Share

Bab 2

"Asma, besok pertunangan Rani dan Bagas akan dilaksanakan. Umi harap kamu datang ke rumah, ya!" tutur wanita yang mengenakan hijab syar'i itu pada Asma.

Wanita yang sedang memangku bayi berusia dua tahun itu hanya terdiam. Sorot matanya menatap kosong dengan wajah murung pada Umi.

"Lupakanlah apa yang Abah ucapkan padamu. Kamu kan tahu sendiri Abah itu seperti apa," imbuh Umi dengan wajah memelas pada Asma.

"Iya Umi, nanti Wisnu dan Asma pasti akan datang ke acara pertunangan Rani!" seloroh Wisnu yang tiba-tiba muncul dari balik pintu kamar.

Umi terkesiap membenarkan posisi duduknya. Sementara Asma menoleh ke arah lelaki yang berjalan ke arahnya dengan tatapan datar.

"Umi tenang saja, aku dan Asma pasti datang ke rumah!" tegas Wisnu disambut anggukan dan senyuman haru oleh Umi.

Asma dan Wisnu melihat pada kepergian Umi. Wanita bertubuh tambun itu perlahan menuruni jalan setapak yang berada di bawah kaki bukit untuk menuju ke rumah Asma. Kebetulan rumah Asma terletak di atas perbukitan di pertengahan kebun teh.

"Kenapa Abang mau datang ke acara itu, Abang kan tahu sendiri bagaimana keluarga Neng sama Abang selama ini," cerocos Asma menoleh kepada Wisnu yang berdiri di sampingnya.

Lelaki itu melingkarkan satu tangannya pada pinggang Asma. Melemparkan senyuman kecil pada wanita bertubuh mungil itu.

"Neng, seburuk-buruknya orang tua, mereka tetaplah orang tua Neng Asma. Tidak ada satupun alasan bagi seorang anak untuk tidak berbuat baik kepada orang tuanya," ucap Wisnu.

"Ah Bang, entahlah aku tidak tau hatimu terbuat dari apa!" seloroh Asma memutar tubuhnya meninggalkan Wisnu di depan teras rumah.

"Neng, tungguin Abang, Neng!" seru Wisnu mengejar Asma masuk ke dalam rumah.

*****

Lelaki bertubuh tinggi besar itu sudah siap mengenakan kemeja batik yang tadi pagi Asma belikan untuknya. Motif batik senada dengan yang Akbar kenakan. Hingga kini mereka terlihat sangat serasi.

"Neng sudah siap belum?" teriak Wisnu dari ruang tamu pada Asma yang masih berada di dalam kamar.

Tidak ada sahutan sedikitpun dari Asma. "Mana Ibumu, Nak?" tanya Wisnu pada Akbar yang sedang sibuk dengan mainannya.

Akbar sekilas menoleh kepada Wisnu dengan mengeluarkan celoteh khas suara anak balita. Kemudian ia kembali berkutat dengan mainan yang berada di tangannya.

Wisnu yang sudah terlalu lama menunggu perlahan bangkit dari bangku. "Akbar tunggu di sini ya! Ayah mau melihat ibumu sebentar," ucap Wisnu seraya mengusap lembut kening Akbar seraya menyungingkan ulasan senyuman.

Seorang wanita terduduk pada tepi ranjang. Siap dengan gamis bermotif bunga-bunga dengan kerudung senada. Namun entah apa yang terjadi, membuat Asma tak kunjung bangkit.

"Neng, sudah jadi belum?" tanya Wisnu yang muncul dari balik pintu kamar yang terbuka menatap pada Asma yang tidak bergeming.

Asma tidak menjawab. Sekilas ia menatap kepada Wisnu. Kemudian ia mengalihkan tatapannya pada jendela kamar dengan wajah murung.

Wisnu mendengus kasar berjalan menghampiri Asma. Menyentuh lembut bahu Asma. "Ayo Neng, buruan berangkat. Sebentar lagi acaranya akan di mulai," seloroh Wisnu.

Asma menyentuh lembut tangan Wisnu yang berada di atas bahunya. Wajahnya mendongak menatap murung kepada Wisnu. "Neng takut Abang!" lirih Asma dengan wajah getir.

"Takut kenapa?" Wisnu menautkan kedua alisnya yang lebat.

"Takut jika Abang nanti jadi bahan hinaan di sana. Pasti semua saudara Neng dari jauh juga berkumpul di acara itu. Neng takut, Abang kan tahu sendiri bagaimana keluarga Neng."

Wisnu membantu Asma berdiri. "Neng tidak perlu takut. Percayalah pada Abang, semua pasti akan baik-baik saja," ucap Wisnu penuh keyakinan. Sorot matanya menatap lekat pada Asma.

****

Rumah Abah sudah disulap seperti sebuah gedung besar untuk acara lamaran adik bungsu Asma, Rani. Terlihat sangat mewah untuk orang-orang yang tinggal di sekitar kampung. Beberapa tamu undangan sudah datang memenuhi acara pertunangan yang akan dilaksanakan antara Rani dan Bagas, mandor dari perkebunan teh tempat lelaki itu bekerja. Tidak heran rata-rata tamu yang datang adalah para pegawai perkebunan teh tempat Bagas bekerja.

