona. Awal rasanya berat tetapi nanti juga terbiasa dan orang tidak lagi takut dan terbiasa dengan penyakit virus Corona.” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status