Share

Marah

Penulis: Putri_Lotus
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-19 22:16:45

Mama Alin tidak serta merta langsung mempercayai jawaban Alin. Yang dia tahu, selama ini kekasih Alin sangat menyayangi anaknya.

"Kamu jangan bercanda, Nak!” tegur mami.

"Aku tidak bercanda, Mi. Aku mengatakan yang sebenarnya," jawab Alin.

"Tapi kenapa, Nak? Bukankah kalian sebentar lagi akan melaksanakan lamaran?"

Bibir Alin mendadak kelu saat hendak menjawab pertanyaan maminya. Dia sangat berat mengatakan alasannya pada maminya.

"Apa Rendra berselingkuh di belakangmu?"  tanya Rita memicing.

Degg!

Alin tersentak dengan pemikiran maminya yang tepat sasaran. Alin menghela nafasnya dengan panjang. Dia berusaha tenang dan merangkai kalimat yang tepat agar maminya tidak terpancing emosi. 

"Benar, Mi. Mas Rendra bahkan telah mengakhiri hubungan kami tadi malam, tepat di depan seluruh keluarganya," jawab Alin dengan tenang.

Brakk!

Mami Alin menggebrak meja dengan keras. Dadanya bergemuruh menahan amarah yang sudah membuncah. 

"Bukankah selama ini mereka yang selalu menginginkan kalian agar segera mengikat hubungan?"

"Iya, Mi. Tapi itu dulu, sebelum keluarga kita bangkrut," jawab Alin sendu.

"Kurang ajar si Rendra, berani-beraninya dia mempermainkan dan merendahkanmu di depan keluarganya. Lihat saja, Mama akan ke sana untuk memberinya perhitungan," ujarnya penuh amarah.

"Tidak, Mami jangan nekat ke sana. Alin nggak mau jika sampai kehadiran Mami di sana malah membuat mereka semakin menginjak harga diri Mami dan Papi. Cukup Alin saja yang mereka hina, Alin nggak rela jika Mami dan Papi juga ikut mereka rendahkan," ucap Alin mencegah.

Wajah mami Alin berubah menjadi sendu. Dia menatap putrinya yang tetap tegar walau sangat terlihat memendam kesedihan dan kekecewaan.

"Lin, kenapa mereka tega melakukan ini pada padamu, Nak? Padahal dulu keluarga kita selalu membantu mereka saat orang lain tidak peduli pada keluarga mereka," ujar Mami Alin.

"Ma, selama ini mereka tidak pernah benar-benar tulus dengan keluarga kita, Ma. Dulu, mereka mendekat karena keluarga kita masih punya power, Ma. Tapi setelah usaha keluarga kita diambang kebangkrutan, mereka mulai menunjukkan perangai asli mereka pada keluarga kita," jawab Alin menimpali.

Mami Alin langsung memeluk putrinya dengan sangat erat. Dia sangat sedih dengan nasib malang putrinya diperlakukan seperti sampah.

"Mami tahu Nak, kamu pasti sangat hancur saat ini. Menangislah Nak, keluarkan semua kekecewaanmu. Jangan dipendam dan ditahan lagi," ucap Mami Alin.

Alin menumpahkan semua air matanya dipelukan sang ibunda. Dia benar-benar mengeluarkan semua kekecewaan yang dia rasakan.

***

Sementara itu, Papi Alin yang baru saja pulang sedikit heran melihat dua wanita yang sangat dia cintai sedang berpelukan. Terlebih, saat ia melihat putrinya yang menangis di pelukan istri tercinta.

"Ma, kenapa Alin menangis?" tanya Papi penasaran.

Alin dan maminya segera melepaskan pelukannya begitu mendengar suara kepala keluarga itu mendekat ke arah mereka. 

"Rendra, Pi! Tega-teganya, dia mencampakkan Alin dan menginjak harga diri kita di depan keluarganya setelah tahu keluarga kita bangkrut, Pi. Mami nggak terima putri kita diperlakukan seperti sampah!" seru Mami penuh emosi.

Papi mengepalkan tangannya untuk menyalurkan emosi yang dia pendam. Ia menghela nafasnya dengan panjang melihat kekecewaan sang istri. Lelaki itu juga melirik Alin yang tengah mengusap air matanya.

