Share

Mainan Yang Lenyap

Auteur: Sloane
last update Dernière mise à jour: 2025-08-01 23:55:42

Lapangan berlatih kerajaan barat yang biasanya kering dan memiliki rumput yang subur, kini menjadi dipenuhi dengan lumpur dan membekas jejak ribuan tapak sepatu yang menghilangkan warna hijau nan segar. Di bawah sana, ratusan pasukan mulai berlatih dengan saling berpasangan, memantapkan kekuatan dan mental untuk menyambut perang besar yang akan segera dihadapai.

Rintik hujan bukan menjadi penghalang, udara dingin yang sebentar lagi akan menurunkan bulir salju, sama sekali tidak menyurutkan para perajurit yang mencintai kerajaan dengan segenap jiwa raga. Mati dalam peperangan, jelas lebih membanggakan dibanding kelaparan ataupun mengiggil di gubuk dengan perut kosong.

Kerajaan Barat dengan keras menempa perajuritnya, bahkan anak-anak kecil sekalipun memiliki cita-cita menjadi bagian dari pasukan utama. Terasa jelas kekompakan dan dedikasi warga yang besar kepada kerajaan. Karena sebab itulah, kerajaan Barat terkenal dengan kekuatan militer yang jelas ditakuti oleh tiga kerajaan lain di tanah Hyacinth.

Riuhnya perajurit yang berlatih mengucurkan keringat, berbanding terbalik dengan situasi pada menara setinggi lima meter yang menjulang di dekat lapangan. Disana dipenuhi dengan jamuan yang menggugah selera, serta wanita-wanita yang dengan lembut menyapukan kipas bulu angsa kepada dua pasang manusia yang saling bertatap.

"Jadi, kapan penyatuan kerajaan akan dilakukan?"

Seorang pria bertubuh gempal dengan cerutu besar di jemarinya, tersenyum penuh minat, menatap pria lain yang penampilannya berbanding jauh dengannya. Bedros Pierre, adalah pemimpin dari kerajaan selatan yang termasyur sebagai kerajaan dengan pandai besi yang selalu menciptakan pedang berkualitas tinggi. Namun, dia sama sekali tidak terlihat seperti seorang Raja yang berwibawa, terlebih dengan beberapa codet di sekitar wajahnya.

Bebanding terbalik dengan Raja Damon, dia memiliki tubuh seorang petarung, yang sejak lama selalu bersaing ketat dengan Ted sebagai panglima perang. Damon memang selalu kalah dari Ted, baik dalam persaingan kekuatan maupun hati. Namun, setelah kerajaan Hyacinth terpecah, dirinya jauh lebih unggul dibanding pemabuk berperut buncit itu. Kali ini, adalah pertarungan kesekian kali, yang pasti bisa dia menangkan dengan membanggakan.

"Itu tergantung darimu, Raja Bedros. Kau belum memasok persenjataan lengkap untuk kerajaan barat. Jadi dapat aku sebut, jika persenjataan dan perajurit darimu sudah tiba, maka pernikahan antara pengeran Valter dan putri Finley akan semakin dekat."

Bedros tersenyum lebar, kerajaan barat jelas memiliki kekuatan yang besar, dan dapat dikatakan sebagai penguasa tertinggi dari empat kerajaan yang menghuni tanah Hyacinth yang luas. Menyatukan kekuasaan dengan kerajaan barat, tentu menjadi impian dari tanah lain yang awalnya selalu putus semangat karena kerajaan barat yang hanya memusatkan perhatiannya pada kerajaan utara yang dingin.

Namun, Bedros bukanlah Raja yang bodoh, dia jelas tahu betul bagaimana liciknya Damon dalam memimpin peperangan, hingga dapat membesarkan kerajaan barat menjadi negara adidaya.

"Aku akan mengirim separuh persenjataan dan perajurit, lalu biarkan putriku menikah dengan pangeran Valter."

Raja Damon yang kejam, pun menyeringai. Dia memang memiliki cukup perajurit, bahkan akan dengan mudah bisa mengalahkan kerajaan Utara yang sedang terpuruk. Namun mereka tidak memiliki persenjataan yang memadai, karenanya penyatuan pernikahan dengan kerajaan Selatan, jelas tidak bisa dianggap remeh.

"Baiklah, kirimkan segera. Baru kita bisa melanjutkan pembicaraan tentang pernikahan penerus kita."

