Masuk"Kamu tidak akan kembali ke istana barat dalam waktu dekat."
Meja makan panjang dengan 12 kursi itu, dipenuhi dengan olahan masakan, mulai dari daging asap yang sudah mulai diracik untuk menyambut musim dingin, atau daging domba panggang yang merupakan makanan kesukaan Raja Ted. Namun, Raja Ted dengan perut buncitnya, mengabaikan sarapan di hadapannya dan berulang kali membanjiri tenggorokan dengan alkohol yang berasal dari fermentasi serealia. Ucapannya masih sama, meski Anneth terus mengulang pertanyaan kapan dirinya akan kembali ke kerajaan barat. Anneth tidak akan kembali, dan tak ada alasan jelas dibalik perintah itu. "Pertunangan kalian batal! Dan cepat makan makananmu." Eleneor yang duduk di samping Anneth, ikut bersuara dengan dagu menunjuk piring milik Anneth dengan punggung tegapnya. Wanita itu sedang memamerkan kesempurnaan etikanya begitu duduk di kursi meja makan. Dari lirikan tajamnya, serta gaya menyayat daging yang perlahan, jelas wanita itu sedang menyindir Anneth yang sudah membuat keributan di pagi hari. "Tap-" "Hah! Aku ingin berbaring. Kau!" Ed mereggangkan tubuh gempalnya, lalu menunjuk seorang pelayan dengan postur tubuh yang mungil. "Bawa makanan ke kamarku, sekarang! Dan kalian." Pria itu menatap ketiga anaknya dengan wajah garang. "Habiskan makanan kalian, dan kau Anneth, jangan menggangguku!" Peringatan itu diucapkan dengan bangkitnya Ted dari kursi. Dia melangkah pergi, dengan para pelayan wanita yang mengekori dengan rapi. Seorang pelayan yang ditunjuk, mulai menyiapkan beberapa piring berisi makanan, lalu merunduk untuk pergi. "Aku berani bertaruh, jika dia tidak akan memakan sarapannya, melainkan si pelayan itu yang akan dilahap habis." Gumam Ele. Semenjak meninggalnya Ratu 14 tahun lalu, Raja Ted seperti kehilangan arah, kehilangan nafas dan belahan hatinya. Hidup dengan bermandikan minuman keras, dan wanita yang selalu menghangatkan ranjangnya. Jika Raja Ted kehilangan Ratu, maka rakyat Adena kehilangan Ratu dan Raja sekaligus. Karena, Ted tidak lagi mengurus rakyat dan melimpahkannya pada para mentri yang tidak kompeten dan Sach yang akan segera naik tahta. Kehilangan sosok Ted yang pernah menjadi panglima perang di kerajaan Hyachint, tentu sebuah lubang besar yang terus mendatangkan serangan dari kerajaan tetangga. Setidaknya, Adena harus kehilangan ratusan perajurit setiap kali ada peperangan yang datang tanpa aba-aba. "Kakak, sebenarnya apa yang terjadi?" "Anneth, apa kau tahu siapa yang saat ini menguasai Avram? Coba jelaskan." Sach berhenti memperhatikan makanan di atas piringnya, berusaha menghindari pertanyaan Anneth dan tak ingin mendengar tanya lanjutan. Sach melirik ke arah Anneth, menunggu jawaban lugas sang adik yang jelas-jelas sudah menhafal sejarah lengkap tanah Avram maupun Hyachint yang saat ini mereka tempati. "Ayolah, kau akan menjadi Madam Mary yang menguji pengetahuanku?" "Kau adalah wanita yang diramal menjadi dewi, Anneth. Kau yang akan membangunkan serigala putih di hutan Avram. Maka, kau jelas harus mengerti betul tentang sejarah dari tanah yang akan kau tempati kedepannya.” Menjadi si penunggang serigala putih, artinya harus menyerahkan seluruh jiwanya pada tanah Avram yang suci. Namun kesucian itu hilang, setelah sekelompok suku mengambil alih tanah dan gunung Avram yang tidak berpenghuni. Meski tanah Avram merupakan daerah kekuasaan kerajaan Hyachint, namun setelah raja meninggal, tanah itu sempat terlupakan oleh empat pemegang kerajaan di tanah Hyachint. Karenanya, sekelompok suku pendatang, mengambil alih tanah Avram dan menjadikan tanah itu seakan menjadi milik mereka. Anneth mengernyitkan keningnya, meletakan alat makannya dengan lembut hingga terdengar dentingan ringan. "Tunggu, jangan bilang raja Damon khawatir pada eksistensi suku itu?" Secara garis besar, Anneth bukanlah seorang putri bodoh