Beranda / Fantasi / Dibawah Lengan Serigala Putih / Menjadi Wanita Seutuhnya?

Share

Menjadi Wanita Seutuhnya?

Penulis: Sloane
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-01 23:36:39

Matanya mengerjap saat merasakan kekeringan di tenggorokannya. Begitu membuka mata, rasa sakit di perut dan sekujur tubuhnya membuat Anneth meringis kesakitan. Pandangannya mengedar, menatap sekelilinginya, atap dan dinding, serta alas yang dia tiduri, semua berasal dari kain yang tebal, yang dapat diartikan jika kini dia sedang berada di dalam sebuah tenda.

Anneth bangkit untuk duduk dengan ringisan, dia hanya mengenakan kain yang membalut dada dan bagian bawah pinggang, dengan perut terbuka yang ditempeli oleh ramuan dari daun-daunan. Aromanya terasa alami, namun menyengat hingga membuatnya mengernyit getir.

Anneth kembali memandangi sekeliling, ruangan ini sangat sederhana dan kosong, sebuah ruangan kecil yang hanya dibuat untuk dijadikan sebagai tempat tidur. Dia mulai mengingat-ingat kejadian yang dia alami, di mana dia mengendari kuda dan jatuh terguling ke dalam semak-semak yang berakhir membentur batu, lalu dia dibawa pergi dengan tidak manusiawi.

Anneth mengepalkan kedua tangannya, dia bahkan baru beberapa saat saja bersama dengan suku aneh itu, namun kemalangan sudah menyiksanya dengan keji. Memandangi luka sayat di sekujur tubuhnya, Anneth menekan pelipis dengan geram. Selama ini dia merawat tubuhnya dengan baik, namun usahanya hancur dalam waktu satu hari.

Suara tawa yang terdengar besar, bersamaan dengan pintu kain yang terbuka, membuat Anneth menaikkan pandangan. Sosok yang beru saja terdengar tertawa puas itu, kini mendatarkan raut wajahnya, seolah baru saja melihat makhluk yang paling dia benci di seluruh jagat raya. 

"Esna al zaude?"

*Kau sudah bangun?

Demi dewa Zeus dan seluruh istrinya, Anneth sangat kesal dengan keadaan yang sedang dia alami. Bahkan, bagian paling membuatnya kesal, adalah karena tidak bisa memahami bahas yang pria itu gunakan. Namun, mengira-ngira dengan akal sehat, Anneth mengangguk seolah paham maksud dari pria itu. 

"Arion!" 

Anneth tersentak saat dengan tiba-tiba pria itu meneriakkan sebuah nama, dan tak lama setelahnya seorang pria penerjemah masuk ke dalam tenda dengan raut wajah panik. Anneth sempat bersitatap dengan manik pria itu, yang segera merunduk dan mendekat seraya bersimpuh.

"Maafkan saya, seharusnya saya tidak memberikan kuda yang biasa ditunggai untuk perang kepada pemula seperti anda. Dia memiliki insting peperangan yang kuat, maka melaju dengan sangat cepat dan membahayakan anda."

Mendengar penjelasan itu, Anneth meremas kain yang membalut pinggangnya, dia beralih menatap pria tinggi besar yang masih berdiri memandanginya. Pria itu bersuara, yang lagi-lagi tidak bisa Anneth pahami. Namun, melihat wajah terkrjut Arion, Anneth menjadi khawatir.

"Ketua mengatakan, dia tidak akan membiarkan anda menghukum saya dengan berat, karena Arion adalah orang kepercayaan ketua. Ketua hanya ingin melihat saya meminta maaf dengan tulus kepada anda, Nyonya." Nada Canggung terdengar dipaksakan saat Arion menyebut kata Nyonya.

Anneth segera melayangkan tatapan membunuh pada pria gila itu, hingga akhir, meski Annteh terluka, pria itu tetap tidak memilki hati. Bahkan tak ada rasa iba sedikitpun. Dengan raut wajah datarnya, pria itu berbalik dan memilih keluar dari tenda, menyisakan Arion yang terus merunduk.

