Sesudah sarapan Ranny masuk ke kamarnya. Ranny mengambil diarynya dan menulis, “pandemi corona virus ini mengubah gaya hidup semua orang. Sebelum kehadiran virus corona, orang-orang bergaul bebas, melakukan perjalanan sesuka hati. Ranny, Juan, Ayah dan Ibu selalu menikmati kebersamaan ini dengan bertamasya. Ketika Ranny, Juan dan semua anggota keluarga berkumpul, di sana ada kegembiraan. Namun, tidak untuk saat ini. Sekarang berbeda. Kini di masa pandemi virus corona ini masyarakat dihadapkan pada kegelisahaan dan ketakutan, kesepian dan kesendirian di saat orang hendak memenuhi kebutuhan hidup, mereka kehilangan pekerjan di saat hendak perpergian orang takut terserang virus corona.”
Ranny menghentikan sebentar ketika pintu kamarnya diketuk. “Kak Ranny tolong bukakan pintunya, ini dengan Juan.” Kata Juan.
“Juan, apa yang boleh Kak Ranny bantu?” kata Kak Juan sambil berdiri membukakan pintu untuk Juan.
“Maaf, Kak Ranny jika Juan mengganggu, Juan minta bantuan Kak Ranny untuk menyelesaikan tugas biologi,” kata Juan sambil memberikan lembaran tugas kepada Kak Ranny.
“Boleh tetapi tidak untuk malam ini. Kapan Kumpul tugasnya?” tanya Kak Ranny.
“Minggu depan, Kak,” jawab Juan.
“Terima kasih, Kak. Juan balik ke kamar Juan,” kata Juan.
Juan pulang ke kamarnya, Ranny melanjutkan menulis pada diarenya yang tadi tertundah karena kedatangan Juan.
“Aktivitas sosial masyarakat kini terkukung dalam ruang yang sempit. Meski aktivitas sosial dapat dilaksanakan melalui media sosial namun tidak lebih menarik jika dapat berjabatan tanggan dan berpelukan. Mereka dapat bercerita melalui w******p atau f******k tatapi lebih mengairahkan jika dapat berkumpul bersama tanpa jarak. Sampai kapan manusia hidup dalam ruang dan waktu di dunia ini yang selalu incar dalam ketakutan dan kegelisahan akibat adanya covid-19 ini yang menjadikan manusia merasa terasing pada sesama dan lingkungannya sendiri. Dengan adanya penyakit Covid-19 ini, tatanan sosial masyarakat terganggu. Covid-19 menjadikan manusia saling menjauh, tidak saling mengenal satu dengan yang lain. Kahadiran Covid-19 mendorong psikologi manusia untuk mengasingkan diri dari interaksinya dengan sesamanya. Pandemi virus corona yang terjadi saat ini turut mengubah pola prilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan dalam berinteraksi dengan sesamanya. Mulai dari himbauan bekerja dari rumah, selalu mamakai masker dan menjaga jarak, hal ini menggerogoti kehidupan sosial yang kendatinya manusia adalah makluk sosial yang menginginkan relasi sosial dengan sesamama dan linkungan terus terjaga. Kehidupan manusia memang bergantung pada ruang dan waktu namun jika ruang dan waktu dipesempit maka akan memengaruhi kesehatan mental setiap individu yang menjalaninya. Karl Japers menyebut keterbatasan ruang gerak dalam waktu yang panjang seperti ini dapat berdampak terhadap psikologi seseorang.”
Sesesai menulis, Ranny menutup diary miliknya. Menyimpan diary di atas meja belajar. Aktivitas setiap hari diatur, maklum dalam masa karantina. Ranny, Juan, Tante Tina dan Kakek Rinto, harus mengikuti aturan dengan baik. Tak lama bel berbunyi. Tante Tina membuka pintu. Petugas kesehatan berdiri di depan pintu rumah. Tante Tinna menerima salam dari petugas kesehatan.
Tante Tina mempersilakan petugas kesehatan masuk ke dalam rumah. Petugas kesehatan menyampaikan maksud kunjunannya. Petugas kesehatan mengunjungi rumah Ranny untuk memeriksa kesehatan semua anggota rumah tersebut. Tente Tina memohon kepada petugas kesehatan untuk bersabar sebentar, tante Tinna harus memanggil seluruh anggota rumah.
Tidak menunggu waktu lama, seluru anggota rumah sudah berkumpul bersama. Pemerikaaan kesehatan seluruh anggota rumah pun berjalan lanjar. Ranny, Juan, Tante Tina dan Kakek Rinto dinyatakan negatif dari penyakit covid-19. Petugas kesehatan itu hanya menyarankan kepada seluruh anggota rumah, untuk menjaga kekebalan tubuh dengan selalu mengonsumsi vitamin.
