Prims mengabaikan sapaan Will begitu ia keluar dari rumah. Tujuannya hanya satu sekarang ini, ia harus menemui seseorang yang telah menjemputnya di sebelah barat rumah, tidak jauh dari kediamannya.Prims menahan napasnya begitu menyadari ini akan menjadi hari yang sangat panjang. Kelam mendung pirau di atas sana menutup cahaya matahari yang harusnya masih tersisa untuk menuju pada senja yang beberapa jam lagi berlangsung.Keluar dari gerbang, Prims bergegas menyeret koper miliknya menuju ke arah matahari terbenam. Ia menjumpai sebuah Rubicon warna hitam yang terparkir di sana, di bawah sebuah pohon besar di tepi jalan.Dengan langkah yang gontai, Prims bisa dikatakan sedang menjemput marabahaya.Ia percayakan sisanya pada Jodie. Begitu Jodie menghubungi Arley soal kondisinya, Arley pasti akan melacak keberadaannya. Prims membawa ponselnya, tetapi itu sedang ia sembunyikan sekarang ini. Prims memasukkannya ke dalam koper, tertutup oleh tumpukan uang dolar. Sehingga ponsel miliknya ak
“Jadi ini alasan kamu tidak ingin aku membuka kopernya?” tanya Erren menggebu. Ia meraih kasar dagu Prims yang segera memberontak melawannya.“LEPAS!” Prims mencengkeram pergelangan tangan Erren, mengenyahkan dari rahangnya dan mendorong kepala ibu tirinya itu hingga membentur jendela.“PRIMROSE!” teriakannya menggema terpantul di kaca jendela, memekakkan telinga mereka yang berada di dalam sana.Dan melihat kekacauan yang terjadi di kursi penumpang bagian belakang, pria yang mengemudikan mobilnya itu kemudian menepi.Dia keluar dengan gegas dan beringsut membuka pintu di sisi Prims duduk. Ia merenggut lengan Prims dengan kasar, membebaskan Erren yang hampir babak belur karena didorong dan dicakar olehnya.“Berhenti memberontak!” ucapnya marah.“Jangan menyentuhku!” Prims menoleh pada pria berkaos hitam itu tetapi ia tak dipedulikan.Melihat Prims yang terkungkung dalam ruang geraknya yang terbatas, Erren melakukan pembalasan dengan melakukan serangan.Ia menampar Prims berulang kali,
“Brengsek, para pengganggu ini ....”Desisan Jayden terdengar lebih berapi-api daripada tampang kesal Arley. Pemuda itu lebih dulu melepas jas yang ia kenakan, menggunakannya sebagai senjata untuk menghantam beberapa lelaki yang menyerangnya.Arley pun melakukan kesiagaan yang sama, tangannya telah ternagkat ke atas, melindungi dirinya dari senjata tajam yang dihujamkan ke arahnya. Arloji mahal Patek Philippe yang dikenakan di pergelangan tangan kirinya menjadi perisai sehingga bunyi dentingan terdengar di udara.Percikan kemarahan menyulut kobaran dalam dadanya bergejolak. Tidak ada yang lebih ingin ia lakukan daripada menyelesaikan pertaruangan bodoh ini sesegera mungkin.Jumlahnya tidak seimbang. Mereka berjumlah sekitar tiga belas sampai lima belas orang, tetapi Arley dan Jayden hanya dua orang.Tetapi ... dilihat dari kemampuan bela diri, bahkan Arley telah menumbang pingsankan empat orang pertama termasuk yang tadi menodongnya menggunakan senjata tajam.Ditambah dengan satu or
Gelap. Mungkin hanya itu satu kata yang menggambarkan keadaan Prims sekarang ini. Ia tidak bisa melihat cahaya padahal seingatnya saat ia pergi meninggalkan rumah tadi belum terlalu gelap suasana di luar.Ataukah ... memang sekarang dia telah berada pada kematian sehingga dia kesulitan untuk bisa menemukan setitik cahaya.Prims menata napasnya, kakinya terasa nyeri. Sebuah kesadaran yang membuatnya yakin bahwa dia belum dihampiri oleh kematian.Karena kakinya yang nyeri itu berada pada titik di mana Erren menusukkan jarum suntik dan setelah itu ia tak bisa mengingat apapun.Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar.Bau debu dari ruangan yang telah lama tidak dipergunakan membuatnya menerka bahwa ia sedang berada di sebuah bangunan terbengkalai yang ditinggalkan oleh pemiliknya.Di mana ia berada sekarang, Prims tidak tahu pastinya.Ia berbaring di sini dan menemukan dua buah ventilasi tak jauh dari ia berada. Ia perlahan bangkit, meraba sekitar yang tak bisa dijangkau oleh matanya di ba
