Home / Fantasi / Dibawah Lengan Serigala Putih / Penawaran Dengan Binatang Buas

Share

Penawaran Dengan Binatang Buas

Author: Sloane
last update Last Updated: 2024-08-04 20:41:56

"Nona, Nona Anneth, bangun!"

Tepukan yang samar-samar mulai terasa di pipinya, membuat kelopak matanya berangsur terbuka. Dalam cahaya remang, dan kelembaban di telapak tangan kanannya, Anneth melirik dan mendapati ramuan yang membalut telapak tangannya.

Pelayannya kembali tidak patuh, mereka pasti sempat membalut memar di telapak tangannya dengan ramuan.

"Nona, kita harus bergegas!"

Kesadaran belum sepenuhnya menyatu, Anneth bangkit duduk dengan pandangan berpendar ke penjuru kamar yang sepi. Dengan terburu-buru, Betty mengemasi pakaian dan memasukkannya ke dalam peti, lalu memasangkan mantel bulu ke badan Anneth tanpa sepatah katapun.

"Betty, apa yang terjadi?"

Bola mata Betty bergetar ketakutan, bibirnya berkomat-kamit tanpa suara, lalu dengan cengkraman erat, dia memaksa Anneth untuk bangkit. 

"Tidak ada waktu, kita harus pergi dari sini, Nona!"

Anneth bahkan tidak sempat memberontak, atau melawan Betty yang dengan berani menyeretnya pergi. Satu yang dia yakini, jika keadaan saat ini sedang genting, dan dia harus bergegas menuruti perkataan pelayan kepercayaannya.

Mereka menembus derasnya hujan, berlari menuju gerbang belakang dalam kegelapan. Hingga terdapat secercah cahaya kecil dan terdengar ringkikan dua kuda yang bergantian. Sebuah kereta kuda dengan lambang kerajaan utara menyambut mereka begitu melewati gerbang belakang. Anneth sempat menengok ke segala arah, menyadari jika tak ada penjaga yang mengawasi gerbang belakang.

Namun dia segera terlonjak, saat mendapati dua penjaga yang terkapar ditanah, tidak sadarkan diri.

"Betty, jelaskan! Ada apa ini?"

Keadaan tentu sedang tidak baik-baik saja. Namun keterdiaman Betty membuat Anneth semakin dilanda rasa penasaran dan khawatir. Dia berbalik menatap istana kerajaan barat, tampak tenang seakan tak terjadi apapun.

"Nona, kita harus kembali ke istana utara sekarang juga. Ini perintah Raja Ted!"

Mata Anneth membola terkejut. Mengingat jika Ted adalah seorang pemabuk berat, yang membuat tubuhnya semakin gemuk dan lemah, membuat Anneth yang awalnya bimbang, pun melangkah masuk ke dalam kereta dengan mantap. Satu yang dia khawatirkan, jika sang ayah jatuh sakit, atau istana utara sedang dalam bahaya.

Sepanjang perjalanan pulang, Anneth memilih diam dengan kegundahan yang menyelimuti pikirannya. Hingga ia tertidur saat hujan mulai mereda dan aroma tanah tercium dengan pekat. Perjalanan akan memakan waktu dua hari tiga malam. Anneth harus menjaga kondisinya agar tetap prima, sehingga begitu sampai di kerajaan utara, dia bisa segera melakukan tindakan yang diperlukan.

***

Anneth segera melompat begitu kereta kuda sudah berhenti dengan aman, suara teriakan Betty bahkan dia abaikan. Raut wajahnya panik, berlari menuju istana dengan tergesa-gesa. Kesunyian membuatnya semakin berdebar khawatir, namun langkahnya melambat saat melewati ruang pertemuan yang dipenuhi oleh petinggi kerajaan Adena.

Mengintip dengan nafas terenggah-enggah, Anneth segera menyandarkan punggungnya pada dinding saat mendapati Ted yang duduk di kursi kebanggaannya. Wajahnya tampak cemas, namun tidak ada gurat kesakitan, selain sabuk Raja yang tidak terkancing sempurna karena perutnya yang terlampau besar.

