Beranda / Young Adult / Diasuh Bos Besar / Bab 2. Pesona Bartender

Share

Bab 2. Pesona Bartender

Penulis: Maemoonah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-02 01:44:57

Mendapat pertanyaan tidak terduga seperti itu, tentu saja Riko terjengkit kaget. “A – Apa maksud Tuan? Siapa gadis dibawah umur yang Tuan maksudkan itu?” tanya Riko terbata. Ia sama sekali tidak mengerti dengan arah pertanyaan Bosnya tersebut.

Dengan tatapan nyalang Tuan Malik berkata, “Gadis yang sedang promosi dibawah sana! Yang di teras lobby itu! Siapa dia?” Jelasnya dengan detail.

“Oh gadis itu. Dia Frontline girl kita yang baru, Tuan Malik! Namanya Alisa, baru bekerja disini sekitar dua jam yang lalu. Dia teman sekolahnya, Penari Diskotik kita yang montok itu. Usianya bukan dibawah umur. Dia sudah 18 tahun, kelas XI SMA, sama seperti Penari kita.” Jelas Riko yang kini mengerti akar permasalahannya.

Tuan Ibnu Malik mengerutkan dahinya, masih tidak percaya dengan ucapan Riko. “Benarkah umurnya sudah 18 tahun? Tapi kenapa dia terlihat seperti gadis SMP ya?” gumamnya sendiri sambil menarik janggutnya.

Riko yang berada persis didepan Bosnya, tentu saja bisa mendengar dengan jelas gumamannya lalu berkata, “Itu karena tubuhnya kecil dan kurus. Apalagi wajahnya baby face, imut pula. Tidak heran bila Tuan Malik menganggapnya masih SMP.”

Gelengan kepala diberikan ke arah Riko. “Tidak, saya masih belum percaya! Kalau memang usianya sudah 18 tahun, mana surat lamaran kerja dan biodata-nya? Saya mau melihatnya sendiri!”

Seketika kegelisahan menyergap diri Riko, “Soal itu... Dia belum sempat membuatnya, Tuan Malik! Besok sore, ketika bekerja, dia baru akan menyerahkan pada saya.”

“Apa? Besok? Gimana sih? Kamu itu benar-benar ceroboh! Lain kali tidak boleh begitu! Meskipun lewat jalur Nepotisme, kamu harus ketat!” Peringatnya keras.

“Maafkan saya, Tuan Malik! Sebenarnya, semua ini saya lakukan atas permintaan penari kesayangan Tuan, Marlena.” sesal Riko mengatakan alasan sebenarnya.

“Marlena? Jadi dia yang membawanya kesini. Hm, baiklah tidak masalah. Sekarang, suruh gadis fronline itu menemui sekaligus menemani saya di ruang VIP Karaoke! Saya mau dia memperlihatkan Kartu Pelajar atau KTP-nya, sekalian saya ingin menguji kemampuannya dalam bekerja!” Perintah Tuan Ibnu Malik sambil merebahkan punggungnya di kursi singgasananya.

Kepala Riko mengangguk menurut. “Baik Bos!”

“Oh iya, Jangan beritahu gadis itu yang... siapa namanya?” Tanya Tuan Ibnu Malik mencoba mengingat.

“Alisa, Bos!” jawab Riko cepat

“Oh Ya, Jangan beritahu Alisa kalau saya Bos kalian! Bilang saja kalau saya pria kaya member VIP Klub ini!” Kata Tuan Ibnu Malik menambahkan.

“Siap laksanakan, Bos!” usai memberi hormat, Riko berdiri dan melangkah pergi. Meninggalkan kantor Bosnya.

Sesuai perintah atasan, Riko memanggil Alisa ke ruangannya untuk menyampaikan semua keinginan sang Bos Besar. Tentunya tanpa membuka identitas aslinya.

Cukup terkejut juga Alisa mendengar permintaan dadakan dari Riko. “Apa? Menemani Tuan Malik di ruang karaoke? Tapi, bukankah sudah ada LC yang tugasnya memandu para  tamu di ruang karaoke?”

LC (Lady Companion/ Ladies Esscort) Pemandu lagu, atau PUREL bertugas sebagai pendamping untuk menemani, menghibur tamu karaoke dalam bernyanyi. LC dituntut untuk berpenampilan cantik dan seksi sesuai keinginan tamu.

“Memang benar sudah ada LC, akan tetapi, kami kekurangan staf. Ada beberapa yang tidak masuk hari ini. Jadi, bisakah kamu untuk saat ini menemaninya? Sorry, maksud saya memandunya bernyanyi? Dia Member VIP kami, Lisa!” Jelas Riko dengan hati-hati.

