Home / Young Adult / Diasuh Bos Besar / Bab 3. LC Dadakan

Share

Bab 3. LC Dadakan

Author: Maemoonah
last update Last Updated: 2025-08-02 13:15:50

Dengan hati-hati, Alisa melangkahkan  kakinya berjalan menyusuri lorong sambil membawa nampan wekcome drink. Meskipun cahaya lampu begitu temaram, matanya tetap awas mencari dimana letak ruang VIP yang dimaksud.

“Akhirnya ketemu juga. Ini dia ruangannya!” Ucapnya sedikit bergembira karena berhasil menemukan sendiri tanpa bantuan siapa pun.

Dengan jantung berdebar-debar Alisa mengetuk sebentar lalu masuk ke dalamnya.

Matanya memandang takjub saat memasuki ruangan VIP tersebut. Ruangan itu tampak mewah dan udaranya dingin. Beragam lampu warna-warni menempel rapi di dinding. Desainnya artistik, seperti berada didalam galeri seni futuristik.

Kakinya terus melangkah hati-hati sambil terus memperhatikan sekeliling. Ada sofa hitam berbentuk L yang terbuat dari kulit sintetis kualitas tinggi. Bisa menampung untuk 4-6 orang. Dan duduk disana seseorang yang saat terjadi insiden di teras lobby tadi hanya diam menatapnya dingin dan sinis.

“Silahkan welcome drink anda, Mister Malik!” ucap Alisa berusaha ramah tapi sebenarnya hatinya begitu dongkol saat mengingat kejadian sebelumnya. Muncul niat buruk untuk membalas perbuatannya. Tangannya bergerak meletakkan nampan diatas meja.

“Terimakasih. Apa kamu pemandu saya?” Tanpa basa-basi Tuan Malik langsung menuju ke inti tujuan. Menginterogasinya. Satu kaki ia silangkan diatas paha, berusaha santai.

Kepala Alisa mengangguk malu sambil memegang jari jemarinya. Berharap minumannya benar. “Sebenarnya ini bukan tugas saya, Mister! Saya hanya diperbantukan disini. Tugas saya sebenarnya didepan lobby, mempromosikan....”

“Cukup! Saya ingat kamu dan kejadian didepan tadi. Maafkan anak buah saya.” Ucapnya datar. Ia sengaja memotong penjelasan Alisa, sekaligus meminta maaf padanya.

Demi apa pun, Alisa begitu terperanjat usai mendengar sebaris permintaan maaf untuknya. Ia langsung menatap wajah laki-laki didepannya. Hanya mata tajam dan hidung mancung keturunan daratan timur tengah yang bisa ia lihat jelas disana.

Selebihnya tertutup rambut halus. Kumisnya bahkan tebal dan cukup panjang, hingga menutupi sedikit bibir atasnya. Wajah yang sangar, seperti penjahat. Untung Alisa tidak bergidik ngeri dan lari terbirit karenanya.

“Um...” Alisa masih sedikit shock untuk menjawab.

“Sekarang duduklah! Sebelum kita mulai, Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan padamu. Saya harap kamu berbicara jujur.” Tuan Malik meluruskan kakinya, hendak mengambil minumannya diatas meja.

Namun, sebelum tangan kekar Tuan Malik berhasil menyentuh gelas welcome drink-nya, tangan Alisa sudah lebih dulu mengambil minuman tersebut dan menyerahkan kepadanya.

“Biar saya saja, Mister!”

BYUR

Akan tetapi naas tak bisa dielak. Saking terburu-burunya, minuman itu justru tumpah mengenai jas abu-abu yang dikenakannya. “Aashh” decak Tuan Malik kesal.

“Ups! Sorry, Mister! Tidak sengaja! Maafkan saya, Tuan!” Sesal Alisa sambil tangannya meraih tisu kering untuk mengeringkan jas pria didepannya yang basah.

Tanpa permisi, tangan Alisa mengusap-usap dada bidang Tuan Malik yang masih terbalut jas abu-abu itu seenak jidadnya. Ingin secepatnya kering.