Saat Anneth hendak berbalik, dia bersitatap dengan sorot mata yang menatapnya dengan berani. Dia kembali menoleh, menatap sepasang mata tajam itu dengan rasa penasaran, lagipula siapa yang berani menatap Putri kerajaan Adena dengan lancang seperti itu?

Hidung dan mulut dari pria berambut panjang itu ditutupi oleh kain coklat, pundak yang terlihat lebar dan luas itu diselimuti mantel bulu yang lebat. Hingga tepukan dari Betty menyadarkannya, membuat Anneth menoleh dengan panik seolah tertangkap basah sedang mengintip. Walau, dia memang sedang mengintip.

"Nona, ayo segera naik. Saya sudah meminta pelayan untuk menyiapkan air mandi untuk Nona."

Anneth mendecak kesal, melangkah mendahului Betty dengan omelan. "Kalau Ayah tidak sakit, lalu apa tujuanmu memaksaku pulang, Betty? Aku akan menikah setelah musim dingin berakhir, lalu bagaimana aku kembali ke sana ditengah salju?"

Betty merunduk tak bersuara, tepat setelah Anneth masuk ke dalam kamarnya. Wanita paruh baya itu bergumam. "Anda bahkan tidak akan menikah dengan Putra mahkota Valter, Nona Ann."

***

Di aula pertemuan, suasana kembali tegang. Terdengar suara dengan bahasa asing yang sama sekali tidak dimengerti oleh Raja Ted dan Pangeran Sach yang mendampingi di sampingnya.

"Sepertinya mereka akan menyetujui permintaan yang mulia Raja." 

Ted tersenyum lega begitu mendengar penjelasan penerjemah. Wajah cemasnya berangsur melunak karena merasa sedikit terbebas. Merasa jika tanah utara akan terancam, Ted terus mencari pertolongan pada kerajaan sekitar. Namun, karena keterpurukan dari kerajaan utara, membuat para tetangga memilih untuk angkat tangan. Terlebih, musuh yang akan Adena hadapi, bukanlah kerajaan kecil yang lemah.

Putus asa, dengan terpaksa Ted menyetujui usulan dari mentrinya dan mengadakan pertemuan dengan suku pedalaman yang menempati tanah Avram yang cukup berkuasa.

Terkenal tak berperasaan seperti hewan buas, namun memiliki banyak perajurit, suku itu hidup dalam keheningan tanah Avram dan tidak pernah mencampuri urusan tanah Hyachint meski genting sekalipun.

"Tapi,"

Nafas Ted kembali terasa sesak saat mendengar kata tapi yang mengkhawatirkan. "Tapi, apa?"

"Mereka menolak bagi hasil sumber daya, dan meminta sebuah penawaran yang lebih menjanjikan."

Sesuai dugaan, penawaran yang kerajaan Adena ajukan memang cukup lemah. Empat ribu pasukan, dibayar dengan hasil bumi selama 10 tahun, tentu tak terlalu menarik. Lagipula, tanah Avram terkenal dengan hasil bumi yang melimpah karena memiliki tanah yang subur.

"Katakan, kita akan menyokong besi dan tembaga juga."

"Maaf, yang mulia." Potong seorang mentri. "Saya rasa itu masih tidak cukup. Bagaimana dengan penawaran yang semalam sudah kita rundingkan?"

"Mentri, Orion!" Sergah Sach seraya bangkit berdiri.

Para mata yang memenuhi aula pertemuan, serempak menatap kearahnya dengan terkejut dan penasaran. Tak terkecuali pemimpin suku Avram yang sedari tadi memilih tetap bungkam. Sang putra mahkota kerajaan Adena, mengetatkan rahangnya dengan tangan terkepal.

"Jaga ucapanmu!"

"Tapi kita tidak memiliki pilihan lain, yang mulia." Dalih mentri Orion.

Penerjemah menatap Sach dengan anggukan. "Mereka masih tetap tidak menyetujui tawaran hasil bumi, besi dan tembaga." Lirihnya dengan sesal.

Musim dingin akan segera tiba, hujan mungkin belum akan reda hingga salju turun. Karenanya, penyerangan mungkin tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Setidaknya, dengan itu Adena bisa mencari jalan keluar lain untuk menghadapi peperangan dan terhindar dari kekalahan.