Alisa memandangi jam tangannya. “Tapi, Ini sudah jam sembilan malam, Pak! Satu jam lagi saya sudah harus pulang. Karena saya nebeng motor Marlena, nanti saya ditinggal gimana?”

Riko menghirup nafas dalam-dalam, “Kaku juga gadis ini. Susah diatur pula!” Bathinnya sedikit kesal.

“Baiklah, nanti saya akan menyuruh Marlena untuk menunggumu sampai tugasmu selesai.” Janji Riko pada Alisa.

“Terimakasih, Pak! Tapi, alangkah baiknya kalau tamunya sekalian diberitahu, agar Marlena tidak menunggu lama-lama. Bagaimana menurut Bapak?” Saran Alisa cukup memaksa.

Entah mimpi apa Riko semalam, hingga mendapatkan titipan manusia pekerja yang begitu bawel seperti Alisa. Ingin marah karena diperintah oleh gadis bau kencur, tapi tidak bisa.

“Iya-iya, nanti saja akan saya jelaskan padanya. Yang penting kamu temui dulu Tuan Malik di VIP room lantai 2 sekarang!” janjinya berusaha mempersingkat waktu.

Akhirnya hembusan nafas lega terdengar di diri Alisa. Ia pun terpaksa menurut usai mendengar janji Riko. “Sungguh? Terimakasih, Pak Riko! Kalau begitu, saya akan ke VIP room sekarang! Oh iya, Welcome drink-nya apa?”

“Minta dan tanyakan sendiri ke bartender yang biasa menghandle Tuan Malik di Bar!” Riko tidak mau menjawab, justru menyuruh Alisa untuk mencari tahu sendiri.

Satu alis Alisa terangkat. “Ck, Aneh, sama tamu member VIP sendiri saja tidak hafal kebiasaannya. Manajer cap apa?” Gerutu Alisa sangat rendah. Sengaja menyindir manajernya secara halus sekali.

Darah Riko merangkak naik, begitu mendengar sindiran tersebut. Akan tetapi, berhubung Alisa adalah teman dari penari kesayangan Bos Besarnya, Marlena. Ia jadi tidak bisa berkutik.

“Ehem-ehem, Aku bisa mendengar suaramu, Lisa! Segera berangkat sana, sebelum keluhan datang dari tamu Member VIP kita!” balas Riko mengingatkan Alisa.

“Eh, iya baik, Pak Riko! Maaf! Kalau begitu, Saya mohon diri dulu. Permisi!” Setelah menyelesaikan kalimatnya. Alisa dengan cepat menghambur keluar dari ruangan manajer Operasional Sugar Babe Night Club.

Dan Riko hanya menggelengkan kepala saja melepas kepergian Alisa dari kantornya.

Di meja bar yang diperuntukkan khusus pengunjung karaoke, Alisa menyapa dan meminta welcome drink pada bartender yang sedang incharge disana, untuk tamu member VIP yang sebentar lagi akan dilayaninya.

“Hai, Tolong buatin welcome drink buat Tuan Malik dong! Pak Riko yang suruh tuh!” Sapa dan pinta Alisa ramah, berusaha akrab meski tidak kenal. Dia duduk didepan meja bar.

“Buat siapa? Tuan Malik yang Bos Besar kita itu kah?” Tanya seorang Bartender yang name tag-nya bertuliskan Farel itu tampak terkejut mendengarnya.

Alisa berdecak heran melihat reaksi berlebihan Farel, “Dia itu bukan Bos Besar, Rel! Dia hanya orang kaya biasa yang dzalim, yang parahnya dia itu member VIP klub malam ini.” Jelas Alisa cukup jengah menerangkan.

“Benarkah dia bukan Bos Besar kita? Ah iya, nama Malik khan banyak, tidak hanya milik Bos kita doang. Dia minta minum apaan?” Tangan Farel dengan cekatan mengambil gelas khusus untuk penyajian welcome drink tamu.

“Gak tau. Pak Riko bilang, kamu sudah tahu kebiasaan dia” jawab Alisa jujur. Menatap wajah ganteng Farel yang memakai udeng atau kain yang diikatkan di kepala.

“Tapi, selama ini yang aku tahu, Mister Malik, Bos Besar kita itu, selalu meminta disediakan minuman beralkohol Royal Brewhouse di mejanya.” Kata Farel yang masih ragu bertindak.

Dengan santainya Alisa berkata, “Ya udah, siapkan saja yang sama dengan Mister Malik Bos Besar kamu itu! Siapa tahu selera mereka berdua sama.” Saran Alisa berusaha menghilangkan kebimbangan Farel.

“You’re right! Terkadang selera orang kaya banyak yang sama. Tunggu ya, Babe! Akan aku sediakan segera!” Tangan Farel bergerak lincah mengambil botol minuman yang dimaksud, membukanya lalu mulai meraciknya.