yang mengunggulkan parasnya yang serupa dengan sang ibu, seorang wanita tercantik di kerajaan Hyachint yang terpikat pada panglima perang dari keluarga Rhodes. Namun, Anneth adalah seorang putri yang bisa memamerkan otaknya terlebih dahulu dibanding wajahnya, dan kini dia bisa memahami maksud tersembunyi yang keluarganya coba tutupi. "Jadi, raja Damon ingin aku segera membangkitkan seriga putih untuk melawan suku itu, alih-alih Dark Wizard?" Sach menutup sarapannya dengan satu tegukan air, lalu beralih menatap Anneth seolah menggambarkan kepuasan pada analisanya. Saat itulah Anneth sadar, jika dia sudah gagal, dan karena itulah kerajaan barat membatalkan pernikahan ini. Sudah bertahun-tahun lamanya Anneth mencoba menjalin hubungan dengan sosok serigala putih yang wujudnya saja hanya bisa dia lihat dari lukisan. Tapi hingga kini, tidak pernah ada getaran apapun yang dapat mengonfirmasi jika mahluk itu memang benar-benar ada. "Kau, datanglah ke tanah Avram." Raut wajah Sach tampak serius saat mengatakan itu, seolah menumpukan harapan yang besar bagi Anneth yang membeku karena tak tahu harus bertindak apa. "Setidap tahun aku selalu mendatangi hutan Avram, kak. Lalu, apa-" "Bukan sebagai Rhodes, tapi sebagai bagian dari mereka." Kening Anneth mengernyit, dia terdiam beberapa saat untuk mencerna ucapan yang coba Sach jelaskan. Namun, seberapa kerasnya dia berfikir, satu-satunya yang bisa Anneth simpulkan, adalah dirinya akan dibuang. "Hah, aku sudah tidak memiliki nafsu makan lagi!" Desah Ele seraya melempar sendok. Anneth berlaih menatap Ele, melayangkan tatapan permusuhan dengan membatin kesal. "Lagipula, siapa yang masih memiliki selera makan? Bahkan aku sudah mual hanya dengan melihat daging domba yang sama sekali tidak Raja sentuh." "Maksudnya, kau tidak akan menikah dengan pangeran Valter, tapi menikah dengan seorang ketua suku di pedalaman Avram!" Jelas Ele, tanpa sedikitpun rasa bersalah. Hubungan persaudaraan Anneth dan Ele, laksana percikan air dan api, yang tidak pernah bisa disatukan. Ele, sejak lama menyimpan kebencian pada Anneth, yang dianggap sebagai penyebab sang Ratu jatuh sakit. Setelah melahirkan Anneth 17 tahun lalu, Ratu mengidap penyakit yang terus menggerogoti tubuh cantik dan mudanya, hingga meninggal dunia tepat setelah Anneth menginjak usia 3 tahun. Tidak hanya karena meninggalnya Ratu, Ele bahkan terus menyalahkan Anneth untuk tingkah Raja yang seperti gelandangan. Jika Ratu tidak mati, Raja tidak akan mungkin seterpuruk ini, jika Ratu tidak melahirkan Anneth, tidak mungkin Ratu akan meninggal dengan penyakit, begitulah yang Ele yakini. "Kak, Ele! Biarkan aku yang menjelaskan!" Peringat Sach dengan helaan nafas lelah. Meski usia Sach baru 19, namun dia sudah harus dipaksa menjadi pemimpin kedua setelah Raja yang tidak becus mengurus kerajaan. Di usia mudanya, Sach bahkan tidak diberikan kebebasan atau sekadar waktu untuk bermain. Setiap harinya, dia disibukkan dengan pelatihan, pembelajaran ekonomi dan perang, serta barlatih pedang. Berbeda dari Anneth yang terus memantaskan diri menjadi seorang ratu kerajaan barat sejak remaja, serta Sach yang berjuang menjadi Raja yang baik, Ele sibuk menyenangkan diri. Tidak hanya Raja Ed yang bersenang-senang hingga ajal yang nanti akan menjemput jika waktunya tiba, Ele pun melakukan hal yang sama. Memperelok diri, menghias tubuhnya dengan aksesoris mahal, hanya agar pangeran yang dicintainya bertekuk lutut. Mengharapkan jika Ele bersedia menggantikan Anneth, adalah sebuah ilusi yang untuk dibayangkan saja terasa tidak pantas menjadi nyata. Keluarga ini hancur, dan tidak ada lagi sebuah pegangan ataupun ikatan yang bisa digunakan untuk salin bergantung. Perdebatan sengit antara Sach dan Ele masih terdengar ketat. Sach menjelekkan bagaimana kerajaan Gardenia yang akan segera menjadi tempat tinggal