Ranny menatap dengan serius wajah petugas kesehatan yang datang ke rumahnya itu, Ranny penasaran. Baginya wajah petugas kesehatan itu tidak asing baginya. Petugas kesehtan itu hanya tersenyum. Ranny semakin penasaran, ternyata petugas kesehatan itu mengenalnya. Petugas kesehatan itu ternyata kakak kelas Ranny waktu SMP, Desy namanya.
Ranny mengetahui petugas itu adalah Desy saat Desy tak sengaja membuka masker. Dessy akhirnya pamit dari rumah Ranny. Namun sebelum beranjak pergi, Ranny mengajak Dessy untuk sering-sering datang mengunjungi mereka. Desy pun mennyetujuainya. Tak lupa Rany dan Desy saling membagi nomor kontak. Dengan nomor kontak itu mereka lebih mudah dalam berkomunikasi. Desy pun pergi meninggalkan rumah Ranny.
Setelah petugas kesehatan meninggalkan rumah pak Andre, Juan, Ranny, tante Tinna dan Kakek Rinto, tersenyum bahagia. Mereka senang, karena mereka berempat dinyatakan negatif dari Covid-19. Walau demikian Juan, Ranny, Tante Tinna dan Kakek Rinto masih menjalani masa karantina dan diminta untuk tetap menjaga kesehatan dan juga kekebalan tubuh. Di tengah kegembiraan wajah Juan menjadi murung. Juan memikirkan kesehatan Susan – Ibu mereka, dan Andre – Ayah mereka, tidak pulang rumah, jangan-jangan ayahnya terpepar corona.
“Ah, apa yang Juan pikiran,”gumam Juan, “ Semoga Ayah sehat-sehat saja dan Ibu cepat sembuh.
Untuk menghilangkan kejenuan mereka, yang tiap hari aktivitas di rumah saja, Tante Tinna mengusulkan agar Juan, Ranny, tante Tinna serta kakek untuk jalan-jalan ke lahan pertanian milik keluarga itu. Mereka pun menyetujuinya.
***
Keesokan harinya, mereka bersiap untuk pergi ke lahan pertanian. Ranny bangun pagi-pagi menyiapkan segala keperluan selama mereka di lahan pertanian. Ranny pagi itu cukup sibuk di dapur. Satu jam kemudian Tante Tina menyusul Ranny di dapur untuk mempersiapkan bekal perjalanan. Pukul 5:00 semua kebutuhan dalam perjalanan telah siap.
Kendaraan telah siap. Mereka pun melakukan perjalanan. Lahan pertanian keluarga itu cukup jauh. Satu jam perjalanan jika ditempuh dengan kendaraan rodah empat. Udara pagi itu cukup dingin. Namun, Juan, Ranny, Tante Tinna dan kakek Rinto terus melaju di tengah dinginnya udarah pagi itu. Satu jam kemudia, mereka sampai di lokasi pertanian. Lokasi pertanian keluarga Andre ini cukup luas, ada lahan sawah, ada perkebunan kopi, ada kebun coklat, ada lokasi untuk tanaman naga, adan alpukat, ada lahan untuk peternakan.
Sesampainya di lahan pertanian, mereka beristirahat sejenak di pondok. Dalam situasi santai kakek Rinto mengatakan, “Situasinya pasti berbedah jika sejak awal masa karantina, dilaksanakan di sini. Dilahan pertanian ini. Tentu lahan lebih mengasyikkan. Kita dapat bekerja di kebun, seorang di kebun naga, seorang di kebun alpukat, seorang di sawah, seorang di kebun coklat. Sedang asyik-asyik kakek berbicara.”
“benar juga, Kakek Rinto. Namun, di lahan pertanian ini ada penjaganya. Setiap blok di kebun ini ada orangnya. Apakah dengan melaksanakan karantina di kebun tidak mengganggu aktivitas penjaga lahan pertanian ini? tanya Ranny.
Tante Tina dan dan juan sedang jalan-jalan di tengah lahan pertanian yang luas itu. Keduanya mengunjungi kebun Alpukat dan kebun tanaman naga, sedangkan Ranny dan kakek Rinto mengunjungi persawahan, kebun kopi dan kebun coklat. Tante Tinna dan Juan memetik buah naga dan Alpukat, dibawanya kepondok. Seharian mereka semua kelihatan bahagia. Mereka dapat menikmati udarah segar di alam bebas.
