Share

Bab 6

Penulis: Theresa Oliver
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 15:04:20
Queens, New York

Ari meninggalkan rumah sakit untuk bebersih diri dan beristirahat sejenak selagi mereka menanti langkah selanjutnya untuk masalah Henley. Sejak insiden tersebut, sudah sekian lama dia tidak pulang ke kamar asrama. Dia berjanji akan kembali untuk mengambil sisa barangnya nanti.

"Hei, siapa ini!" celetuk Vickie saat Ari berjalan masuk dan menariknya ke dalam pelukan. Dia melepaskannya sesaat kemudian dan menatap matanya. "Jadi, bagaimana kondisi Henley?"

Ari menghela napas, masih merasakan dampak dari beberapa hari belakangan selagi dia menghempaskan diri ke sofa. "Dia sakit Leukemia. Hasil tesnya positif."

Mata Vickie melebar. "Oh, Ari! Aku turut berduka ...."

Ari berpikir sesaat sebelum mencondongkan tubuh dan memangku siku di atas lututnya. "Apa boleh aku meminta tolong?"

Vickie duduk di sofa pasangan di seberangnya dan mencondongkan tubuh. "Tentu saja! Kau boleh meminta tolong apa pun padaku! Kau 'kan sudah tahu itu! Apa yang kau butuhkan?"

"Aku punya ide dan aku perlu mendiskusikan ini denganmu. Tapi, kau harus janji tidak akan membocorkan ini pada siapa pun."

Vickie mendengus. "Sayang! Kalau aku buka mulut, sudah sejak lama kau dalam masalah besar!" Tentu saja, Vickie hanya bercanda, Ari tidak pernah bertingkah liar sebelumnya.

Ari menggigit bibir bawahnya dan melepaskannya. "Aku sedang mempertimbangkan untuk menjadi pengantin pesanan modern."

"Kau apa?" suara Vickie naik beberapa oktaf. "Apa-apaan yang kau pikirkan ini?"

Ari mengangkat bahu. "Ya, antara pilihan ini atau merampok bank."

"Tolong ...." Vickie meraup tangan Ari. "Katakan kau sedang bercanda."

"Tidak." Ari melepaskan tangannya, tidak ingin memberitahu Vickie kalau dia bahkan sudah menyusun rencana itu saat Melissa mendekati mejanya. "Aku masih perawan, jadi kurasa itu mungkin akan bernilai tinggi."

"Tentu saja itu bernilai segalanya!" Vickie menjerit. "Ari ... apa yang kau pikirkan? Kau sungguh ingin melepaskan keperawananmu ... dengan cara seperti ini?"

"Ya."

Vickie tidak terlihat yakin.

Ari mengulurkan tangan dan meraih tangan Vickie. "Aku serius."

"Aku pun begitu!" Vickie duduk di sampingnya. "Kau sebentar membahas soal Henley, lalu detik berikutnya membahas soal menikah!" Dia menatap mata Ari. "Kau meracau! Tapi, tidak usah khawatir. Aku tidak akan memberitahu siapa pun dan kita bisa melupakan percakapan ini."

Ari tersenyum. "Ibuku tidak punya asuransi kesehatan dan, sepertinya, kurasa klinik sekolah pun tidak akan membayar biaya perawatan kemoterapi." Dia mengedikkan bahu. "Aku harus mengumpulkan uang dengan cara apa pun."

Vickie mendengus. "Kalau begitu, mengapa tidak hanya jual keperawananmu tanpa hal lainnya saja?"

"Aku bukan pelacur," sahut Ari dengan datar.

"Tetapi, setidaknya kau tidak akan perlu mengurusi seorang suami seumur hidupmu!" Vickie berseru, tetapi segera menurunkan nada suaranya setelah menarik napas dalam dengan tenang. "Kau sungguh yakin akan dapat cukup uang yang kau butuhkan dari melakukan ini?"

"Aku bisa mencantumkan persyaratan itu." Ari menghela napas selagi menyandarkan punggung ke sofa. "Aku tidak tahu, tetapi seorang perawat di rumah sakit memberitahuku soal situs AmericanMate—"

Mata Vickie melebar lagi. "Seorang perawat yang memberitahumu ini?" sahutnya tidak percaya.

Ari mengangguk. "Ya, dan aku sudah melakukan riset. Memang ada beberapa situs, di luar negeri tentu saja, tempat kau bisa menjual keperawananmu. Tetapi, ada juga broker pernikahan internasional yang mengaturkan kencan." Ari mengangkat bahu. "Akhirnya, terserah pasangan tersebut apakah mereka ingin menikah."

"Semacam situs kencan daring?"

Ari mengangkat bahu. "Hampir seperti itu. Tetapi, situs-situs ini hanya melayani pelanggan kelas atas."

"Kenapa juga kita membahas soal ini?" Vickie meraih bahu Ari, memaksanya menatap matanya. Sesekali Vickie ternyata bisa menjadi orang yang rasional. Padahal biasanya yang terjadi adalah sebaliknya.