"Papi sudah mengetahui tentang hal ini, Mi. Jujur saja, Papi sendiri juga sangat terkejut dengan sikap keluarga mereka yang berubah dalam waktu singkat. Apa lagi, dulu mereka selalu menggaung-gaungkan putri kita sebagai calon menantu mereka," ucap Papi menahan amarah.

"Dari mana Papi tahu kalau Rendra sudah membuangku, Pi?" tanya Alin tiba-tiba.

"Papi punya beberapa relasi yang masih berhubungan baik dengan Papi. Jadi tidak sulit untuk mendapatkan informasi apapun," jawab Papi sambil menatap lurus ke depan. 

"Lalu bagaimana dengan nasib anak kita sekarang, Pi? Mami nggak sanggup melihat Alin bersedih seperti ini," ucap mami Alin sambil merangkul pundak putrinya.

Papi menoleh ke arah Alin yang masih sesekali menyeka air matanya. Dia tampak mengamati perban yang melingkar di kepala Alin.

"Kepalamu kenapa diperban, Nak?"

"Tadi malam habis tertabrak mobil, Pa. Tapi nanti pasti juga sembuh sendiri kok," jawab Alin dengan cepat.

"Pantas saja kamu tidak pulang semalam," ujar papi dengan tenang.

Melihat suaminya sikap yang tetap tenang saat melihat putrinya terluka membuat mami Alin sedikit terusik. Namun dia hanya bisa menahannya karena dia yakin sang suami pasti punya rencana tersendiri.

"Maafkan Alin, Pi, Mi," ucap Alin menunduk.

"Nak, coba lihat mata Papi sekarang!"

Alin mendongak menatap bola mata papinya yang setajam elang.

"Kamu boleh bersedih dan patah hati, Nak. Tapi jangan sampai kesedihanmu membuatmu menjadi hancur. Jangan membuang waktumu untuk menangisi bajingan itu, Nak. Masih ada kami yang akan terus menyayangimu melebihi apa pun," ucap papi menasihati.

Papi lalu menghapus air mata yang masih tersisa di pipi Alin. Dia juga memeluk putrinya dengan penuh kasih sayang.

"Papi tidak akan membiarkan siapapun menyakiti putri kecil Papi, Lin. Berjanjilah jika ini adalah air mata terakhirmu untuk bajingan itu," ujar papi dengan tenang.

"Alin janji Mi, Pi, Alin nggak akan menangisi bajingan itu lagi. Alin akan membalas perbuatan mereka dan membuat mereka menyesal sudah merendahkan Mami dan Papi," ucap Alin bersungguh-sungguh.

"Bagus, itu baru putri Papi."

Tiiinnnn!

Tiiinnnn!

Tiiinnnn! 

Perhatian ketiganya teralihkan saat mendengar bunyi klakson terdengar dari luar rumah.

"Pi, sepertinya ada yang datang bertamu," kata Alin.

"Siapa yang bertamu? Seingat Papi tidak ada teman Papi yang akan ke sini," jawab Papi.

"Biar Mami saja yang membuka pintunya, Lin. Kamu duduk saja!" ucap Mami Alin ketika putrinya hendak berdiri membuka pintu.

Alin hanya mengangguk menuruti perintah ibunya. Mami Alin segera ke depan untuk membuka pintu, namun alangkah terkejutnya dia ketika melihat banyak bodyguard yang berjaga di depan.

"Maaf, ada perlu apa kalian datang ke mari, Tuan?" tanya Mami Alin hati-hati.

Seorang lelaki berkacamata hitam tampak ke luar dari mobil mewahnya dan berjalan ke arah mami Alin yang berdiri mematung.

"Aku datang untuk menjemput calon istriku." 

Mami Alin tersentak dengan pernyataan lelaki itu. Pikirannya menerka-nerka tentang calon istri lelaki di depannya ini.

'Sepertinya aku pernah melihat orang ini, tapi di mana? Siapa sebenarnya yang orang ini cari?' batinnya sambil memindai lelaki di depannya.

"Apa Anda akan membiarkan tamu Anda tetap berdiri di depan pintu, Nyonya?" 

Mami Alin tersentak dengan teguran lelaki itu, dia segera mempersilahkan lelaki itu untuk masuk ke dalam. Mami Alin segera menghampiri suaminya yang sedang duduk bersama putrinya.