Dengan senyuman terkembang, Bedros menurunkan pandangan kearah lapangan ramai. Matanya dapat dengan mudah menemukan si rambut hitam Valter yang terlihat menonjol dibanding petarung kotor dan menyeramkan itu. Pangeran Valter jelas menuruni rupa dari Raja Damon yang rupawan, keduanya sama-sama memiliki mata setajam elang, kekuatan seukuran rusa, namun berakal pintar seperti gagak.

Pemilik mata hitam legam dengan rahang setajam pedang itu menoleh, setelah mendengar instruksi dari pelayan, pria itu beranjak dan naik menuju balkon pertemuan antara kerajaan barat dan selatan.

"Pangeran Valter." Sapa Bedros dengan sopan.

Saat tersenyum, giginya menghitam selayaknya kehidupannya yang kotor berteman baja dan bara api. Valter mengepalkan tangannya, merasa terhina dengan keputusan sang Ayah yang seolah merendahkannya. Sebelumnya dia akan menikahi putri Anneth, dewi pirang kerajaan barat yang terkenal dengan paras rupawan. Namun, kini dia malah mendapatkan ganti dan harus menikah dengan putri kerajaan pandai besi?

Urat-urat diwajah Valter seolah bertarung dan ingin menunjukkan ekspresi kesal, namun tatapan sang Ayah yang mengintimidasi, jelas menekannya untuk tidak bertindak gegabah. Kerajaan Selatan jelas memiliki besi dan tembaga dengan kualitas terbaik, dan mereka membutuhkan itu untuk melangsungkan peperangan.

"Raja, Bedros." Balas Valter dengan senyuman ramah.

Dia adalah seorang iguana, yang bisa berubah wujud dengan mudah. Meski hatinya dipenuhi dengan kebencian dan perasaan jijik, namun senyuman ramah dan menawan khas keluarga Lanthe, jelas terpencar dari wajah rupawannya.

Valter segera mendudukkan diri setelah Bedros pamit undur dari ruang pertemuan terbuka itu, menatap Raja Damon dengan penuh kekesalan. "Apa ini, Ratu rupawanku akan digantikan dengan wanita serupa baja?"

"Valter, jaga ucapanmu!" Damon menyesap bir di gelasnya dengan decakan kesal. "Kau bahkan tidak secinta itu dengan putri Anneth kan? Lalu apa yang kau permasalahkan?"

Bangkit dari duduknya, Valter menyeringai dengan sinis. "Setidaknya, wajahnya sedap untuk di pandang, Ayah." Dan wajah dinginnya itu akan sempurna jika menangis dibawah tekananku. 

Walau bagaimanapun, ucapan Damon memang benar adanya. Dia bahkan tidak mencintai Anneth, atau berharap cinta dari gadis lugu minim senyuman itu. Namun, Anneth adalah makhluk menyenangkan yang sayang untuk dilewatkan, dengan keteguhan hatinya yang tidak pernah goyah meski terus disakiti, Valter sangat ingin jika gadis itulah yang akan menangis untuknya.

"Jika perang ini berhasil, kau boleh membawanya untuk dijadikan budak."

Raut wajah kecewa Valter sirna, berganti dengan mata berbinar dan seringaian tertarik. Dia yang hendak meninggalkan balkon, pun berbalik untuk memastikan ucapan sang Ayah bukanlah sekadar gurauan saja. Melihat wajah serius Raja Damon, Valter menyunggingkan senyuman puas.

"Maka, pastikan perang ini berhasil. Karena aku butuh mainanku kembali, Ayah."

***

Wewangian bunga mulai tercium begitu sebuah ember berisi air yang mengepulkan asap tersaji di hadapan Anneth. Bayangannya adalah berendam dengan air hangat hingga membenamkan wajahnya, setelah sempat bergelung dengan tanah dan bekas air yang menjadi satu. Seharusnya air hangat bisa sedikit mereda nyeri dan melemaskan otonya yang tegang akibat jatuh dari kuda dengan cukup menghebohkan. Namun bukannya berendam, tubuh Anneth hanya disapu dengan kain yang sempat direndam pada air hangat beraroma mawar.

Kehidupan seperti ini, bukanlah gaya hidup Anneth yang sudah dididik untuk menjadi Ratu. Alih-alih Ratu kerajaan Barat, dia malah menikah dengan orang hutan yang bahkan belum menyandang gelar sebagai Raja? Semua orang yang ada di sini menyebutnya ketua, yang artinya pria menyeramkan itu bukanlah orang sepenting itu. Anneth, merasa di tipu.

Tujuannya melangkah sejauh ini adalah untuk mendapatkan pijakan tinggi yang bisa saja melampaui kerajaan Adena atau bahkan kerajaan Barat yang adidaya. Namun, hanya aroma sampah busuk berisi kebohongan yang terendus di penciumannya.