"Aku memaafkanmu. Siapa namamu, tadi? Arion?"

"Iya, nyonya." Lirih Arion dengan sopan, sangat berbeda dengan perangai dia sebelumnya.

"Bisakah kau berhenti memanggilku Nyonya? Aku bahkan belum menikah." Protes Anneth, seraya menaikkan kain dipangkuannya untuk menutupi tubuhnya yang sedikit terbuka.

"Apa maksud Nyonya? Anda sudah melangsungkan pernikahan semalam, saat anda tidak sadarkan diri. Dan kini anda sudah resmi menjadi istri dari ketua."

Mata Anneth membelalak, sungguh dia tidak memahami adat pernikahan macam apa yang suku ini anut. Bahkan, meski dalam keadaan tidak sadarkan diri, mereka tetap melangsungkan pernikahan?

"Sejak awal anda sudah menerima perniakhan ini, dan karena semalam adalah waktu terbaik untuk pernikahan terjalin, maka semua dilangsungkan dengan cepat dan mendadak, Nyonya." Terang Arion, seolah paham pada keresahan Anneth.

Pria itu menunjuk pergelangan tangan kiri Anneth, dan dengan penasaran dia menatapnya. Sebuah tato kecil berbentuk aneh terukir dipergelangan tangannya, dengan syok Anneth segera menatap Arion, meminta penjelasan untul hal gila yang dia alami. Bagaimana bisa seorang putri memiliki tato?

"Itu adalah tanda, jika anda sudah menikah, Nyonya. Dan Ketua juga memiliki tanda yang sama seperti milik Nyonya. Menandakan jika kalian adalah-"

"Cukup!" Potong Anneth, seraya memijat keningnya yang berdenyut.

Ini terlalu gila, tidak masuk akal dan terlalu jauh melampaui karakter Anneth. Dia adalah seorang putri kerajaan Adena, yang dipuja dan hidup dengan kesempurnaan. Lalu, bagaimana bisa dia diperlakukan seperti tidak berharga di antara suku ini?

"Nyonya, apa anda baik-baik saja?"

Terlihat raut khawatir dari Arion, namun pria itu tetap menjaga jarak seolah tak diperbolehkan mendekat lewat dari jarak satu meter. Belum sempat menjawab, pintu kain kembali terbuka, dan beberapa wanita berbalut pakaian kain minimalis, masuk dan memenuhi kamar yang Anneth tempati. Terhitung ada 6 orang, yang kini memandang Anneth dengan penuh minat.

"Nyonya, karena anda sudah sadar, mari segera membersihkan diri. Sebelum ketua datang kembali." Ucap salah seorang wanita yang tersenyum cerah kearahnya.

Meski ketakutan, namun Anneth merasa lega, karena ada satu orang wanita yang bisa berbicara dengan bahasa yang Anneth gunakan.

Aron bangkit, lalu merunduk dengan sopan. "Silakan membersihkan diri anda, Nyonya. Untuk kedepannya, Lyra yang akan membantu mengurus kebutuhan anda. Saya pamit undur diri."

Setelah kepergian tergesa Aron, para wanita segera mengerubungi Anneth. Wanita yang sedari tadi tersenyum cerah, pun mulai menyisir rambut terurai Anneth dengan jemarinya. "Rambut blonde yang indah, Nyonya. Saya Lyra."

Anneth meringis canggung, lalu beralih menatap wanita lain yang mulai mencoba melucuti pakaian yang Anneth kenakan. 

"Hey, apa yang kalian lakukan!" Sentak Anneth tak terima.

Meski sepanjang hidupnya Anneth selalu dibantu oleh pelayan untuk mengurus diri, namun dia tak bisa bersikap normal ketika wanita suku inilah yang menyentuhnya. Dengan raut terkejut dan panik, Anneth menatap Lyra yang tersenyum ramah.

"Mereka akan membantu anda membersihkan diri, Nyonya. Anda harus bersih, sebelum menyambut ketua."

"Tunggu!" Anneth mencekal salah satu wanita yang berniat melepas kain yang melilit dadanya, lalu menatap Lyra dengan tajam. "Tapi untuk apa aku harus bersiap menyamutnya?"