Malam ini, kegiatan di dapur agak terganggu. Tante Tina mengalaminya, karena ketika Tante hendak menyalakan kompor gas, rupanya kehabisan gas. Tante Tina menuju ke pondok di samping dapur. Pondok itu beratapkan rumbai daun lontar. Dinding pondok terbuat dari belahan bambu. Tante Tinna mengambil kayu bakar dan menyalakan api di tunggku perapian. Tante Tinna memasak semuanya di tungku api. dari balik pintu Rany memperhatikan Juan. Juan duduk di teras depan dengan raut wajah Juan dipenuhi rasa kesedihan. Untuk sekian kalinya Ranny melihat Juan duduk menyendiri. Kelopak matanya sembap. Tatapannya kosong layaknya seorang yang kehilangan separu nyawa. Hampir setiap saat Ranny melihat adiknya seperti itu. Duduk termangu jika tak ada teman diskusi. Oleh sebab itu, Ranny dan Kakek Rinto selaku mengajaknya diskusi atau berbicara berbagai hal agar Juan dapat terhindar dari kesedihannya. Seharian mereka bersenang – senang di lahan pertanian.Namun, rasa kesedihan Juan belum juga hi
Ranny mengamati perempuan itu dari balik jendela lantai dua rumahnya. Apa yang dilakukan perempuan itu tak luput sedetik pun dari matanya. Ranny beringsut saat perempuan itu celangak celinguk dan menatap jendela tempatnya bersembunyi. Dihembuskannya nafas lega saat perempuan itu pergi sambil menjinjing kantong plastik biru dan seorang bocah kecil di gandengannya.Waty bergegas membuka kantong plastik biru itu sesampainya di rumah. Senyumnya mengembang saat dilihatnya satu toples kue, beberapa potong ayam goreng dan sebungkus nasi di antara perca kain dan robekan koran. Waty tak habis pikir dengan orang kaya di rumah besar itu. Makanan yang mereka buang begitu banyak. Jumat minggu lalu, ada donat meses dan beberapa potong daging dimasak kecap dengan beberapa sayur hijau dan merah yang kata asisten rumah sebelah, paprika namanya. Ah, Waty lega melihat senyum anaknya saat mengunyah kue. Tapi, tunggu..., Niah terkejut melihat sesuatu di balik sobekan
Sore, tepat pukul 15:30, Juan dan Ranny sudah di depan gerbang halaman rumah Pak Pedro. Mereka diterima oleh seorang sekurity. Juan dan Ranny menyampaikan maksud kedatangan mereka. Mereka dihantar Sekurity menemui Pak Pedro–Ayah Joe. Pak Pedro menyambut kedatangan mereka berdua. Ranny dan Juan memberi salam kepada Pak Pedro,“ Selamat sore, Pak.” “Selamat sore juga, Juan dan Ranny,” kata Pak Pedro. Pak Pedro mempersilakan Ranny dan Juan duduk di ruang tamu. Tidak menunggu lama Rosla – asisten rumah tangga Pak Pedro menyugukan minuman. “Diminum minumannya, Kak” ujar Rosla. Sedang menikmati minuman Juan bertanya kepada Pak Pedro, “Maaf, Pak, Kedatangan Juan dan Ranny sore ini, untuk menjenguk Joe, karena hari ini, Joe tidak mengikuti sekolah online. Bolehkah Juan ingin tahu, Apakah Joe ada?” “Nak, Ranny dan Juan, Joe ada di kamarnya,” kata Pak Pedro, “Kalau mau langsung bertemu Joe boleh ke kamarnya.” “Tidak, Pak. Kami ing
Kepada Juan, Tante Tina berkata,“Juan, bolehkah Tante Tina meminta tolong? Bolehkah Juan, menghantar kue ini ke, Ibu Rina, ya?”“Tidak, ah, Tante,” jawab Juan.“Mengapa tidak mau, Juan?” tanya Tante Tina.“Apakah Tante lupa, kita dalam masa karantina!” jawab Juan.“Nanti sampai di rumah Ibu Rina, Juan gantung saja kresek berisi kue ini di gerbang halaman rumah Ibu Rina. Nanti juga di ambil oleh Ibu Rina. Bagaimana, Juan? Apakah Juan bersedia menghantar kue ini ke rumah Ibu Rina? tanya Tante Tina.“Juan Bersedia menghantar Kue ke rumah Ibu Rina, tetapi karena terpaksa,” jawab Juan“Terima kasih Juan, ini kuenya,” kata Tante Tina kepada Juan sambil menyodorkan kresek berisi kue.Juan merasa malas kalau di suru Ibu atau Tante Tina atau tante ke rumah Ibu Rina. Ibu Rina yang tinggal di Blok ujung kampung yang sering ting