"Aku tidak bisa!" Sentaknya, pada dua orang yang sibuk membasuh lengannya dengan hati-hati.

Luka memar keungguan terlihat kontras dengan kulit beningnya, membuat pelayan seolah tak berani menekan terlalu kencang pada kulit indah yang terluka itu.

"Aku tidak bisa Lyra. Aku bahkan tidak hadir saat upacara pernikahan, bagaimana bisa aku melayaninya malam ini?!"

Lyra yang turut serta mempercantik rambut pirang Anneth, menyisir dengan jemari dan menyemprotkan wewangian yang sia-sia belaka, pun menghentikan kegiatannya. "Maaf Nyonya. Lalu apa mau Nyonya?"

"Aku tidak akan melayaninya malam ini! Atau apapun sampai aku siap." Gugup Anneth.

Dia bahkan merasa masih sangat muda dan lugu, sedang pria menyeramkan itu terlihat jauh lebih dewasa darinya. Meski rencana awalnya adalah menikahi Raja tua yang akan segera tutup usia, namun saat mendapati jika suaminya adalah pria bugar, Anneth frustasi. Putus asa mencari jalan keluar lain untuk bisa menguasi.

Memaksa otaknya untuk berfikir keras mencari jalan lain sebelum dirinya resmi menjadi tumbal dan tunduk pada kekuasaan pria itu, akhirnya kedua matanya berbinar. "Di sini pasti ada rumah pelacuran, bukan?"

Ragu-ragu, Lyra mengangguk, yang menimbulkan senyum di wajah Anneth. "Maka panggil mereka, pilihkan beberapa yang terbaik untuk menemani Ketua malam ini."

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Surat

    "Nyonya, apa anda akan mengirim surat untuk Ketua?" Lyra kembali bertanya dengan senyuman lebar setelah beberepa menit lalu kembali fokus membaca. Dia sangat berseri-seri dan banyak menanyakan hal-hal yang sepertinya sudah disimpan terlalu lama di kepalanya karena tidak memiliki waktu untuk berdekatan dengan Anneth. Maka saat Anneth meminta Lyra kembali menjadi pelayannya untuk membantu Betty yang belum terlalu memahami tentang Amogha, Lyra menggunakan kesempatan itu untuk menanyakan banyak hal. "Biasanya para bangswan akan mengirim surat pada kekasihnya jika sedang berjauhan, bukan?" Tambah Lyra dengan semangat. Usia Lyra hanya setahun dibawah Anneth, namun karena kesenjangan yang cukup jauh, membuat keduanya terasa seperti memiliki usia yang jauh berbeda. Anneth selalu dituntut untuk bersikap anggun dan berwibawa layaknya bangswan yang akan menerima gelar Ratu. Sedang Lyra, dia tubuh di kerajaan yang tidak terlalu mementingkan kesopanan dan norma, membuatnya menjadi wanita yan

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Jarak Mendekatkan Hati

    Sementara Anneth dilanda perasaan rindu yang tidak ia sadari dan bahkan ditepis dengan alasan 'tidak masuk akal merindukan Julius', pria yang dirindukannya baru saja memasuki tanah Adena yang terasa sangat dingin. Sesuai perkataan Anneth, Adena memiliki suhu udara yang jauh lebih dingin di bandingkan Amogha, saat musim dingin tiba.Julius tersenyum miring saat mengingat wajah konyol Anneth saat membawa bantal dan selimut menuju kamarnya dengan alasan, terbiasa menggunakan dua bantal dan selimut. Lucunya, wanita itu bahkan melupakan barang bawaannya dan berbaring kaku di sampingnya, menandakan jika dia tidak membutuhkan selimutnya."Ada yang lucu, ketua?" Arion dengan kudanya, mendekat dan mensejajarkan kuda Julius yang berhenti.Mendengar teguran itu, Julius berdehem dan menatap Arion dengan tajam. Senyumannya segera hilang, dan dia mencari kain penutup untuk menutupi wajahnya. Dia bahkan lupa mengenakan penutup wajah yang selalu dia kenakan kemanapun, hanya karena sibuk mengenggam da

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Sosok Yang Hinggap Di Ingatan

