"Mah, kita kaya kembali! Uang ini begitu banyak!"
Aghata berteriak kegirangan setelah melihat begitu banyak uang di hadapannya.
Bagaimana tidak? Sepuluh miliar rupiah dalam bentuk tunai kini berada di depan mata mereka. Bahkan Laura juga tidak menyangka jika Alona akan dibeli dengan harga semahal itu.
"Siapa yang membeli Alona?"
Mahardika bertanya kepada istrinya yang sedang sibuk dengan uang hasil menjual Alona.
"Papa khawatir? Tenang saja. Alona dibeli oleh seorang pria kaya kok. Kalau tidak, tidak mungkin dia mau membeli Alona dengan harga semahal itu. Bahkan dia membayar kita dengan tunai." Laura tidak bisa lagi menahan kebahagiaannya.
Tuan Mahardika mengangguk sebelum melirik ke arah sekretarisnya."Uang itu akan kita pakai untuk menyelamatkan perusahaan. Bawa uang itu!"
Laura dan putrinya tampak tidak begitu senang dengan keputusan itu, tetapi mereka juga tidak bisa membantah sehingga hanya bisa pasrah.
Aghata mendekati Mamanya dengan wajah yang terlihat tidak bersemangat. Mereka hanya bisa memegang uang itu, tetapi tidak bisa memilikinya.
"Sisakan untuk mereka satu miliar," perintah Tuan Mahardika, kemudian beranjak dari sofa.
"Terima kasih, Sayang."
Laura melirik putrinya sambil tersenyum bahagia. Satu miliar pun sudah cukup banyak.
"Sementara itu, Alona berhenti di depan sebuah mansion yang begitu besar. Matanya terbelalak melihat kemewahan bangunan di depannya.
Sepanjang perjalanan, orang yang membelinya tidak pernah mengucapkan satu kata pun kepadanya.
"Kita sudah tiba. Ayo masuk!"
Mahendra tiba-tiba memecah keheningan, tetapi Alona sama sekali tidak beranjak dari posisinya. Gadis itu masih membeku di tempatnya.
"Masuk! Aku sudah membelimu dengan harga yang cukup besar. Jadi, jangan membuatku marah dengan menjadi pembangkang."
Ucapan Mahendra seketika membuat Alona ketakutan. Nada bicaranya terdengar begitu dingin.
Mau tidak mau, Alona mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion tersebut. Dadanya terasa begitu sesak. Entah apa yang akan terjadi padanya.
"Wanita murahan mana lagi yang Ayah bawa?" Suara berat seseorang membuat jantung Alona berpacu cepat.
Gadis itu memberanikan diri mengangkat wajahnya dan matanya langsung tertuju kepada pria berwajah dingin tetapi tampan. Tatapan pria itu begitu tajam, seolah ingin menelannya hidup-hidup.
"Perkenalkan dirimu kepada putraku."
Mahendra menatap Alona, tetapi gadis itu tetap diam. Ia tidak bisa berkata apa-apa ketika melihat tatapan pria di hadapannya.
"Oh. Selain murahan, ternyata Papa juga membawa gadis bisu."
Pria tampan itu semakin membuat Alona ketakutan.
"Dia tidak bisu," Mahendra segera menepis ucapan putranya. Jelas, dia tahu bahwa gadis yang dibelinya bukanlah orang bisu.
"Kamu harus tahu bahwa aku membelimu untuk putraku, Alex. Tugasmu adalah untuk melayani dia."
Mahendra pergi setelah mengatakan hal itu, meninggalkan Alona masih belum bisa mencerna ucapannya.
Sementara itu, pria di hadapannya masih menatapnya dengan tajam. "Berapa uang yang dikeluarkan untuk membelimu?"
Alona tersentak, "Sepuluh miliar, Tuan."
"Dia mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk membeli gadis murahan sepertimu." Kata-kata pria itu menusuk hati Alona seperti belati, membuat gadis itu dengan geram kelepasan untuk berkata-kata.
"Tolong jaga ucapan Anda, Tuan. Saya bukan wanita seperti yang Anda bilang."
Mendengar itu, Alex menatap Alona dengan tajam dan menarik tangannya kasar. "Tidak usah berharap karena aku tidak akan pernah melakukan apa yang pria tua itu katakan. Paham?!"
Setelah berkata demikian, Alex meninggalkan Alona yang kini merasakan perih di pergelangan tangannya.
Namun, bukan itu yang membuatnya menangis. Melainkan kata-kata pria itu yang memperlakukannya seperti wanita murahan.