Namun, perajurit yang baru saja memasuki aula pertemuan, mengatakan jika lawan akan tetap menyerang meski hujan badai sekalipun. Karenanya, Sach menghempaskan badannya ke kursi dengan pasarah, dan memejamkan mata rapat-rapat saat penerjemah kembali bersuara.

"Mereka menyetujui penawaran penyatuan hubungan politik, yang mulia."

Penyatuan hubungan politik, artinya harus ada sebuah pernikahan. Mengetahui jika pemimpin suku pedalaman Avram adalah seorang pria, Sach menelan liurnya dengan berat. Artinya, dia harus merelakan Eleneor sang kakak, atau Anneth sang adik untuk ditumbalkan pada suku kasar bak binatang buas itu.

Dia mendadak dilema, tak kuasa menghadapi raut kecewa dari dua wanita yang berharga untukknya. Sach melirik ke arah Ted dengan kesal. Andai Raja tidak terpuruk dan terjatuh pada pelacuran dan tenggelam dengan minuman keras, mungkin Adena tidak akan selemah ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Binatang Buas Yang Kehilangan Taring

    Suara kayu yang terbakar, serta aroma harum dari daging yang hampir hangus membuat Anneth tersadar dari pingsannya. Rasanya dingin, meski sisi kanan tubuhnya sedikit lebih hangat karena kobaran api yang dekat dengannya. Anneth segera membuka mata, memandangi kain yang menjadi atap tempatnya berbaring, lalu beralih menatap langit yang sudah semakin gelap, malam akan segera tiba. Setelah dirasa cukup menyesuaikan diri, Anneth bangkit mendudukkan diri dengan ringisan, seraya memegangi tengkuknya yang terasa sakit dan tegang. Di sebrang kobaran api, Felix duduk santai seraya membakar daging kelinci yang sudah benar-benar matang. Pria itu melirik sekilas pada Anneth, lalu menarik salah satu paha dan melapahnya dengan rakus. Anneth ingat, jika dia sempat dipukul oleh Felix sebelum dia tidak sadarkan diri, yang artinya saat ini Anneth sedang di culik. Namun, lengan dan kakinya bahkan tidak diikat sama sekali, seolah Felix tidak khawatir jika Anneth akan melarikan diri. "Apa dia juga meme

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Kegentingan di Amogha

    "Teh sudah siap! Saya juga membawakan kue kering untuk menjadi teman teh, Ratu." Lyra memasuki kamar Anneth dengan semringah.Tadi saat berada di dapur, dia sempat mengobrol dengan para pelayan Anneth yang berasal dari kerajaan Adena. Setelah dibuat kecewa karena Anneth tak kunjung mengirim surat untuk ketua, akhirnya Lyra menghibur diri dengan bergosip dan mendengarkan cerita cinta para bangsawan di kerajaan utara. Mereka sangat manis, terlabih kisah perkenalan yang begitu intens dan romantis, Lyra sangat ingin turut merasakan romansa seperti itu. Tidak seperti di Amogha, para pria dan wanita lajang akan menunjukkan ketertarikannya dengan saling mencumbu. Jika cocok, maka akan diteruskan untuk hubungan yang lebih jauh."Ratu?" Lyra mengernyitkan keningnya saat tidak mendapati sosok Anneth di kursi minum teh yang biasanya wanita itu duduki.Meletakkan nampan berisi teh di atas meja, Lyra mendekat ke ruang baca yang berisi sofa baring milik Anneth. "Ratu, anda di sana?" Lirih Lyra, na

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Bukan Negosiasi

    Satu hari setelah kepergian Julius."Semua perintah anda sudah dilaksanakan, Ratu." Maris yang baru saja meminta izin untuk memasuki perpustakaan di mana Anneth menghabiskan waktunya setiap hari, pun mengutarakan maksud kedatangannya.Perintah yang Maris maksud adalah tentang misi Anneth untuk mempercantik istana Amogha. Selama enam hari semenjak kepergian Julius, Anneth sudah bergerak gesit dengan memerintahkan beberapa hal. Bagian yang paling utama adalah mempersiapkan aula perjamuan dan pesta, karena tempat itu adalah lambang dan wajah dari sebuah istana.Setelah banyak berpikir dan merenung, mendengar beberapa masukan dari Betty, Lyra, dan Maris, akhirnya Anneth memilih untuk tetap mengusung gaya Amogha, tentu saja dengan sedikit sentuhan dan mode yang jelas sudah banyak berkembang."Lampu hias di aula sudah dipasang dengan baik, jendela-jendela sudah diganti dengan kerangka yang lebih kuat, sehingga akan siap menyambut musim dingin yang panjang. Lalu, Yorgo sudah datang dengan pa