Merasa tubuhnya digerayangi oleh gadis ingusan, dengan cepat tangan Tuan Malik terangkat untuk menghalangi. “Biar saya sendiri. Mundurlah! Saya tidak mau disentuh.” Tolaknya tegas. Ia merasa risih bila harus dipegang-pegang oleh gadis dibawah umur.

Kening Alisa berkerut. “Baiklah, Mister! Maafkan saya!” 

Sambil melepas  kancing jasnya, Tuan malik berjalan tergesa memasuki toilet yang ada di ruang karaoke.

“Tau rasa kau, Tuan Malik! Siapa suruh berbuat dzalim padaku tadi. Meskipun anak buahmu yang berbuat, setidaknya kamu meminta maaf dan memarahi mereka saat itu. Bukan malah diem aja!” Bathin Alisa begitu kesal sekaligus lega karena bisa menumpahkan kekesalannya langsung pada pelakunya.

Ternyata, Ia sengaja menumpahkan minuman beralkohol di pakaian Tamu member VIP, demi membalas sakit hati di dada dan nyeri di kakinya.

Sambil menunggu, Alisa duduk manis dan melihat penampakan tiga monitor yang terpasang canggih disana. Melalui tombol remote, ia bisa mengetahui kalau satu monitor digunakan untuk memilih lagu, dan dua monitor lainnya sebagai layar karaoke.

Saat sedang asyik mengutak-atik tombol remote, tampak olehnya Tuan Malik kembali duduk disebelahnya dengan wajah yang susah untuk dijelaskan. Yang pasti dia masih terlihat kesal dengan perbuatannya.

“Sebenarnya umurmu berapa? Saya khawatir kamu belum layak untuk bekerja!” Tanya Tuan Malik to the pont, yang langsung menumpahkan kecurigaannya pada diri Alisa.

DEG!

Mendengar hal tersebut, wajah Alisa berubah drastis. Dari cerah berubah mendung. Kini guratan rasa takut menyelimuti pikirannya.

“Tentu saja saya sudah layak bekerja, Mister! Saya bahkan punya pengalaman bekerja cukup lama selain disini.” Tegasnya percaya diri.

“Pengalaman jualan gorengan di pasar dan di sekolah.” Bathinnya memendam malu dan miris di dada.

“Oh begitu, baguslah! Sayangnya, saya tidak percaya kamu, sebelum kamu menunjukkan bukti konkrit yang bisa membuat saya percaya.” Ucap Tuan Malik yang kini hanya mengenakan kemeja putih saja. Dengan dua kancingnya terbuka, hingga menampakkan dada bidangnya yang berbulu. Namun tubuh Alisa tidak bergetar sedikit pun saat melihatnya. Jas abu-abunya tersampir sembarangan di sandaran sofa.

“Bukti konkrit? Seperti apa itu, Mister?” tanya Alisa serius sampai mencondongkan tubuhnya mendekat.

Tuan Malik menoleh kikuk. Ia mendorong kepala Alisa menjauh dengan telapak tangannya. “Tanda pengenalmu. Berikan pada saya!” Rincinya yang secara tidak langsung menyampaikan keinginannya.

Alisa menelan salivanya, “Tanda Pengenal saya? Itu mm, saya simpan di loker, Tuan!” jawabnya kelimpungan.

“Ya udah, buruan ambil sana! Saya tidak mau didampingi oleh gadis pemandu yang usianya dibawah umur.” Perintah Tuan Malik dengan tegas dan tatapan tajamnya mengintimidasi.

“Mm, begitu ya! Baiklah, Mister Malik. Saya akan ambil sekarang. Permisi!” ucap Alisa menurut sambil beringsut dari VIP room.

“Jangan lama-lama!” ucap Tuan Malik memperingatkan.