"Demi Henley!" Ari berdiri untuk menengok ke luar jendela sambil melipat lengan di depan dada dan menyaksikan salju turun. "Vickie, memangnya ada cara lain mengumpulkan uang untuk perawatannya?"

Ari merasakan sebuah tangan menyentuh bahunya. "Aku tidak ingin terdengar kejam ...." Vickie merendahkan nada suaranya. "Tapi, kau tidak bertanggung jawab atas adikmu."

Air mata memenuhi mata Ari dan nyaris tumpah. Kemudian, dia menatap mata Vickie. "Aku bertanggung jawab atasnya. Dia adikku. Aku bahkan rela menyerahkan hidupku deminya jika diperlukan."

"Ya, pada dasarnya sekarang pun kau sudah melakukannya." Vickie menatap Ari seolah dia pun nyaris menangis.

Ari tersenyum di antara kesedihannya. "Tidak seperti itu. Aku masih akan tetap bernyawa."

Vickie mendengus. "Ya, kedengarannya sangat terhormat, tapi bagaimana kalau kau mendapatkan pemerkosa ... atau ... atau ... bahkan lebih buruk dari itu? Bayangkan drama 'Game of Thrones'!"

Ari terkekeh selagi berjalan balik ke sofa. "Para lelakinya akan diseleksi dengan ketat."

Vickie duduk di sampingnya. "Jadi, kau sudah menghubungi mereka?"

Ari menggeleng. "Tidak, belum."

"Kalau begitu ...." Vickie meraih tangan Ari, suaranya mendadak dipenuhi semangat dan senyuman lebar menghiasi wajahnya yang berkulit cokelat muda. "Kalau kau ingin melakukan ini, kita akan melakukannya dengan benar. Aku membantumu menyeleksi para lelaki itu, kita akan mendandani rambut juga wajahmu, dan kita akan menemukan pria tampan yang seksi dan kaya raya untukmu!"

Ari tertawa. Vickie selalu bisa diandalkan untuk urusan menemukan hal positif di tengah kesedihan.

"Kalau kita lihat sisi baiknya," lanjut Vickie, mendadak terlalu bersemangat. "Kau akan menikah!" Vickie menjerit senang, kemudian terpaku dan mulutnya terbuka lebar. "Siapa tahu? Mungkin kita bahkan bisa menemukan pria tampan untukku juga!"

Ari tersenyum di sela kesedihannya, sudah merasa lebih baik daripada hari-hari sebelumnya setelah melihat berbagai kemungkinan. Ari hanya berharap Vickie benar dan mereka bisa menemukan pria impian untuknya ... bukannya serigala berwajah tampan.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 147

    Grayson bangga pada usaha Ayahnya untuk menyatukan Estrea sekali lagi. Jelas baginya bahwa cara yang lama sudah tidak bekerja. Sudah waktunya untuk permulaan baru. Dan Raja Maxwell dari Estrea bertekad untuk melakukannya.Pemilihannya dilaksanakan bulan selanjutnya, seperti yang dijanjikan Raja Maxwell, dan Anggota Dewan Kerajaan telah dipilih. Setelah melewati segalanya, keadaan di Estrea telah berubah menuju sebuah harapan baru. Di media massa, Raja Maxwell dipuji atas inisiatif beraninya untuk membawa negaranya menuju Abad Dua Puluh Satu.Beberapa minggu kemudian, pertemuan pertama Dewan Kerajaan dilaksanakan pada 1 April. Dewan memilih untuk terus melaksanakan pertemuan untuk dua kali dalam sebulan, pada hari Senin pertama dan ketiga, untuk membuat dewan selalu tahu tentang keadaan terkini Estrea. Raja lalu berjanji untuk membuat semua laporan rapat dan keputusan yang dibuat oleh dewan diketahui oleh masyarakat secara transparan. Terdapat juga prosedur untuk penyampaian keluhan

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 146

    Keesokan harinya, Grayson sedang bekerja di kantornya di kastel saat Xavier masuk. Tanpa berkata-kata, pria itu menyusuri ruangan menuju televisi dan menyalakannya. Ia kemudian berdiri dan melipat tangan di depan dadanya."Dan berita hari ini," Ella J. Scott berkata kepada kamera. "Mayat Pangeran Marcus Pierce ditemukan di sebuah gudang tua yang terbengkalai, bersama beberapa mayat lain. Salah satu mayat yang teridentifikasi adalah Piers Wingfield, mantan kepala keamanan Keluarga Kerajaan. Raja Maxwell Pierce dan anggota Keluarga Kerajaan belum memberikan komentar tentang penyebab kematian mereka. Untuk berita lain - "Xavier menghela napas, tangannya masih terlipat di depan dada. "Kurasa kau tak perlu mengkhawatirkan harus membayar Piers sekarang.""Ayo bicara dengan Ayah," kata Grayson, sudah beranjak menuju pintu.Xavier mengikuti di belakangnya. "Apa yang harus kita bilang kepadanya?"Grayson mendesah, berbalik untuk menghadap adiknya dengan tangan yang terletak pada pint