“Pernahkah Ranny merasakan pada urutan kedua?” kata Juan kepada Ranny yang sedang menikmati gurih dan renyanya emping jagung buatan Ibu Rikka.“Belum, Sebab Ranny anak pertama,” ujar Ranny, “kalau Juan sudah biasa degan urutan kedua, sebab dia anak kedua.”“Juan, sebagai anak kedua, iya, anggap saja itu prestasi teringgiku. Jelas, yang Juan rasakan adalah rasa iri luar biasa pada urutan pertama,” kata Juan, “Hal yang sejujurnya Juan dari menjadi yang kedua.”“Dari manakah datangnya perlombaan untuk mendapatkan urutan ini?” kata Ranny, “terlahirnya dari pengkondisian di dalam keluarga.”“Sangat menyebalkan! hal lain yang sulit Juan diterima adalah alasan ‘Kan Kakak punya itu, pinjam saja!’ atau ‘bisa untuk berdua’,” kata Juan, “ Sering orang membandingkan, ‘Serius itu kakakmu? Kok bedah?’”“Juan
Kakek Rinto, dan Juan, sibuk membaca di ruang rekreasi, sedangkan Tante Tina dan Ranny asyik menonton menonton film kesukaan di televisi. Mereka sampi lupa waktunya makan siang. mereka disadarkan oleh bunyi lonceng gereja yang berdentangan tepat pukul 12.00 siang. Kakek yang sedang serius membaca koran berkata kepada Kakek Tina dan Ranny, “Tina, Ranny sudah waktunya makan siang, tutup televisinya. Mari, kita ke ruang makan.” “Aduh, nanggung Kakek, Film nya kren, tetapi Kakek menyuru unuk menutup tetevisi, ya, terpaksa,” ujar Ranny yang sedang penasaran dengan alur cerita dari film tersebut. “Selesai makan siang, bisa lanjut menonton,” kata Kakek Rinto, “Kakek sudah keroncong. Ayo, ke ruang makan.” Kakek Rinto, Juan, Tante Tina, Ranny bersama-sama ke ruang makan untuk makan bersama. di dalam keluarga Anre selalu diajarkan untuk makan bersama, jika semua anggota berada di rumah. Anggota keluarga dapat tidak hadir dalam makan bersama jika sakit
Telpon Rumah berdering. Ranny yang menerima telpon meneteskan air mata dan menampahkan raut wajah kesedihan. Ranny menangis histeris menggil-manggil Susan– Ibunya. Juan, Tante Tina dan Kakek Rinto menatap Ranny dengan rada keheranan. Penasaran mengenai siapa yang menelpon Ranny, Tante Tina merampas gagang telpon dari tangan Ranny.“Halo, ini dengan siapa?” tanya Tante Tina“Kami dari pihak rumah sakit!“ suara dari balik telpon, “Kami ingin menginformasikan bahwa Ibu Susan, sudah tidak bisa tertolong lagi.”“Apa? tanya Tante Tina“Iya, Bu. Ibu susan sudah meninggal,” suara dari balik telpon, “Kami berharap pihak keluarga dapat datang ke rumah sakit untuk mendapat informasi lebih lanjut.”Tante Tina meneteskan airmata tangisnya pecah. Tante Tina menyampaikan kepada Kakek Rinto dan Juan bahwa yang menelpon Ranny dan terakhir berbicara dengan Tante Tina adalah pihak rumah sak
Matahari mulai condong ke barat, para petani sudah beranjak pulang dari ladang. Tante Tina, Kakek Rinto, Anre, Ranny dan Juan jala –jalan ke pantai. Jarak rumah Anre dan pantai tidak jauh. Tante Tina Kakek Rinto, Anre, Ranny dan Juan ingin keluar sebentar sebab sumpek di rumah. Dengan melakukan rekreasi di tepi pantai, Tante Tina dan Kakek Rinto berhadap dapat menghilangkan sedikit kesedihan yang keluarga Anre alami karena kehilangan sosok seorang Susan. Untuk itu, sebelum ke pantai Kaek Rinto, Tante Tina Anre, Ranny dan Juan bersiara ke makam Susan. Di makam Susan mereka membersikan makan dan duduk hening sejenak. Setelah itu, mereka pergi ke pantai.Sampai di pantai, mereka berlari-lari kecil di pantai. Ranny dan Juan bermain ombak. Anre, Ranny dan Juan dapat tertawa, teriak dengan bebas di pantai. Ranny, Juan dan Anre berteriak melawan derunya gelombang laut. Tante Tina memperhatiakn keceriaan Ranny, Juan dan Anre, dengan berkata kepada Kakek Rinto,