"Cerewet amat sih mulutnya!" bathin Alisa jengkel

“Iya, Tuan!” jawabnya menurut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Diasuh Bos Besar   Bab 56. Ally dan Penyusup

    Seringai ganjil terukir disudut bibir Andika. “Kamu bilang aku mau apa?”Kepala Alisa mengangguk ngeri. “Iya. Kamu mau apa, Dika? Kamu sudah berjanji tak akan menggangguku lagi.”“Kita belum tanding bilyard. Jadi, masih ada waktu seminggu untuk mengganggumu, gadis licik!”“Lepaskan aku! Bukankah kalian semua tidak mengharapkan kehadiranku disini.” Tangan Alisa bergerak ingin melepaskan diri dari cekalan tangan Andika.“Siapa yang bilang? Dennis malah bilang, kamu mau jadi pasangan menariku.” Andika tidak ingin melepaskan tangan Alisa, sebelum tercapai kata sepakat, yang tentu saja lebih menguntungkannya.“Itu ide Dennis sendiri, Dika! Aku gak mau menari lagi. Dari tadi aku di tempat ini. Capek! Aku mau pulang.” Alisa beralasan. Pandangan matanya kini tertuju ke arah Nadia yang menatapnya begitu sinis, penuh dengan perasaan cemburu yang membuncah. “Gimana kalau kamu berpasangan saja dengan Nadia. Dia cantik dan lebih tinggi dari aku. Kalian terlihat sangat cocok.” Wajah Nadia seketika

  • Diasuh Bos Besar   Bab 55. Dia Bukan Tuan Malik-Ku

    Akhirnya, jadi juga Tuan Malik menelpon Pak Hendro anak buahnya, sekaligus supir pribadi Alisa untuk mengklarifikasi keberadaan gadisnya tersebut, sekaligus memerintahkannya agar bersiap diri didepan teras lobby Klub, karena Alisa sebentar lagi akan pulang.Usai menelpon, sungguh ia tidak menyangka, bila Marlena masih bisa mengenalinya meskipun dari jarak yang cukup lumayan jauh. Dan ia semakin panik ketika melihat Alisa berjalan persis dibelakang Marlena. Menuju ke arah tangga jembatan besi, dimana saat ini dirinya berada.“Pengawal! Cepat tutupi saya! Jangan biarkan orang lain mendekat apalagi menyentuh saya! Saya mau turun sekarang!” Perintahnya pada semua pengawalnya yang berjumlah enam orang itu, termasuk Thomas si Kepala pengawal.Sembari memberi perintah, kakinya melangkah tergesa melewati lantai jembatan besi, tangannya bergerak cepat mengenakan masker dan memakai kacamata hitamnya. Terus melangkah menuruni tangga besi.“Bos... Bos... Tunggu aku, Bos?” Teriak Marlena tidak

  • Diasuh Bos Besar   Bab 54. Pengaruh Kekuasaan Pemimpin

    Senyum lebar menghiasi wajah Alisa yang belakangan ini jarang tersenyum, apalagi tertawa lepas seperti saat ini. Bersama Farel, selalu membuat hatinya yang awalnya tidak baik-baik saja selalu berubah drastis menjadi lebih baik dan lebih indah. Pria tampan dengan rambutnya yang sengaja dipanjangkan dan tampak sederhana itu, selalu mampu membuat hatinya ceria. Tak perduli apa pun masalah yang tengah dihadapinya, Farel selalu tulus membantu. Walau sering kali sikap menggodanya itu lebih dominan, namun tidak mengurangi keseriusannya dalam bertindak.Wajah ceria Alisa dan Farel yang saat ini tengah menari penuh suka cita di lantai dansa, tampak berbanding terbalik dengan wajah yang saat ini terlihat serius memperhatikan mereka diatas sana.Guratan kemarahan tersirat dari sorot matanya yang berkilat. Perasaan cemburu membara hingga menyesakkan dada. Pemandangan itu sungguh membuat darahnya mendidih.Ingin sekali ia mengumpat dan menghajar pemuda yang sudah berani menggoda gadis yang sudah

