Share

Bab 4

Author: NitNoth
last update Last Updated: 2023-11-27 12:43:52

"Oh, jelas itu tidak masalah, Tuan. Asalkan saya bisa pindah ke rumah baru saya dulu, baru Adelia boleh menikah dengan anakn Tuan," jawab Ibu Mirna cepat, enggan melewatkan rumah baru yang dijanjikan Tuan Wirawan.

Mendengar ucapan sang Ibu, Adelia langsung masuk ke dalam rumah.

"Ibu! Astaga, tega banget sih Ibu menukarku dengan rumah!"

"Adel, jaga bicara kamu! Ada Tuan Wirawan, apa kamu ngga malu!"

Mata Ibu Mirna membulat, seolah memberi perintah Adelia untuk diam.

"Sana masuk kamar! Jangan ikut campur urusan orang tua!" sentak Ibu Mirna. Wanita paruh baya itu benar-benar marah.

Jangan sampai ucapan Adelia tadi membuat Tuan Wirawan berubah pikiran. Bisa luntur semua angan Ibu Mirna menjadi orang kaya.

"Tapi, Bu --"

"Masuk!"

Adelia membuang muka. Ia benar-benar kecewa, dengan apa yang ibunya itu katakan. Kalau memang benar ia harus dijual untuk kedua kalinya, Adelia mungkin tidak akan pernah bisa memaafkan ibunya lagi.

Ibarat burung yang berada di dalam sangkar, seperti itulah keadaan Adelia sekarang. Meski masih bisa bergerak, tapi Adelia tidak bisa melakukan apa yang dia inginkan. Jangankan untuk menentukan kebahagiaannya sendiri, suami saja harus orang lain yang menentukan.

*****

40 hari selepas masa iddah selesai.

"Adel, senyum dong. Jangan memasang muka masam begitu. Tuan Wirawan itu orang penting, tamu yang datang pasti juga orang penting. Jangan bikin Ibu malu dong!" sungut Ibu Mirna yang sedari tadi tidak berhenti menasehati Adelia.

Sejak keputusan sang ibu menerima tawaran dari Tuan Wirawan, menukar Adelia dengan rumah mewah senilai 1 Miliar, Adelia diam, enggan berbicara pada ibunya.

Bukan hanya marah, alasan Adelia mendiamkan Ibu Mirna karena ia sangat kecewa. Lagi-lagi hidupnya harus ditukar dengan harta.

"Heh Adel, kamu ini denger nggak sih? Nyaut gitu kek, iya Bu, atau apa gitu. Jangan malah diam begini. Awas saja kalau sampai kamu bikin malu Ibu, Ibu nggak mau anggap kamu anak lagi!" ancam Ibu Mirna.

Tak tahan lagi dengan semua ucapan ibunya yang menyakiti hati, Adelia menoleh ke arah sang Ibu.

"Anak? Memangnya selama ini Ibu anggap Adel ini anak? Bukankah Ibu cuma anggep Adel barang yang bisa ditukar dengan uang?" Adelia menyeringai, menatap ibunya dengan pandangan kesal.

"Jaga mulut kamu, Adel!" Ibu Mirna nampak tegang, tak enak kepada MUA yang sedang menyelesaikan riasan di wajah Adelia.

Jangan sampai rahasia Adel terbongkar. Rahasia masa lalu itu hanya boleh Ibu Mira dan Adelia sendiri yang tahu.

"Kenapa harus Adel yang jaga mulut? Harusnya Ibu dong yang harus jaga nafsu, biar nggak terus-menerus gila sama harta. Kemarin Ibu paksa Adel buat minta harta gono-gini, sekarang Ibu tukar Adel dengan rumah. Ibu ini sebenarnya anggap Adel apa sih? Apa jangan-jangan Adel ini anak pungut, makanya Ibu bebas melakukan apa aja sama Adel?"

PLAK!

Untuk membungkam mulut Adel, Ibu Mirna terpaksa menampar anak perempuannya. Namun, seketika aura penyesalan menjalari raut wajah wanita paruh baya itu.

Seharusnya, Ibu Mirna memang tidak boleh melakukan demikian pada Adel. Semua ini karena rasa frustasi dan trauma yang Ibu Mirna rasakan. Dulu, hidup Ibu Mirna sangat berkecukupan, demi menikah dengan pria yang dicintai, Ibu Mirna rela melawan orang tua, dan berakhir hidup miskin dengan suaminya.