Lyra terkikik pelan, dengan senyuman malu-malu. "Kalian akan melakukan inti dari ritual penikahan, Nyonya. Malam ini, anda akan menjadi wanita seutuhnya."

Tubuh Anneth mendadak kaku, dia merasa seperti diangkat dan diceburkan pada danau musim dingin yang terletak di kerajaan utara yang siap membaku. Ini adalah bagian yang paling dia takutkan, menghabiskan malam dengan pria buas yang tidak memiliki rasa iba itu.

Menyadari ketakutan Anneth, Lyra mengenggam tangannya. "Tidak apa, Nyonya. Ketua adalah seorang pria sejati, dia akan memberikan pengalaman pertama yang bisa membuat anda terkesan."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Surat

    "Nyonya, apa anda akan mengirim surat untuk Ketua?" Lyra kembali bertanya dengan senyuman lebar setelah beberepa menit lalu kembali fokus membaca. Dia sangat berseri-seri dan banyak menanyakan hal-hal yang sepertinya sudah disimpan terlalu lama di kepalanya karena tidak memiliki waktu untuk berdekatan dengan Anneth. Maka saat Anneth meminta Lyra kembali menjadi pelayannya untuk membantu Betty yang belum terlalu memahami tentang Amogha, Lyra menggunakan kesempatan itu untuk menanyakan banyak hal. "Biasanya para bangswan akan mengirim surat pada kekasihnya jika sedang berjauhan, bukan?" Tambah Lyra dengan semangat. Usia Lyra hanya setahun dibawah Anneth, namun karena kesenjangan yang cukup jauh, membuat keduanya terasa seperti memiliki usia yang jauh berbeda. Anneth selalu dituntut untuk bersikap anggun dan berwibawa layaknya bangswan yang akan menerima gelar Ratu. Sedang Lyra, dia tubuh di kerajaan yang tidak terlalu mementingkan kesopanan dan norma, membuatnya menjadi wanita yan

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Jarak Mendekatkan Hati

    Sementara Anneth dilanda perasaan rindu yang tidak ia sadari dan bahkan ditepis dengan alasan 'tidak masuk akal merindukan Julius', pria yang dirindukannya baru saja memasuki tanah Adena yang terasa sangat dingin. Sesuai perkataan Anneth, Adena memiliki suhu udara yang jauh lebih dingin di bandingkan Amogha, saat musim dingin tiba.Julius tersenyum miring saat mengingat wajah konyol Anneth saat membawa bantal dan selimut menuju kamarnya dengan alasan, terbiasa menggunakan dua bantal dan selimut. Lucunya, wanita itu bahkan melupakan barang bawaannya dan berbaring kaku di sampingnya, menandakan jika dia tidak membutuhkan selimutnya."Ada yang lucu, ketua?" Arion dengan kudanya, mendekat dan mensejajarkan kuda Julius yang berhenti.Mendengar teguran itu, Julius berdehem dan menatap Arion dengan tajam. Senyumannya segera hilang, dan dia mencari kain penutup untuk menutupi wajahnya. Dia bahkan lupa mengenakan penutup wajah yang selalu dia kenakan kemanapun, hanya karena sibuk mengenggam da

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Sosok Yang Hinggap Di Ingatan

    Istana tanpa Julius, harusnya menjadi rumah yang sangat Anneth dambakan. Rasa bencinya belum hilang, meski belakangan pria itu sudah banyak menunjukan sikap normal yang seharusnya tidak dimiliki oleh pria dingin nan kejam itu.Kali ini Anneth tidak hanya berprasangka buruk saja, karena dia sudah membaca buku sejarah di perpustakaan, yang menuliskan setiap kekejaman Julius yang tanpa ampun. Pada saat pertama kali turun ke medan perang dan diberi senjata, Julius masih berusia 10 tahun, namun tanpa rasa bersalah maupun iba, dia berhasil menembus jantung kepala suku lain dan meraih kemenangan saat suku mereka hampir digugurkan.Cerita tentang peperangan pertama yang Julius lalui, ditulis dalam empat halaman buku, yang isinya menggambarkan bagaimana sosok itu sangat kuat dan memiliki jiwa pemimpin. Lalu disusul dengan sejarah-sejarah lain yang Anneth baca hingga habis. Satu kata yang bisa menggambarkan sosok Julius, kejam.Tetapi, saat selesai membaca buku dan menatap jendela yang menampil