"Pa, ada tamu aneh. Masa dia mencari calon istrinya di sini?" ucap mami Alin sedikit berbisik.

Belum sampai papi menjawab ucapan mami Alin, mereka dikejutkan dengan suara bariton yang menggema di seluruh ruang tamu.

"Selamat siang, Tuan Wira. Apakah saya mengganggu waktu Anda, Tuan?" 

"Tu-Tuan Devan, kenapa Anda ke sini?" panik Wira.

"Kenapa Anda sangat terkejut, Tuan? Tenangkan dirimu, kedatanganku saat ini bukan untuk menagih jawabanmu. Aku datang untuk menjemput calon istriku karena nanti malam aku akan mengajaknya bertemu dengan beberapa klienku," ucap Devan datar.

Tatapannya tak sengaja bertemu dengan gadis yang ia cari. Sementara itu, Alin hanya bisa menahan diri untuk mengendalikan ekspresi terkejutnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   The End

    Tak berselang lama, polisi dan Reno datang meringkus Rendra dan juga sepupunya. Mereka juga mengamankan preman-preman itu ke kantor polisi. Sedangkan Devan dan Alin segera pergi dari tempat itu.Sepanjang perjalanan, Devan tak tahan dengan rasa ingin tahunya. Dia segera bertanya pada sang istri mengenai keadaan sang istri saat ini."Sayang, sejak kapan ingatanmu kembali?" tanya Devan."Sejak saat putra kita menghilang, Mas. Tapi saat itu aku memutuskan untuk diam dulu sambil mengamati keadaan. Aku bergerak dalam diam dan aku sengaja mengecoh orang-orang agar mereka mengira aku masih hilang ingatan," jawab Alin."Untuk apa?" tanya Devan."Untuk mengetahui siapa saja yang hendak memanfaatkan keadaanku untuk mencari keuntungan." "Apapun itu, aku bahagia karena kamu sudah mengingat semuanya Sayang. Aku bisa lebih fokus untuk mencari keberadaan putra kita sekarang," jawab Devan dengan lega.Alin tersenyum tenang, "Mas jangan khawatir. Aku sudah tahu di mana keberadaan putra kita."Devan m

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Membebaskan Alin

    Tanpa pikir panjang, Devan langsung berlari ke dalam mencari keberadaan Alin. Dia masuk ke salah satu bilik tersebut. Akan tetapi, bilik tersebut ternyata dijaga oleh beberapa preman. Devan memancing preman tersebut untuk menjauh dari depan pintu dan berkelahi di luar.Tidak sulit mengalahkan para preman itu karena Devan sangat jago ilmu bela diri. Dalam sekejap, para preman itu langsung tumbang tak sadarkan diri. "Apa hanya segitu saja kemampuan kalian? Cih payah sekali kalian ini. Badan saja besar, tapi kemampuan nol. Ayo bangun dan serang saya. Hitung-hitung pemanasan," ejek Devan.Saat salah satu preman hendak bangun dan kembali menyerang, dalam satu pukulan saja preman tersebut sudah tidak mampu lagi bergerak. Devan segera masuk ke dalam setelah memastikan seluruh preman bayaran itu tumbang. Di depan pintu, dia mengendap-endap masuk dan mendengarkan percakapan dua orang yang sedang berada di ruangan tempat Alin di sekap."Ren, menurutmu, apakah Tuan Devan akan benar-benar datan

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Duel Menyelamatkan Alin

    Setelah menempuh perjalanan laut selama lima hari, akhirnya akhirnya mereka sampai di kota A di pulau seberang. Mereka sengaja membawa bayi itu jauh dari pulau asalnya agar tidak mudah terlacak. Mereka langsung membawa bayi itu ke panti asuhan setempat. Mereka disambut baik oleh pemilik panti."Mari silakan masuk Bapak, Ibu."Setelah mereka dipersilahkan duduk dan disuguhi minuman, pemilik panti langsung bertanya maksud dan tujuan keduanya datang."Kalau boleh saya tahu, ada tujuan apakah Bapak dan Ibu datang ke sini?" "Kami ingin menitipkan bayi ini di sini, Bu," jawab Wina.Pemilik panti tersebut heran dengan sikap pasangan di depannya ini. Tega-teganya mereka hendak menitipkan bayi mungil tak berdosa itu di panti asuhan."Maaf Bapak, Ibu, tapi kenapa? Bukankah itu darah daging kalian? Apa kalian benar-benar tega meninggalkan mereka di sini?" tanya wanita setengah baya tersebut. "Bayi ini bukan anak kami, Bu. Kami menemukannya secara tidak sengaja di depan rumah kami. Jadi kami me