Ele, sama sekali tidak memberikan kontribusi yang bisa membantu kerajaan Adena. Sedang Ele sibuk menyalahkan Anneth yang tak juga bisa memanggil serigala putih untuk memperkuat kedudukannya di kerajaan barat. Sach membanting sendok emas hingga menciptakan keheningan, dan Ele mengatupakan mulutnya dengan tangan meremas dada akibat terkejut. "Aku adalah Raja di sini! Mengapa kau sama sekali tidak bisa mendengarkanku? Berhenti menyalahkan Anneth untuk kelalaian ayah!" Suara deritan kursi yang di dorong mundur, membuat Sach dan Ele menoleh bersamaan. Anneth meletkkan napkin di atas meja, lalu tersenyum dengan sorot mata kosong. "Kakak, aku akan melakukannya. Siapa yang harus aku nikahi?" Ini bukan karena Anneth mencintai kerajaan Adena, atau karena dia merasa kalah pada ramalan seorang penyihir kerajaan timur. Namun, ini karena Anneth tidak ingin melihat Sach semakin menderita, satu-satunya kakak yang sangat memedulikannya. "Ann, kau yakin?" Raut wajah itu, adalah bentuk nyata dari seorang Sach yang penyayang. Melihat bagaimana Sach berusaha mati-matian untuk terus membuat istana ini tetap berdiri tegak, Anneth tidak bisa tinggal diam. Jika dia tidak bisa menjadi Ratu di kerajaan barat, maka dia bisa menciptakan Ratu di kerajaan lain, bukan? Karena, tujuan utamanya bukanlah cinta, ataupun koneksi, namun sebauh pangkat dan kekuatan, yang bisa mengangkatnya naik lebih tinggi. Sehingga penunggang serigala putih, akan segera lenyap dari bayang-bayangnya dan tergantikan dengan Ratu si penguasa kerajaan. "Aku harap pria itu adalah seseorang yang kuat, bahkan lebih kuat dari Valter." Atau setidaknya, memiliki tubuh dan perawakan yang besar seperti sosok bercadar itu.Suara kayu yang terbakar, serta aroma harum dari daging yang hampir hangus membuat Anneth tersadar dari pingsannya. Rasanya dingin, meski sisi kanan tubuhnya sedikit lebih hangat karena kobaran api yang dekat dengannya. Anneth segera membuka mata, memandangi kain yang menjadi atap tempatnya berbaring, lalu beralih menatap langit yang sudah semakin gelap, malam akan segera tiba. Setelah dirasa cukup menyesuaikan diri, Anneth bangkit mendudukkan diri dengan ringisan, seraya memegangi tengkuknya yang terasa sakit dan tegang. Di sebrang kobaran api, Felix duduk santai seraya membakar daging kelinci yang sudah benar-benar matang. Pria itu melirik sekilas pada Anneth, lalu menarik salah satu paha dan melapahnya dengan rakus. Anneth ingat, jika dia sempat dipukul oleh Felix sebelum dia tidak sadarkan diri, yang artinya saat ini Anneth sedang di culik. Namun, lengan dan kakinya bahkan tidak diikat sama sekali, seolah Felix tidak khawatir jika Anneth akan melarikan diri. "Apa dia juga meme
"Teh sudah siap! Saya juga membawakan kue kering untuk menjadi teman teh, Ratu." Lyra memasuki kamar Anneth dengan semringah.Tadi saat berada di dapur, dia sempat mengobrol dengan para pelayan Anneth yang berasal dari kerajaan Adena. Setelah dibuat kecewa karena Anneth tak kunjung mengirim surat untuk ketua, akhirnya Lyra menghibur diri dengan bergosip dan mendengarkan cerita cinta para bangsawan di kerajaan utara. Mereka sangat manis, terlabih kisah perkenalan yang begitu intens dan romantis, Lyra sangat ingin turut merasakan romansa seperti itu. Tidak seperti di Amogha, para pria dan wanita lajang akan menunjukkan ketertarikannya dengan saling mencumbu. Jika cocok, maka akan diteruskan untuk hubungan yang lebih jauh."Ratu?" Lyra mengernyitkan keningnya saat tidak mendapati sosok Anneth di kursi minum teh yang biasanya wanita itu duduki.Meletakkan nampan berisi teh di atas meja, Lyra mendekat ke ruang baca yang berisi sofa baring milik Anneth. "Ratu, anda di sana?" Lirih Lyra, na