    Istana tanpa Julius, harusnya menjadi rumah yang sangat Anneth dambakan. Rasa bencinya belum hilang, meski belakangan pria itu sudah banyak menunjukan sikap normal yang seharusnya tidak dimiliki oleh pria dingin nan kejam itu.Kali ini Anneth tidak hanya berprasangka buruk saja, karena dia sudah membaca buku sejarah di perpustakaan, yang menuliskan setiap kekejaman Julius yang tanpa ampun. Pada saat pertama kali turun ke medan perang dan diberi senjata, Julius masih berusia 10 tahun, namun tanpa rasa bersalah maupun iba, dia berhasil menembus jantung kepala suku lain dan meraih kemenangan saat suku mereka hampir digugurkan.Cerita tentang peperangan pertama yang Julius lalui, ditulis dalam empat halaman buku, yang isinya menggambarkan bagaimana sosok itu sangat kuat dan memiliki jiwa pemimpin. Lalu disusul dengan sejarah-sejarah lain yang Anneth baca hingga habis. Satu kata yang bisa menggambarkan sosok Julius, kejam.Tetapi, saat selesai membaca buku dan menatap jendela yang menampil

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Kembalilah Dengan Selamat

    Sementara Anneth dan Julius saling tenggelam dalam suasana yang mendadak tegang, Sach melamun menatap kobaran api di perapian. Percikan api membuatnya berkedip, dia segera menoleh saat mendengar ketukan lirih di pintu kamarnya."Masuklah."Pelayan pribadinya masuk dengan badan menggigil kedinginan, dia segera merapat menuju perapian untuk menghangatkan diri. "Yang Mulia, maaf menganggu di jam malam seperti ini. Tapi ada hal mendesak."Sach memang belum resmi diangkat sebagai Raja baru Adena, namun para pelayan dan perajurit istana sudah memperlakukannya dengan sangat hormat, layaknya pemimpin Adena yang sah."Katakan.""Ada surat dari kerajaan timur." Pelayan itu mengelurkan sebuah surat yang digulung dengan lilin dan cap kerajaan timur.Sach segera meraih surat itu dan membacanya. Raut wajahnya berubah, sorot matanya terlihat marah. Dia segera melempar surat itu ke dalam kobaran api dan menatapnya hingga melebur."Siapa yang mengantar surat ini?""Pria yang sama, saat surat pertama d

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Mengenal Lebih Jauh

    Anneth mengetuk pintu tinggi itu dengan kening yang mengernyit dalam. Ternyata pintu itu terbuat dari kayu yang sangat tebal, sehingga suara yang ditimbulkan dari ketukan ringannya hanya terdengar lirih saja. Ketukan kedua, Anneth sedikit memberikan tenaga, sehingga ia yang awalnya gugup, berubah menjadi kesal dan bergulat batin dengan pintu besar itu. Jika saja pintu itu beryawa, Anneth akan menusuknya dengan pedang dari patung baju besi yang terpajang di sudut lorong.Pintu terbuka saat Anneth hendak memukulnya lagi, dia bahkan meringis gemas saat sosok Julius berdiri dihadapannya. Mata Anneth membola, dia kembali mendatarkan ekspresinya dan masuk ke dalam kamar Julius dengan perasaan malu. Julius melihat wajahnya yang geram dan gemas pada pintu, dan itu sedikit memalukan.Pandangan Anneth mengedar ke penjuru ruangan. Kamar Julius cukup normal bagi mata seorang putri kerajaan seperti Anneth. Tidak ada kepala rusa yang terpaku di dinding, atu kulit harimau yang dijadikan karpet. Bahk

  • Dibawah Lengan Serigala Putih   Merangkai Rencana

    Entah siapa yang memulai terlebih dahulu, namun tangan Anneth dan Julius kembali bergandengan begitu keduanya keluar dari perpustakaan. Terasa sensasi canggung yang mencekik saat tidak ada suara apapun yang terdengar, melainkan hanya langkah kaki yang bergema saat keduanya melewati lorong. Lantai dua benar-benar sunyi, berbeda dengan lantai dasar yang masih riuh karena para perajurit yang sibuk berpesta. Mencoba mengusir kecanggungan, Anneth mengedarkan pandangan dalam cahaya remang. Dia mendapati beberapa lukisan yang tergantung di dinding. "Apakah itu lukisan Raja dan Ratu terdahulu?"Julius menoleh kearah Anneth sejenak, seolah memastikan jika sang istri lah yang mengajaknya berbicara. Lalu ia menatap dinding dan mengangguk. "Kami meyebutnya sebagai pemimpin. Tapi, Ya. Dia pemimpin pertama di tanah avram.""Kami menyebutnya sebagai Raja, jika mereka hanya memimpin satu negara saja. Dan kaisar jika memimpin beberapa negara. Apa kalian tidak pernah menggunakan istilah itu?"Julius m

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status