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Suasana Yang Semakin Tidak Kondusif

    Rendra hanya menyunggingkan senyumnya saat ibu Alin menuduhnya sebagai pelaku penculikan putra Alin. Dia terlihat santai saja dengan tuduhan yang terlontar dari mulut ibu Alin. Sedangkan Alin hanya diam saja tanpa menanggapi lelaki itu. "Atas dasar apa Anda menuduh saya dalang dibalik penculikan cucu Anda Tante? Lihatlah, Alin saja tidak banyak bicara. Kenapa Anda malah terlihat sensi sekali Tante?" tanya Rendra dengan santai."Karena Lindra adalah cucuku!" jawab ibu Alin dengan penuh emosi."Lin, kenapa dari tadi kamu diam saja? Apa kamu tidak merasa kehilangan bayimu? Atau kamu malah senang jika bayimu tidak ditemukan?" tanya Rendra pada Alin."Sebenarnya Anda ini siapa? Saya perhatikan sejak tadi Anda selalu membicarakan hal yang berbau provokasi," jawab Alin dengan tenang."Lin, aku Rendra, Lin. Orang yang pernah ada di hatimu. Tidak mungkin kamu lupa denganku, kan?" "Apa maksudnya kalau kamu pernah ada di hatiku? Dan sebenarnya, apa tujuanmu datang ke sini? Aku sungguh tidak me

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Kabur ke Pelabuhan

    Wina tampak berpikir sejenak dengan gagasan yang disampaikan lelaki itu."Baiklah, kita harus bergerak cepat malam ini juga," kata Wina."Apa? Malam ini? Apa kau sudah gila? Tidak mungkin kita jalan malam ini. Apa kamu nggak kelelahan dengan pertempuran kita tadi? Apa kamu nggak mau mengulanginya lagi?" tanya lelaki itu—menaik turunkan alisnya."Kita tidak punya banyak waktu, Tuan Tama yang terhormat. Kalau kita menunda-nunda, mereka pasti akan menemukan dan menangkap kita," ucap Wina penuh penekanan."Sepertinya kau sangat takut sekali dengan si Devan itu ya?" tanya lelaki itu."Bagaimana aku tidak takut? Aku pernah menjalin hubungan dengannya, sudah pasti aku tahu bagaimana watak Devan. Kau sendiri saudaranya tapi malah tidak memahami bagaimana karakter saudaramu sendiri," ujar Wina meremehkan."Aku memang tidak tahu banyak tentang kehidupan Devan karena aku jarang bertemu dengannya. Aku juga sangat jarang berinteraksi dengannya selama ini karena aku sering berada di luar negeri. Wa

  • Dibuang Mantan Dipinang Om Sultan   Penculikan Anak Alin

    "Sialan, siapa kau? Berani-beraninya mengancam ku!" sentak lelaki itu."Kau tidak perlu tahu siapa aku, cukup kau dengarkan saja perintahku. Jangan pernah mengusik keluarga Alin atau kau akan menyesal."Setelah mengatakan itu, penelepon itu memutuskan panggilan secara sepihak. "Siapa yang menelepon?" tanya wanita itu."Nomor tidak jelas. Berani-beraninya dia mengancam ku agar tidak mengganggu Devan dan Alin.""Kurang ajar, sepertinya mereka mengutus mata-mata untuk mengawasi kita," jawab wanita itu."Aku tidak yakin, tapi sepertinya orang itu bukan suruhan Devan. Lelaki itu tidak mungkin bisa mengendus gerak gerik kita. Kita harus berhati-hati, jangan melakukan hal yang bisa membuat mereka curiga dan kedok kita terbongkar," kata orang itu.***Sedangkan di sisi lain, Rendra dan sepupunya saat ini sedang mencari informasi tentang Alin."Bagaimana? Apa kamu sudah mendapatkan informasi?" tanya sepupu Rendra."Alin sudah melahirkan, tapi sekarang penjagaan semakin diperketat. Sangat suli

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status