Waktu berlalu begitu cepat, Melani dan Juan sibuk mempersiapkan pernikahan mereka. Berbeda dengan Candra yang kini penampilannya kusut masai.Riana sudah kabur meninggalkan Candra dengan membawa uang hasil menggadaikan aset sang suami. Lelaki itu kini memijat pilipisnya yang acap kali berdenyut, tubuhnya juga tampak kurus dan tudak terawat.“Berengsek!” teriak Candra sambil melempar gelas yang berada di atas meja.Wajah lelaki itu tampak marah, baru saja ada seorang lelaki datang menagih hutang serta bunga dari pinjaman yang menggadaikan seluruh asetnya tersebut.Kemalangan menimpa Candra kali ini, bisnis mengalami penurunan dan beberapa mitra menipunya. Kini gaji karyawan serta cicilan hutang mulai menumpuk.Beberapa pegawainya juga diberhentikan karena tidak sanggup membayar gaji, pikiran Candra kini carut marut.Di tempat lain, Melani sedang mencoba beberapa gaun pilihan calon mertua ditemani oleh Juan.“Bahunya terlalu terbuka, aku gak suka,” keluh Juan.“Loh, malah cantik loh mod
“Kakak!” seru Juan dan berlari memeluk sang kakak.Wanita cantik yang sedang menarik koper, berpenampilan sederhana namun elegan tersebut melepas kacamata dan merentangkan kedua tangannya.Dia adalah Lusia Kakak Juan yang tinggal di kota lain. Rasa rindu antara keduanya membuat suasana menjadi haru. “Kakak ipar gak ikut?” tanya Juan.“Nanti malam nyusul, Dek. Tau sendirilah dia sibuknya gimana,” jawab Lusia.Lusia, meminta seorang pelayan yang menghidangkan air untuknya agar membawa kopernya ke dalam kamar.Kakak Juan itu menanyakan sejauh mana persiapan pernikahan yang akan dilangsungkan esok hari. Juan mengatakan bahwa sang ibu kini sedang menguris semuanya guna memastikan esok berjalan dengan lancar.“Kalo udah Mama yang atur semua pasti beres. Trus yang bikin kamu mondar-mandir itu apa? Gugup? Atau ada masalah? Coba cerita,” pungkas Lusia.“Aku takut Melani membatalka
“Vivian itu gadis yang dijodohkan untuk Juan saat kamu menikah. Dia ngotot minta dinikahi Juan sampe ngaku hamil anak Juan, akhirnya kami memutuskan untuk menunggu anak itu lahir baru menikahkan mereka. Vivian berada dlam pengawasan keluarga Juan, tepat saat bayi itu lahir diam-diam Tante Gita lebih dahulu ngambil sampel anak itu untuk tes DNA. Vivian gak tau kalo Tante Gita udah duluan tes, nah hasil tesnya di tipu sama Vivian dibuat bayi itu anak Juan padahal bukan. Singkatnya Tante Gita mematahkan hasil tes DNA punya Vivian, karena malu dia mohon biar Juan bersikap sebagai Ayah si bayi dan dibuat pernyataan kalau itu hanyalah sebatas panggilan Ayah saja, tidak mengakui sebagai anak Juan dan tidak bertanggungjawab atas hal apapun dari si bayi,” tutur Alex.“Maaf aku yang kasih tau, aku yakin Juan bakal gugup dan gak bener jelasinnya malah bakal bikin kalian bertengkar,” lanjut Alex.Adel mengangguk tanda yang diceritakan Alex itu benar. Adel waktu itu hadir sebagai saksi dan turut m
Juan mengucapkan terima kasih atas harapan Alex. Sang sahabat berpamitan kepada Juan.Jika Juan dan Melani sedang berbahagia dengan pernikahan mereka, berbeda dengan Candra yang kini merasa kepala terasa akan pecah.Bagaimana tidak? Hutang yang ditinggalkan Riana dalam jumlah yang sangat banyak, belum termasuk bunga pinjaman. Belum lagi seluruh aset digadaikan dan membayar gaji karyawan. Tabungannya terkuras sudah dan kini sudah jatuh tempo pembayaran.“Tolong kasih waktu satu bulan lagi, sekarang saya cicil bunganya aja dulu,” kata Candra memohon.“Ini udah tiga bulan, perjanjiannya kan cuma tiga bulan. Itu modal besar mau dipakai sama Bos, kalo gak bisa lunas dalam minggu ini maka semua aset kami sita,” tegas sang penagih hutang.“Tolonglah beri kelonggaran. Saya harus bayar gaji karyawan dan biaya lainnya, lagipula kan bukan saya yang minjam kenapa malah saya yang ditagih? Kalian hubungi saja si peminjam,” kata Candra kesal.Wajah si penagih kini memerah. Dia merasa kesal dengan ka