Satu hari setelah kepergian Julius."Semua perintah anda sudah dilaksanakan, Ratu." Maris yang baru saja meminta izin untuk memasuki perpustakaan di mana Anneth menghabiskan waktunya setiap hari, pun mengutarakan maksud kedatangannya.Perintah yang Maris maksud adalah tentang misi Anneth untuk mempercantik istana Amogha. Selama enam hari semenjak kepergian Julius, Anneth sudah bergerak gesit dengan memerintahkan beberapa hal. Bagian yang paling utama adalah mempersiapkan aula perjamuan dan pesta, karena tempat itu adalah lambang dan wajah dari sebuah istana.Setelah banyak berpikir dan merenung, mendengar beberapa masukan dari Betty, Lyra, dan Maris, akhirnya Anneth memilih untuk tetap mengusung gaya Amogha, tentu saja dengan sedikit sentuhan dan mode yang jelas sudah banyak berkembang."Lampu hias di aula sudah dipasang dengan baik, jendela-jendela sudah diganti dengan kerangka yang lebih kuat, sehingga akan siap menyambut musim dingin yang panjang. Lalu, Yorgo sudah datang dengan pa
"Nyonya, apa anda akan mengirim surat untuk Ketua?" Lyra kembali bertanya dengan senyuman lebar setelah beberepa menit lalu kembali fokus membaca. Dia sangat berseri-seri dan banyak menanyakan hal-hal yang sepertinya sudah disimpan terlalu lama di kepalanya karena tidak memiliki waktu untuk berdekatan dengan Anneth. Maka saat Anneth meminta Lyra kembali menjadi pelayannya untuk membantu Betty yang belum terlalu memahami tentang Amogha, Lyra menggunakan kesempatan itu untuk menanyakan banyak hal. "Biasanya para bangswan akan mengirim surat pada kekasihnya jika sedang berjauhan, bukan?" Tambah Lyra dengan semangat. Usia Lyra hanya setahun dibawah Anneth, namun karena kesenjangan yang cukup jauh, membuat keduanya terasa seperti memiliki usia yang jauh berbeda. Anneth selalu dituntut untuk bersikap anggun dan berwibawa layaknya bangswan yang akan menerima gelar Ratu. Sedang Lyra, dia tubuh di kerajaan yang tidak terlalu mementingkan kesopanan dan norma, membuatnya menjadi wanita yan
Sementara Anneth dilanda perasaan rindu yang tidak ia sadari dan bahkan ditepis dengan alasan 'tidak masuk akal merindukan Julius', pria yang dirindukannya baru saja memasuki tanah Adena yang terasa sangat dingin. Sesuai perkataan Anneth, Adena memiliki suhu udara yang jauh lebih dingin di bandingkan Amogha, saat musim dingin tiba.Julius tersenyum miring saat mengingat wajah konyol Anneth saat membawa bantal dan selimut menuju kamarnya dengan alasan, terbiasa menggunakan dua bantal dan selimut. Lucunya, wanita itu bahkan melupakan barang bawaannya dan berbaring kaku di sampingnya, menandakan jika dia tidak membutuhkan selimutnya."Ada yang lucu, ketua?" Arion dengan kudanya, mendekat dan mensejajarkan kuda Julius yang berhenti.Mendengar teguran itu, Julius berdehem dan menatap Arion dengan tajam. Senyumannya segera hilang, dan dia mencari kain penutup untuk menutupi wajahnya. Dia bahkan lupa mengenakan penutup wajah yang selalu dia kenakan kemanapun, hanya karena sibuk mengenggam da
Istana tanpa Julius, harusnya menjadi rumah yang sangat Anneth dambakan. Rasa bencinya belum hilang, meski belakangan pria itu sudah banyak menunjukan sikap normal yang seharusnya tidak dimiliki oleh pria dingin nan kejam itu.Kali ini Anneth tidak hanya berprasangka buruk saja, karena dia sudah membaca buku sejarah di perpustakaan, yang menuliskan setiap kekejaman Julius yang tanpa ampun. Pada saat pertama kali turun ke medan perang dan diberi senjata, Julius masih berusia 10 tahun, namun tanpa rasa bersalah maupun iba, dia berhasil menembus jantung kepala suku lain dan meraih kemenangan saat suku mereka hampir digugurkan.Cerita tentang peperangan pertama yang Julius lalui, ditulis dalam empat halaman buku, yang isinya menggambarkan bagaimana sosok itu sangat kuat dan memiliki jiwa pemimpin. Lalu disusul dengan sejarah-sejarah lain yang Anneth baca hingga habis. Satu kata yang bisa menggambarkan sosok Julius, kejam.Tetapi, saat selesai membaca buku dan menatap jendela yang menampil