Alisa menatap terpesona kelihaian tangan Farel yang begitu lincah itu saat memainkan botol  minuman dan mengocoknya.

Farel tersenyum bangga saat diperhatikan oleh Alisa. “By the way, kamu anak baru ya?” Kini minuman itu mulai dituang Farel kedalam gelas saji.

“Hm, baru dua jam-an. Kenapa?” jawab Alisa singkat dan balik bertanya. Ia menopang dagunya diatas meja.

“Kenapa bilang member VIP kita dzalim? Emang dia habis gebukin kamu?” rasa penasaran menggelayut di hatinya. Farel suka dengan gaya Alisa yang apa adanya.

Alisa menatap jam tangannya. “Rahasia! Buruan dikit dong! Udah jam 9 nih! Kakiku keriting coz habis terkilir. Pingin cepet-cepet pulang. Istirahat.” Jawab dan perintah Alisa dengan tidak sabar.

“Iya-iya! Nih, buruan bawa sana! Thanks ya Babe!” Farel menyerahkan minuman tersebut diatas nampan.

“Ya, sama-sama.” Balas Alisa cepat sambil menyambar nampannya.

“Dasar!”

Protes Farel. Padahal maksud hati ingin menyindir, tapi yang disindir tidak merasa. Ya sudahlah!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Diasuh Bos Besar   Bab 33. Kelas VVIP

    Pukul 7 malam, kendaraan yang mengantar Alisa, sudah tiba didepan lobby Sugar Babe Night Club. “Pak Hendro langsung saja balik ke rumah ya! Saya nanti pulang bareng temen!” Titah dan pesan Alisa pada supir pribadinya sebelum kakinya melangkah keluar dari pintu kendaraan. “Tapi, Non! Bagaimana kalau Tuan bertanya nanti? Saya harus jawab apa?” Ujar Pak Hendro yang tampak sedikit khawatir. Alisa yang sudah keluar dari pintu mobil pribadinya, cukup terkejut mendengar pertanyaan supir pribadinya itu yang terkesan takut. “Bagaimana Tuan Malik bisa bertanya, Pak? Dia khan sedang tidak ada di rumah, pergi keluar kota, ke Jakarta.” Jelas Alisa yang berusaha mengembalikan ingatan supir pribadinya itu, yang menurutnya kemungkinan lupa itu. Pak Hendro belum juga beranjak pergi dari lobby. “Saya tahu itu, Non! Akan tetapi... bagaimana kalau Tuan menelpon saya setelah ini?” Sebenarnya, Pak Hendro ingin memberitahu lebih detail pada Alisa, bahwa setiap kali dirinya usai mengantar Nona majikan

  • Diasuh Bos Besar   Bab 32. Gunjingan Teman

    “Kamu tidak apa-apa, Dek!” Tanya Tamara setelah berada didepan Alisa, sembari memindai rahang Alisa dengan lebih teliti.“Jangan sok perhatian padaku, Kak Ketos! Pergi sana! Aku tidak butuh bantuanmu!”Cemooh Alisa yang dengan cepat melangkah pergi meninggalkan ketua OSIS sendiri disana.“Tunggu, Dek! Apa kamu masih marah padaku?” Tanya Tamara sembari melangkahkan kakinya dengan cepat mengejar Alisa.“Pikirlah sendiri, Kak!” Alisa menanggapinya dengan ketus.Langkahnya kini sedikit berlari menaiki tangga demi menghindari kejaran Tamara.“Kita harus bicara, Dek! Akan aku jelaskan semuanya padamu!” Pinta Tamara yang masih terus mengejar Alisa.“Tidak ada yang perlu dibicarakan, Kak! Jangan memaksaku! Pergi sana!” Hardik Alisa yang dengan terang-terangan menolak permintaan ketua OSIS.Berhubung Alisa sudah tiba dan memasuki kelasnya, dan tidak mungkin baginya untuk terus memaksakan kehendaknya didepan teman sekelasnya, terpaksalah Tamara berhenti mengejar. Ia berbalik arah dan menuju ke

  • Diasuh Bos Besar   Bab 31. Bukan Pengecut

    "Buka pintumu, Lisa!”“Tok... Tok... Tok...”“Ijinkan aku masuk!”“Akan aku lepas pakaianmu, Lisa sayangku!”Tuan Malik tak henti-hentinya mengetuk pintu kamar Alisa. Ia tahu bila Alisa belum tidur. Akan tetapi, tIdak ada jawaban dari si penghuni kamar. Karena suara Tuan Malik dan ketukan pintu yang bersahut-sahutan itu, teredam oleh alunan lagu melankolis dari earphone yang menancap di telinganya.“Apakah kamu marah padaku, sayang?””Karena sudah membuatmu menunggu?”“Kalau begitu, maafkan aku!”Lelah berjuang dan berdiri lama didepan pintu kamar Alisa yang berada di lantai 3, Tuan Malik pun memutuskan untuk pergi dari sana. Ia sadar bila Alisa tidak mau membukakan pintu dan berbicara padanya karena marah. Marah karena telah membuatnya menunggu.“Aku ingin memelukmu, Lisa sayangku!” Gelisah Tuan Malik yang membolak-balik tubuhnya diatas ranjang. Malam ini ia tidak bisa tidur dengan tenang, karena tidak ada tubuh Alisa yang bisa ia peluk seperti malam-malam sebelumnya.Pagi hari, Al