  • Diasuh Bos Besar   Bab 53. Bersenang-Senang Bersama

    Didalam kantornya yang berada di lantai 5 gedung Sugar Babe Night Club, Tuan Malik memandang gelisah ponselnya yang tergeletak diatas meja. Tak biasanya ia segelisah ini memikirkan seseorang. Dan seseorang yang membuatnya gelisah adalah Alisa. Biasanya ia akan menelpon Pak Hendro, supir pribadi Alisa, hanya untuk menanyakan keberadaannya, dan memastikan bahwa gadis itu benar-benar berada di sekolah ataupun di rumah, bukan di tempat lain. Kalaupun tidak sempat atau sedang sibuk, ia hanya perlu melihatnya melalui GPS yang terpasang di nomor ponsel Alisa ataupun melalui kendaraan pribadinya yang terhubung langsung ke ponsel miliknya.Namun hari ini, Ia belum sama sekali melakukan semua rutinitas hariannya itu. Semenjak dirinya melarikan diri dari rumahnya sendiri, gara-gara rasa bersalahnya yang teramat dalam pada Alisa. Dan memutuskan untuk menempati Apartemennya saja yang jarang ia tempati. Tidak ingin melamun sedih meratapi kesendiriannya, ia pun memanggil Riko melalui telpon ex

  • Diasuh Bos Besar   Bab 52. Member Baru VIP

    Lampu warna-warni yang menyorot ruang lobby utama, menyambut langkah kaki dua gadis cantik yang berpakaian cukup seksi. Alisa yang malam ini mengenakan sweater rajut kerah V, rok mini lipit dari bahan wool, stoking jala, serta sepatu boots dari bahan perca suede, terlihat lebih dewasa dari usianya.Sedangkan Marlena sendiri, dengan blus offshoulder dari bahan viscose, celana pendek dari bahan sutra, serta sepatu bertali pita kulit warna hitam, membalut tubuh sintalnya hingga tampak semakin seksi.Keduanya berjalan penuh percaya diri dengan kepala sedikit mendongak keatas. Sekali-kali berlagak seperti orang kaya boleh khan?“Permisi, Kak?” Seru Alisa sambil berjalan mendekati meja resepsion. Menyapa lebih dahulu.Petugas resepsionis yang tengah sibuk didepan meja komputer, segera mengalihkan pandangannya menuju ke asal suara. Pantulan cahayanya begitu berkelas, karena hampir semua dindingnya terbuat dari kaca serta cermin.“Selamat malam. Sudah reservasi belum, Kak?”Sapa dan tanya pe

  • Diasuh Bos Besar   Bab 51. Rencana Bersenang-Senang di Klub Malam

    Tak ingin masalah pribadinya diketahui oleh petugas yang berjaga di ruang UKS, Alisa pun menyanggupi permintaan Andika. Apalagi dirinya kini sudah terbebas dari hukuman rumah. Jadi, Tuan Malik pasti tidak akan mempermasalahkannya, pikirnya sejenak.“Baiklah, Dika! Aku terima tantanganmu! Tapi beri aku waktu seminggu untuk persiapan!” Setengah terpaksa, Alisa menerima tantangan Andika, namun dengan syarat.Kepala Andika mengangguk setuju. “Setuju! Kita Deal!” Kepalan tangannya diulurkan ke arah Alisa dari kejauhan.“DEAL!” Angguk Alisa singkat sambil membalas kepalan tangan Andika dari kejauhan. Setelah kesepakatan terbentuk, Andika berbalik, kemudian melangkah pergi meninggalkan Alisa yang masih dalam pemeriksaan petugas UKS.Saat istirahat, Alisa mendatangi kelas Marlena yang tumben tidak sedang berada di kantin. Mengajaknya untuk mencari tempat yang sepi dengan duduk dipojokan kelas. Ia mulai curhat mengenai perbuatan Tuan Malik semalam. Tak disangka, Marlena juga balik curhat pada

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status