Di belakang Alex, seorang pria lain yang juga tampan, tetapi memiliki aura yang berbeda, menatap Alona dengan tatapan sulit diartikan.
"Tuan, gadis itu dijual oleh ibu tirinya untuk menolong perusahaan ayahnya," ucap pria itu. Kini, keduanya sudah berada di dalam lift menuju lantai atas.
"Jangan tertipu dengan penampilannya, Louis. Wanita itu semuanya sama saja. Mereka akan melakukan apa pun demi uang atau demi kepuasan dirinya."
"Tapi sepertinya gadis yang dibawa Paman berbeda, Tuan."
"Berhentilah mengatakan hal itu. Karena hal itu tidak akan mengubah apa pun. Jangan mengungkit gadis itu lagi. Berikan saja dia tugas sebagai pelayan!"
"Baik."
Alex melangkah keluar dari lift dan menuju ruang kerjanya, sedangkan Louis hanya menatap tuannya sebelum kembali ke lantai bawah.
"Siapa nama Anda?"
Suara berat terdengar di telinga Alona, membuat gadis itu segera menghapus air matanya.
Alona menatap pria di hadapannya yang adalah orang yang bersama Alexander tadi. "Alona, Tuan."
Alona kini menundukkan pandangannya.
"Aku bukan tuanmu. Jadi, jangan panggil aku begitu. Kamu hanya perlu memanggil Tuan Alex dan Tuan Mahendra dengan sebutan itu."
Alona tidak menjawab, tetapi gadis itu terlihat bingung.
"Aku Louis Holten. Panggil saja Louis. Selama kamu di sini, jangan pernah membuat Tuan Alex marah karena dia bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah kamu bayangkan. Pastikan kamu mematuhi semua peraturannya, karena Tuan Mahendra sudah membeli kamu."
Alona berusaha mencerna setiap kata yang diucapkan Louis sebelum berusaha untuk mengangguk.
Lima belas menit setelah kedatangan mempelai laki-laki,mempelai wanita pun memasuki aula pernikahan. Semua tamu undangan menatap kagum ke arah pasangan pengantin itu.Mempelai laki-laki yang terlihat begitu tampan dan mempelai wanita yang terlihat begitu cantik. "Mereka benar benar serasi sekali bu."Ucap Alona menggandeng tangan ibunya. "Kamu benar nak.Dia terlihat begitu bahagia." Angelina terlihat begitu terharu. Dia tidak menyangka jika dia masih di beri kesempatan untuk menyaksikan momen paling membahagiakan di dalam hidupnya. Wanita paruh baya itu tidak bisa menahan air matanya.Dia memeluk putrinya dengan tatapan yang tidak pernah beralih dari sang putra. Dari kejauhan tuan Jhon juga menatap haru ke arah putranya. Mereka berdua tidak memiliki kenangan bersama. Tapi setidaknya dia begitu bersyukur ketika melihat momen paling membahagiakan untuk putranya. "Hiduplah dengan bahagia nak.Jangan menjalani kehidupan seperti kami."Batin tuan Jhon kemudian beralih memandan
Tuan Jhon dan Lily terus saja mengobrol dengan santai.Mereka berdua mengabaikan Louis dan tetap mengobrol. "Apa kamu tidak ingin kembali sayang?"Louis bertanya kepada kekasihnya yang terlihat begitu serius mengobrol. "Kenapa begitu buru buru nak?" "Kami belum kembali sejak tadi."Jawab Louis beranjak dari tempat duduknya. "Berhati-hatilah nak."Tuan Jhon tersenyum kecil menatap ke arah putranya dan juga calon menantunya. Pria paruh baya itu mengantar kepergian putranya dan calon menantunya sampai ke depan pintu. Tentu saja pria paruh baya itu bahagia ketika putranya mau mengunjunginya di Kediamannya. "Ada apa denganmu sayang?Kamu terlihat tidak bisa berkata apa apa ketika kita berhadapan dengan ayah mu." "Aku tahu tapi tetap saja aku merasa tidak nyaman. Mungkin seiring berjalannya waktu,semuanya akan baik-baik saja. "Louis tersenyum kecil ke arah kekasihnya. "Kamu benar sekali. Semuanya akan baik-baik saja seiring berjalannya dengan waktu. "Lily mengenggam tangan keka