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Kembalilah Dengan Selamat

    Sementara Anneth dan Julius saling tenggelam dalam suasana yang mendadak tegang, Sach melamun menatap kobaran api di perapian. Percikan api membuatnya berkedip, dia segera menoleh saat mendengar ketukan lirih di pintu kamarnya."Masuklah."Pelayan pribadinya masuk dengan badan menggigil kedinginan, dia segera merapat menuju perapian untuk menghangatkan diri. "Yang Mulia, maaf menganggu di jam malam seperti ini. Tapi ada hal mendesak."Sach memang belum resmi diangkat sebagai Raja baru Adena, namun para pelayan dan perajurit istana sudah memperlakukannya dengan sangat hormat, layaknya pemimpin Adena yang sah."Katakan.""Ada surat dari kerajaan timur." Pelayan itu mengelurkan sebuah surat yang digulung dengan lilin dan cap kerajaan timur.Sach segera meraih surat itu dan membacanya. Raut wajahnya berubah, sorot matanya terlihat marah. Dia segera melempar surat itu ke dalam kobaran api dan menatapnya hingga melebur."Siapa yang mengantar surat ini?""Pria yang sama, saat surat pertama d

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Mengenal Lebih Jauh

    Anneth mengetuk pintu tinggi itu dengan kening yang mengernyit dalam. Ternyata pintu itu terbuat dari kayu yang sangat tebal, sehingga suara yang ditimbulkan dari ketukan ringannya hanya terdengar lirih saja. Ketukan kedua, Anneth sedikit memberikan tenaga, sehingga ia yang awalnya gugup, berubah menjadi kesal dan bergulat batin dengan pintu besar itu. Jika saja pintu itu beryawa, Anneth akan menusuknya dengan pedang dari patung baju besi yang terpajang di sudut lorong.Pintu terbuka saat Anneth hendak memukulnya lagi, dia bahkan meringis gemas saat sosok Julius berdiri dihadapannya. Mata Anneth membola, dia kembali mendatarkan ekspresinya dan masuk ke dalam kamar Julius dengan perasaan malu. Julius melihat wajahnya yang geram dan gemas pada pintu, dan itu sedikit memalukan.Pandangan Anneth mengedar ke penjuru ruangan. Kamar Julius cukup normal bagi mata seorang putri kerajaan seperti Anneth. Tidak ada kepala rusa yang terpaku di dinding, atu kulit harimau yang dijadikan karpet. Bahk

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Merangkai Rencana

    Entah siapa yang memulai terlebih dahulu, namun tangan Anneth dan Julius kembali bergandengan begitu keduanya keluar dari perpustakaan. Terasa sensasi canggung yang mencekik saat tidak ada suara apapun yang terdengar, melainkan hanya langkah kaki yang bergema saat keduanya melewati lorong. Lantai dua benar-benar sunyi, berbeda dengan lantai dasar yang masih riuh karena para perajurit yang sibuk berpesta. Mencoba mengusir kecanggungan, Anneth mengedarkan pandangan dalam cahaya remang. Dia mendapati beberapa lukisan yang tergantung di dinding. "Apakah itu lukisan Raja dan Ratu terdahulu?"Julius menoleh kearah Anneth sejenak, seolah memastikan jika sang istri lah yang mengajaknya berbicara. Lalu ia menatap dinding dan mengangguk. "Kami meyebutnya sebagai pemimpin. Tapi, Ya. Dia pemimpin pertama di tanah avram.""Kami menyebutnya sebagai Raja, jika mereka hanya memimpin satu negara saja. Dan kaisar jika memimpin beberapa negara. Apa kalian tidak pernah menggunakan istilah itu?"Julius m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status