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 145

    Seminggu kemudian saat Ari sudah pulih, ia akhirnya bertemu dengan direktur rumah sakit untuk membahas Rumah Henley. Kali ini, Henley, ibunya, serta Vickie hadir di pertemuannya. Grayson juga ingin hadir, tetapi Ari harus membujuknya untuk membiarkan dirinya pergi tanpa pria itu. Lagi pula, ia tak bisa terus-menerus hidup dalam rasa takut."Ini merupakan ide yang mengagumkan. Saya menghargai Anda telah menyarankannya pada kami," kata sang direktur rumah sakit, dr. Sienna Gallagher. "Kami akan menunggu kabar lebih lanjut tentang ini. Dan tolong beri tahu Baginda Raja Maxwell Pierce serta Yang Mulia Pangeran Grayson Pierce betapa bersyukurnya kami. Pasien kanker dan keluarga mereka pasti akan sangat berterima kasih."Setelah berbicara dengan dr. Gallagher, dan dari desakan Henley, Ari memutuskan untuk mengembangkan layanan Rumah Henley agar mencakup semua pasien kanker yang dirawat di Rumah Sakit Medis Estrea, bukan hanya pasien leukemia.Ari menyodorkan tangannya. "Kami turut sena

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 144

    Ari tertidur di perjalanan pulang, meski ia sudah berusaha dengan sebaik mungkin untuk tetap terjaga. Namun kekurangan tidur dan Grayson yang terus menerus mengelus rambutnya dengan lembut membuat tidur menjadi tak terhindarkan. Dengan kembalinya dia di sisi Grayson, dunia bisa saja runtuh dan ia tak akan peduli.Perutnya nyeri sedikit, membangunkannya."Kau tak apa-apa?" Grayson bertanya, terdengar kecemasan dalam suaranya.Ari mengangguk. "Perutku sedikit sakit, tapi aku tidak apa-apa. Aku hanya butuh istirahat.""Dan makan," tambah Xavier, memandanginya dari spion tengah. Ari tertawa. "Yah, itu, 'kan, wajar." Ia tertegun sejenak, ingin menyusun kata-katanya dengan benar. "Xavier, Grayson, terima kasih sudah menyelamatkanku.""Dengan senang hati, Nyonya," goda Xavier"Kau tahu, 'kan, kalau aku rela melakukan segalanya demi menyelamatkanmu," Grayson menjawab, suaranya rendah dan serak.Xavier mengangguk. "Dan dia tidak berlebihan."Ari tertawa. "Yah, aku sungguh men

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 143

    Ari berlari menyusuri hutan secepat yang ia mampu, menuju ke tempat entah berantah. Ia ingat terdapat sebuah jalan yang mengarah kembali ke desa, dan ia harus menemukannya. Wanita itu tak bisa pergi ke pantai karena ia tak akan bisa pulang ke rumah.Rumah.Sebuah kata sepele yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Selagi ia berlari, yang terlintas di pikirannya hanyalah Grayson dan pulang ke rumah, rumah mereka bersama, di kastel. Ia lalu terjatuh, tersandung akar yang mencuat dari tanah, tetapi ia berhasil menahan tubuh dengan tangannya. Ia pun kembali berdiri dan lanjut berlari. Setelah beberapa saat, ia melihat ke belakang untuk melihat apa ada seseorang yang mengikutinya ... dan menabrak sesuatu. Ketika ia mendongak ... ia telah menabrak Piers."Tidak!" Wanita itu menjerit dengan sekuat tenaga, lututnya melemas. Namun, di luar dugaannya, Piers menangkapnya."Diam!" kata Piers sambil menaruh jari telunjuk di depan bibir."Berhenti di sana." Ketika Ari mendongak dan melihat

  • Dibeli oleh Pangeran Milyarder   Bab 142

    Grayson berkendara dengan Xavier menuju pantai pada malam hari. Meski kemungkinan mereka menemukan Ari di tengah malam sangatlah kecil, ia tahu setidaknya ia harus berusaha. Dan begitu Xavier mendengarnya, adiknya langsung ikut tanpa banyak tanya."Terima kasih untuk ini," kata Grayson sambil menatap adiknya.Sudut bibir Xavier menyunggingkan sebuah senyuman. "Kau tak perlu berterima kasih padaku. Kau akan melakukan hal yang sama, jika situasinya terbalik.""Tanpa ragu."Xavier mengedikkan bahu. "Lagi pula, aku akan melakukannya demi Ari."Grayson terkekeh. "Tentu saja kau akan melakukannya," ledeknya. "Aku senang kalian sangat akrab dengan satu sama lain.""Apa yang bisa kukatakan? Ari gadis yang baik ...." Xavier lalu tersenyum lebar. "dan aku adalah pria baik-baik."Grayson tertawa. "Benar ... tapi aku tidak bilang begitu.""Tentu saja tidak." Xavier menatap kakaknya dan tersenyum. "Jadi, apa kau melihat sesuatu yang mencurigakan?"Grayson menggeleng. "Tidak. Tak a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status