Kini Angelina seorang diri di dalam kamarnya ketika putra dan putrinya pergi dan kembali ke kamar mereka masing-masing. "Semoga kalian bahagia dengan pasangan kalian nak.Jangan seperti ibumu ini yang begitu menyedihkan. "Gumam Angelina dengan tatapan sendu. Satu minggu berlalu... Louis dan Lily kini sudah menentukan tanggal pernikahan mereka berdua.Kini mereka sedang berada di dalam sebuah toko pakaian. Lily dan Louis ingin melakukan fitting baju pengantin di sebuah toko ternama di kota itu.Lily sebagai seorang wanita terlihat begitu antusias.Berbeda dengan Louis yang menyerahkan semuanya kepada Lily. Louis sama sekali tidak mengerti tentang hal seperti ini. Dia memilih untuk mengikuti apa pun yang dipilih oleh sang kekasih. Dua jam berlalu,Louis dan Lily meninggalkan tokoh.Keduaanya kembali menuju ke sebuah restoran. "Apa kamu suka dengan restoran ini?"Louis bertanya kepada Lily. "Terserah kamu saja,yang penting perut ku kenyang.Aku sudah lapar sejak tadi."Lily ters
Louis terdiam sejenak dan hanya menatap wajah ibunya.Tidak beda jauh dengan sang ibu,wanita paruh baya itu juga menatap ke arah dirinya. "Apa ibu mengingat ini?"Louis meletakkan syal yang di berikan oleh Lily tadi. Angelina mengambil syal tersebut dan tersenyum kecil. Dia jelas masih mengingat dengan jelas syal miliknya. "Ini adalah syal yang kupakai saat terakhir kalinya kita bertemu.Aku tidak sadar telah menjatuhkannya."Ucap Angelina menatap sendu ke arah putranya. Dia tidak pernah melupakan pertemuan terakhirnya dengan putranya di taman.Dia tidak menyangka jika dia akan berpisah dengan putranya dengan waktu yang cukup lama. "Aku menemukannya saat mencari kalian.Aku menunggu cukup lama di taman dengan membawa syal ini. Aku menunggu sampai sore tapi kalian tidak kunjung datang. Hingga tuan Mahendra datang dan berbicara kepada ku.Kami mengobrol dengan waktu yang cukup lama di taman dan tuan Mahendra membawa ku ke mansion miliknya. " Louis masih ingat dengan jelas hal itu
Di tempat lain tepatnya di restoran,Louis dan Lily masih saja berada di tempat itu. Keduanya mengobrol dengan santai dan terlihat begitu serius. pasangan itu terlihat begitu betah berada di tempat itu.Keduanya mengobrol dengan begitu santainya "Aku tahu ini bukan momen yang pas tapi ini adalah tempat yang memberiku banyak kenangan. Menikah lah dengan ku Lily. " Louis mengeluarkan sebuah cincin yang berada di saku Jasnya. Sedangkan wanita yang dia lamar hanya menatap dirinya dengan penuh keheranan. Lily sedikit terkejut sekaligus heran dengan pengungkapan Louis yang secara tiba-tiba kepada dirinya. Pria itu bahkan tidak mengatakan hal hal yang romantis tapi dia langsung melamar dirinya dengan sebuah cincin berlian yang tampak begitu mewah. "Kenapa bengong sayang?"Louis kembali bertanya setelah melihat wanita yang dia cintai hanya terdiam dan menatap ke arah cincin di hadapannya itu. "Ini Sangat tiba tiba. Aku bahkan tidak menyangka jika kamu akan melamar ku secepat ini. "
"Ada apa sayang?"Alex bertanya ketika melihat istrinya melamun kan sesuatu . "Tidak ada apa-apa. Ayo kita turun."Ajak Alona yang segera turun bersama dengan putranya dan suaminya. Kelvin menggandeng tangan mommynya turun dari mobil.Bocah laki-laki itu terlihat begitu antusias begitu turun dari mobil. Kelvin menggandeng tangan Mommy dan daddy memasuki restoran. Bersamaan dengan Alex membuka pintu.Kelvin berteriak memanggil neneknya. "Nenek. "Panggil Kelvin yang langsung mengalihkan perhatian kedua orang tuanya. Seketika Alona dan Alex menoleh ke belakang. Alex tersenyum tipis ketika melihat ibu mertuanya bersama dengan tuan Jhon. Sedangkan Alona tampak bingung melihat ibunya bersama dengan seorang pria. Sedangkan Angelina yang melihat putrinya terlihat begitu malu.Dia sudah setua itu tapi masih berharap bisa bersama dengan orang yang dia cintai. Angelina belum mengerti sepenuhnya tentang sifat putrinya. Alona bukanlah orang yang berpikiran sempit.Dia tidak mungkin menen