  • Diasuh Bos Besar   Bab 30. Tidak Tertarik Padaku

    “Aku benci kamu, Kak!” Hardik Alisa kesal meluapkan isi hatinya, lalu pergi meninggalkan Ketua OSIS itu begiti saja.“Tunggu dulu, Dek! Biar aku jelaskan dulu alasannya!” Kejar Tamara dan meraih tangan Alisa. Ia tidak ingin adik kelasnya itu salah paham atas tindakannya, apalagi berakhir membencinya.“Tidak perlu! Kamu dan Andika itu sama saja! Kalian semua mengesalkan! Pergi, Kak!” Alisa menghempas dengan kuat pegangan tangan Tamara darinya hingga terlepas.Kakinya terus berlari meninggalkan Kakak Ketua OSIS itu sendiri yang diam terpaku menatap kepergiannya.“Kenapa hari ini semua orang terbaikku begitu mengecewakan sih! Marlena dan Tamara. Padahal aku tidak pernah menyakiti hati mereka.” Gerutu Alisa dengan memendam rasa kecewa didalam dada.Mata pelajaran jam terakhir berjalan begitu cepat hingga tepat pukul 15.15 sore, terdengar...Ting... Ting... Ting...Lonceng terakhir pun berbunyi. Waktunya pulang sekolah.Alisa bergegas keluar dari kelasnya dan menuju ke toilet putri untuk

  • Diasuh Bos Besar   Bab 29. Pengakuan Pelaku

    "Jadi itu hanya Hoax ya?”Hembusan nafas panjang dikeluarkan Kepala sekolah menanggapi pengakuan Andika.“Bu Retno, tolong nyalakan layar LCD Proyektor, karena saya ingin menampilkan beberapa gambar sebagai bukti.” Perintah Kepala sekolah yang meminta bantuan guru BK.Guru BK menurut. “Baik, Pak!” Ia bangkit dan segera menyalakan kotak mesin layar proyeksi yang terhubung langsung pada Laptop milik Kepala Sekolah.Semua seketika terperanjat begitu menyaksikan gambar-gambar yang ditampilkan oleh layar. Alisa bahkan menganga lalu menutup mulutnya rapat dengan telapak tangannya. Tidak menyangka gambar dirinya yang setengah telanjang, terpampang jelas di layar sana.“Astaga? Apa itu tubuhmu, hei penjual gorengan? Mulus juga. Tidak jerawatan dan panuan. Kulit eksotis yang alami. Meskipun tidak putih sih!” Komentar Andika dengan nada menyindir.“Jaga ucapanmu, Dika! Itu tidak sopan sama sekali!” Bentak bu Retno yang tidak suka dengan komentar Andika yang terlalu vulgar.Wajah Alisa seket

  • Diasuh Bos Besar   Bab 28. Sahabat yang Mengecewakan

    Mendengarnya, dahi Marlena berkerut curiga, “Ngapain Andika mencarimu lagi, Liz? Apa masalah kalian belum juga selesai?”“Aku gak tahu, Lena! Padahal teman-teman Andika juga sudah membuliku dengan menginjak-injak tubuhku, di hari saat kamu berhasil mengalahkan Andika adu balap motor di jalan jum’at lalu. Harusnya sudah impas. Atau mungkin karena...”“Apa? Kamu dibuli sama gengnya Andika?” Potong Marlena cepat. Wajahnya seketika merah padam begitu mendengar cerita Alisa. “Dengar ya, Liz! Aku gak mau kamu sampai melibatkan aku dalam masalahmu ya! Kalau sampai aku ikutan dibuli sama mereka, maka aku tidak akan menganggapmu sebagai temanku lagi. Hubungan pertemanan kita putus!” Ancam Marlena begitu murkanya.Tubuh Alisa semakin melorot hingga menyentuh lantai. “Kamu kok gitu sih sama aku, Lena?” Ucapnya kecewa. “Tapi tenang saja, Aku jamin, mereka tidak akan membulimu, Karena mereka semua tidak ada satupun yang mengenali wajahmu.”“Semoga saja kamu benar!” Harap Marlena yang hatinya masih

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status