“Bukannya kamu tadi membawanya ke sini?” tanya seorang lelaki dengan suara beratnya.“Iya.” Seorang pria lain yang bersuara lebih ringan menjawabnya.“Lalu di mana dia sekarang?”“Tidak tahu. Bagaimana caranya keluar dari sini. Apa mungin lewat ventilasi?”“Kecuali dia berubah menjadi udara, maka dia bisa melewati ventilasi itu.”“Periksa semua tempat! Prims menghilang!”Lari mereka terdengar meninggalkan ruang gelap itu. Prims bisa mendengarnya dengan jelas. Percakapan mereka, suara mereka yang cemas, tak ada satu pun yang luput dari pendengarannya. Prims juga bisa melihat dua pria berbadan kekar itu menjauh sebelum melapor pada Erren yang terdengar murka di sebelah bangunan yang lain.Prims tidak menghilang!Dia hanya memanfaatkan situasi genting. Dalam peluang beberapa detik yang krusial yang dia pergunakan dengan baik.Saat ia berpikir perihal ‘jalan keluar’, Prims mendapatkannya. Ia berjalan dengan gegas menuju ke samping pintu. Prims mengenali dari kenopnya yang masih sedikit m
....Prims sebenarnya sudah berhasil untuk menghubungi 911, tetapi sialnya ... saat dispatcher menanyakan di mana ia berada, ia tidak bisa menjawabnya dengan pasti.Ia menjelaskan bahwa ia dibawa ke sini dalam kedaan tidak sadar sehingga ia tak bisa mengenali di mana ia berada, atau seperti apa lingkungan sekitarnya.“Sejak kapan anda tidak sadar, Nona?”“Sekeluarnya aku dari perumahan Mount Beverly. Aku dibawa menggunakan Jeep warna hitam yang dikemudian oleh seorang pria berumur sekitar tiga puluh tahunan.”“Kami akan melacak lokasi anda sekarang, tolong—“Panggilan itu mati begitu saja. Prims tidak bisa mendengar apapun lagi karena ponselnya mati. Sepertinya batrainya habis. Kesialan di saat yang tidak tepat.Prims memejamkan matanya dengan tidak berdaya. Pandangannya ia jatuhkan pada pria yang telah ia buat pingsan yang ada di lantai dan diselimuti oleh kegelapan.“KYAA!”Prims terjaga dari lamunan sesaatnya kala mendengar jeritan Katie dari sisi bangunan yang lain. Prims menginti
Anggota polisi berderap mengamankan tempat itu, Prims melihat Alice yang mendapatkan batuan setelah api terlebih dahulu dipadamkan.Teriakan kesakitannya membubung tinggi memecah langit malam.Yang saat Prims menatap ke atas, ia menjumpai kepulan asap abu-abu yang ia yakini sebagai titik awal di mana polisi bisa menemukan tempat ini—selain dari keterangannya yang mengatakan soal ia yang diculik sekeluarnya dari Mount Beverly dan dibawa entah ke mana oleh sebuah jeep hitam selama ia tak sadar.Meski Prims bisa berdiri tegak, tetapi sesak akibat kedua tangan Alice yang mencekiknya telah membuatnya kehilangan sebagian kesadarannya sehingga ia menjumpai bayangan putih yang berlalu-lalang di matanya.Ia nyaris saja limbung ke belakang jika tak ada lengan kekar seseorang yang menahannya dengan cepat.Samar Prims melihat, itu adalah ... ‘Arley?’ batinnya.Prims terlalu lemah untuk bersuara. Ia merasakan dekapan tangan Arley yang sesaat kemudian mengangkatnya keluar dari tempat kejadian perka
Pasca malam mencekam itu ... Tom sudah boleh meninggaalkan rumah sakit. Kondisinya membaik. Meski dia dipukuli oleh anak buah Alice dan Erren, tidak ada luka dalam yang cukup berarti. Katie pun demikian. Ia hanya perlu kontrol setiap minggu untuk kulitnya yang pernah mengalami luka bakar.Prims kembali ke rumahnya, beberapa hari yang lalu ia dijenguk oleh profesor Mashe dan juga istrinya, Erren.Profesor ikut prihatin dengan yang terjadi padanya, tetapi ... Prims mengatakan bahwa semuanya sudah selesai, dan ia baik-baik saja sekarang.Selama beberapa hari terakhir ini ... Arley juga absen dari kantor. Ia bolak-balik ke kantor polisi untuk memenuhi panggilan. Untuk dimintai keterangan bersama dengan Jayden, terutama untuk aksinya yang menumbangkan lima belas berandalan yang kala itu menyerangnya tak jauh dari komplek perumahan.Kemudian ....Sore ini, Prims baru saja masuk ke dalam rumah setelah ikut Jodie memetik bunga di taman samping. Ia menjumpai Arley yang datang setelah sejak p