“Oh ada tamu. Apa kabar Candra? Udah lama gak ketemu,” sapa Juan.Juan menghampiri sang istri kemudian mencium keningnya. Melani tampak bahagia terpancar dari raut wajah.“Ehem.” Candra mendeham.“Oh iya, ada perlu apa?” tanya Juan kemudian duduk di sisi Candra.“Ini, aku butuh pinjaman. Gak banyak kok cuma lima ratus miliar aja, nanti aku cicil deh,” jawab Juan.Juan sudah mengetahui perihal jumlah hutang tersebut, tetapi dia tidak menyangka jika Candra berani meminjam kepadanya juga Melani.‘Bener-bener dah ni orang,’ batin Juan.“Sayang, aku udah kasih penjelasan kalo keuangan kamu yang atur. Lagian kayanya gak ada deh kalo sebanyak itu,” timpal Melani.Tentu saja Juan mengerti jika Melani enggan meminjamkan uang kepada Candra, tetapi dia harus mencari kalimat yang tepat agar Candra tidak tersinggung.Juan tampak diam sejenak sebelum menjawab Candra, kemud
Tidak sampai empat jam orang suruhan Juan menemukan bahwa orang-orang Candralah pelakunya, Melani memutuskan untuk melaporkan mantan suaminya ke polisi untuk menuntut Candra agar diproses secara hukum. Wanita itu menghubungi Alex pengacaranya guna membuat laporan.Polisi bertindak cepat dengan menangkap Candra yang hampir saja kabur, lalu membawanya ke kantor polisi untuk segera dilakukan proses tindakan hukum.Polisi menanyai Candra tentang motif kejahatan yang dia lakukan kepada perusahaan Melani. Candra menyangkal bahwa dialah otak dari pelaku percobaan pengrusakan tersebut. Petugas penyidik memberi bukti-bukti kejahatan berdasarkan pengakuan para tersangka yang tertangkap di gudang.Candra terduduk lemas dan tidak bisa menyangkal atau membantah lagi, lelaki tersebut akhirnya mengakui, bahwa benar dia yang merencanakan sabotase terhadap perusahaan Melani dan Juan. “Oke, emang saya yang suruh mereka. Aku benci orang serakah
“Alex? Ada apa?” tanya Melani sambil berdiri.Alex menatap tamu Melani dan duduk di samping dengan wajah penuh tanya. Melani mengerti raut Alex kemudian menjelaskan kedatangan petugas itu.“Oh, aku ngerti. Sebenernya aku menyayangkan kejadian ini, seharusnya hukum tidak bisa dibeli tapi kenyataannya emang begitu yang kita jalani sekarang. Di mana-mana juga begitu,” pungkas Alex sambil menyindir dirinya dan petugas itu.“Bentar aku bikinin surat pernyataan pembatalan tuntutan dulu yang ditujukan kepada pihak aparat penegak hukum. Mel, kamu yakin mau cabut pengaduan kamu? Kalo ini dicabut maka tuntutan menjadi batal secara hukum,” lanjut Alex.“Gak papa, Lex. Cuma aku minta dia jangan ada lagi di kota ini atau jangan pernah muncul di depanku , itu aja syaratnya,” tegas Melani.Alex segera membuat surat yang dibutuhkan dan ditandatangani oleh Melani. Alex mengatakan nahwa dirinya saja yang akan membawa surat tersebut
“Bentar, kok itu mirip Riana ya?” gumam Candra.Candra memundurkan mobilnya dan memerhatikan sosok wanita yang dia yakini sebagai istrinya. Posisi wanita itu sedang membelakangi, sehingga menyulitkan untuk melihat wajahnya.Saat wanita itu berjalan menuju mobol miliknya, wajahnya tampak samar dan sekilas saja, Candra penasaran dan berencana turun untuk melihat dengan jelas.Akan tetapi niatnya urung katwna melihat seorang pria memakai topi dab masker yang masuk ke dalam mobil yang sama.“Sekilas mukanya bukan Riana sih, badannya aja mirip sih dari belakang. Ah, mikur apa aku sampe segitunya.” Candra merutuk dan melajukan kembali mobilnya.Sudah berjam-jam dia tidak tentu arah, akhirnya Candra singgah ke pom bensin dan mengisi bahan bakar.Pikirannya mengembara tak tentu arah, terkadang terbagi mencari Riana dan menuntutnya untuk mengembalikan uangnya, sisi lain memilih membuka usaha baru lebih kecil.