"Mbak, Mbak, anda harus mengisi data tamu hadir dulu ya!" Seseorang menghentikan langkah Asma dan Wisnu.

"Neng, ngisi data tamu dulu katanya!" Wisnu menepuk lembut bahu Asma yang berjalan di depannya.

"Tapi kita ini kan keluarganya, Bang! Ngapain juga kita harus ngisi data itu segala," seloroh Asma berdecak kesal.

"Mbak!" Panggil wanita yang mengenakan kebaya itu dengan nada ketus.

"Baik Mbak!" sahut Wisnu memundurkan beberapa langkah kakinya menuju meja pendaftaran. 

Asma terus menggerutu tidak ikhlas, "Harusnya Abang jangan menuruti perintah wanita itu!" cetus Asma kesal pada Wisnu yang berjalan mensejajarinya setelah mengisi data tamu hadir.

"Nggak apa-apa Neng. Cuma ngisi saja kok!" balas Wisnu tersenyum lebar pada Asma.

Semua tamu undangan yang hadir hening seketika. Sorot mata mereka tertuju pada panggung yang dibuat begitu megah di dalam rumah Abah.

Asma terpaku melihat acara tukar cincin yang terjadi antara adiknya dan calon suaminya. Sorot matanya tak berkedip sedikitpun menatap kepada dua pasangan yang sedang berbahagia itu.

"Kenapa Neng?" celetuk Wisnu menyadarkan Asma dari wajah takjub.

"Rani beruntung ya Bang, bisa memiliki suami yang mempunyai pekerjaan yang mapan. Pasti masa depan Rani akan bahagia," lirih Asma. "Pantas saja dia sombong sekali!" imbuh Rani.

"Memangnya selama ini Neng tidak bahagia hidup dengan Abang?" sahut Wisnu menatap manik coklat gadis manis dengan kerudung berwarna nude yang seketika menoleh pada Wisnu.

"Seneng Abang, seneng banget. Suami kaya belum tentu dibawa mati kalau suami sholeh sudah pasti dibawa ke surga nanti," jawab Asma.

Senyuman lebar terbit dari kedua sudut bibir Wisnu saat mereka saling bersitatap begitu juga dengan Asma.

"Asma, ini benar Asma kan?" celetuk seorang wanita bertubuh tambun mengacungkan jari telunjuknya ke arah Asma.

"Iya, ini Bik Darsih kan?" celetuk Asma berbinar melihat wanita yang berdiri di depannya masih mengenalinya.

"Ya Allah Asma, sudah lama sekali kita tidak bertemu! Rasanya Bibik kangen sekali dengan kamu." Wanita itu menjatuhkan pelukan kepada Asma untuk beberapa saat.

"Bagaimana kabar Bibik?" tanya Asma.

"Alhamdulillah Bibik sehat, Asma sendiri?" 

"Asma sehat Bik!" Asma mengukir senyuman hangat pada sudut bibirnya.

"Sebentar, jangan bilang ini adalah Anak Asma?" Wanita bertubuh tambun itu menunjuk kepada Akbar yang berada di dalam gendongan Wisnu.

"Iya Bik, ini anak Asma!" seru Asma menyungingkan senyuman.

"Masya Allah Asma, kapan kamu menikah Nak? Kenapa tidak undang-undang Bibik," ucap Wanita itu mengusap lembut pada wajah Akbar, gemas.

"Iya Bik, Maaf Asma tidak sempat untuk ...!"

"Pernikahan Mbak Asma memang di gelar sangat sederhana sekali, Bik. Berbeda dong dengan aku!" celetuk suara seseorang yang berada di balik punggung Asma membuat gurat wajah Asma seketika berubah.

"Berbeda bagaimana?" Wanita bertubuh tambun itu menautkan kedua alisnya melihat kepada Rani yang berjalan mendekat.

"Beda dong Bik. Bibik bisa lihat sendiri, bagaimana suami Mbak Asma dan lihat suamiku seperti apa?" Rani mengacungkan jari telunjuknya ke arah Wisnu yang berdiri di samping Asma kemudian kepada Bagas yang masih berada di atas panggung. Sebuah senyuman sinis tersungging dari bibir Ratih.

Bik Darsih tidak bergeming. Wanita itu memperhatikan dari ujung kaki hingga ujung kepala Wisnu dengan tatapan aneh. 

"Duh, Bik! Lihat saja cara berpakaian mereka, baju saja harus samaan, ketahuan belinya di pasar baru!" hina Rani semakin menyulut amarah Asma.

"Ada apa ini?" Suara menggelegar yang terdengar menghentikan Asma yang hendak menjawab hinaan Rani. Lelaki bertubuh kurus tinggi dengan perawakan garang itu berjalan mendekat.

"Ada apa Rani?" tanya Abah menjatuhkan tatapan tajam pada Asma dan Wisnu secara bergantian.

"Abah!" Wisnu mengulurkan tangannya kepada lelaki bertubuh tinggi kurus itu. Namun yang ada justru Abah mengabaikannya.

Kedua mata Asma sudah dipenuhi dengan butiran bening yang berjejalan. Sebisa mungkin wanita dengan gamis nude itu terus menahannya agar tidak terjatuh di depan semua orang.

*****

Bersambung ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status