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Surat

    "Nyonya, apa anda akan mengirim surat untuk Ketua?" Lyra kembali bertanya dengan senyuman lebar setelah beberepa menit lalu kembali fokus membaca. Dia sangat berseri-seri dan banyak menanyakan hal-hal yang sepertinya sudah disimpan terlalu lama di kepalanya karena tidak memiliki waktu untuk berdekatan dengan Anneth. Maka saat Anneth meminta Lyra kembali menjadi pelayannya untuk membantu Betty yang belum terlalu memahami tentang Amogha, Lyra menggunakan kesempatan itu untuk menanyakan banyak hal. "Biasanya para bangswan akan mengirim surat pada kekasihnya jika sedang berjauhan, bukan?" Tambah Lyra dengan semangat. Usia Lyra hanya setahun dibawah Anneth, namun karena kesenjangan yang cukup jauh, membuat keduanya terasa seperti memiliki usia yang jauh berbeda. Anneth selalu dituntut untuk bersikap anggun dan berwibawa layaknya bangswan yang akan menerima gelar Ratu. Sedang Lyra, dia tubuh di kerajaan yang tidak terlalu mementingkan kesopanan dan norma, membuatnya menjadi wanita yan

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Jarak Mendekatkan Hati

    Sementara Anneth dilanda perasaan rindu yang tidak ia sadari dan bahkan ditepis dengan alasan 'tidak masuk akal merindukan Julius', pria yang dirindukannya baru saja memasuki tanah Adena yang terasa sangat dingin. Sesuai perkataan Anneth, Adena memiliki suhu udara yang jauh lebih dingin di bandingkan Amogha, saat musim dingin tiba.Julius tersenyum miring saat mengingat wajah konyol Anneth saat membawa bantal dan selimut menuju kamarnya dengan alasan, terbiasa menggunakan dua bantal dan selimut. Lucunya, wanita itu bahkan melupakan barang bawaannya dan berbaring kaku di sampingnya, menandakan jika dia tidak membutuhkan selimutnya."Ada yang lucu, ketua?" Arion dengan kudanya, mendekat dan mensejajarkan kuda Julius yang berhenti.Mendengar teguran itu, Julius berdehem dan menatap Arion dengan tajam. Senyumannya segera hilang, dan dia mencari kain penutup untuk menutupi wajahnya. Dia bahkan lupa mengenakan penutup wajah yang selalu dia kenakan kemanapun, hanya karena sibuk mengenggam da

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Sosok Yang Hinggap Di Ingatan

    Istana tanpa Julius, harusnya menjadi rumah yang sangat Anneth dambakan. Rasa bencinya belum hilang, meski belakangan pria itu sudah banyak menunjukan sikap normal yang seharusnya tidak dimiliki oleh pria dingin nan kejam itu.Kali ini Anneth tidak hanya berprasangka buruk saja, karena dia sudah membaca buku sejarah di perpustakaan, yang menuliskan setiap kekejaman Julius yang tanpa ampun. Pada saat pertama kali turun ke medan perang dan diberi senjata, Julius masih berusia 10 tahun, namun tanpa rasa bersalah maupun iba, dia berhasil menembus jantung kepala suku lain dan meraih kemenangan saat suku mereka hampir digugurkan.Cerita tentang peperangan pertama yang Julius lalui, ditulis dalam empat halaman buku, yang isinya menggambarkan bagaimana sosok itu sangat kuat dan memiliki jiwa pemimpin. Lalu disusul dengan sejarah-sejarah lain yang Anneth baca hingga habis. Satu kata yang bisa menggambarkan sosok Julius, kejam.Tetapi, saat selesai membaca buku dan menatap jendela yang menampil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status