"Adel ...." Mata Ibu Mirna memerah, menahan sesal yang teramat dalam.

Rasanya ingin sekali meminta maaf karena sudah menampar Adel, tapi mulut Ibu Mirna seolah kaku, membisu tak bisa berbicara.

"Ibu tampar aku? Kok Ibu jahat banget sih sama Adel!" teriak Adelia. Matanya langsung memerah, meluruhkan air mata.

Marah dengan keadaanya yang terpernah memihaknya, Adelia menepis tangan MUA yang mendandaninya.

"Stop, Mbak! Jangan rias saya lagi!" Adelia beranjak dari tempat duduknya.

"Nyonya, Nyonya mau ke mana? Riasannya belum selesai!" seru MUA itu, panik karena Adelia malah berontak.

Mengabaikan kekhawatiran MUA itu, Adelia menyambar tisu di atas meja, menghapus wajahnya yang dirias make tebal.

"ADEL NGGAK MAU NIKAH! ADEL BENCI SAMA IBU!" Adel berteriak, berontak, mencoba memperjuangkan kebahagiaannya sendiri.

Jelas, apa yang Adelia lakukan itu membuat Ibu Mirna panik bukan kepalang. Acara akad nikah tinggal beberapa menit saja, tapi sekarang make up Adelia malah amburadul tak berbentuk.

"Astaga, Adel, apa yang kamu lakukan!"Tubuh Ibu Mirna terasa lemas, serasa ingin pingsan.

Namun, saat Adelia menuju pintu hendak kabur dari pernikahannya dengan Reno, kepalanya tertabrak oleh sebuah dada bidang yang menghalanginya.

“Ka – kamu ….”

Di depan mata Adelia, Reno menatapnya tajam, seraya mendorong Adelia pelan ke depan, menjauh dari tubuh Reno.

Seketika, Adelia yang sebelumnya berani melawan Reno di restoran, kali ini bergetar dan mematung tak berdaya.

"Kalian semua keluar dari sini, saya mau bicara dengan Adelia," ucap Reno, menoleh ke arah Ibu Mirna dan MUA itu bergantian.

"Baik, Tuan," sahut sang MUA, bergegas keluar, disusul oleh Ibu Mirna.

Meninggalkan dua orang, di ruangan itu kini hanya ada Adelia dan Reno. Keduanya berdiri berhadapan, namun enggan bertatapan.

“Kalau bukan karena Papaku yang keras kepala, aku tidak akan sudi menikah denganmu!” ucap Reno, seraya mendekat ke arah Adelia.

Adelia yang panik seketika mundur perlahan. Tatapan Reno yang dingin benar-benar mengintimidasinya.

“Kamu pikir aku juga mau? Kalau bukan karena Tuan Wirawan yang sudah terlalu baik padaku, aku juga tidak mau menikah dengan orang yang galak sepertimu!”

“Pintar juga kamu bersandiwara. Kamu pikir, aku tidak tahu, apa yang kamu minta dari Papaku?”

Adelia mengerjap, langkahnya kembali mundur.

“Kamu boleh menipu Papaku, tapi tidak denganku.” Tatapan itu semakin tajam, tubuh Reno membungkuk, semakin mendekat ke arah Adelia yang hanya setinggi pundaknya.

Adelia menunduk, takut menatap mata Reno. Meski benar wajahnya tampan, tapi tatapan matanya sangat menyeramkan.

"Terus apa mau kamu!" Adelia mendongak, menatap balik mata Reno, tapi sayangnya Adelia tak sanggup, dan malah menjadi gugup.

Adelia takut Reno semakin marah, dan mengintimidasinya, persis seperti apa yang Farhan lakukan dulu padanya.

"Pernikahan ini akan tetap berlangsung. Tapi perlu kamu ingat, jangan pernah berharap kamu bisa menyentuhku seujung jari pun. Karena aku akan membuat kamu membayar apa yang sudah ibu kamu ambil dari Papaku," ucap Reno, melirihkan suaranya.

Meski begitu, tetap saja, terdengar tajam bak ujung jarum yang menancap ke hati, melewati gendang telinga.

"Apa maksud kamu? Kamu mau balas dendam?" tanya Adelia.

Reno menegakkan kembali tubuhnya, namun kini tangannya mengulur, meremas dagu Adelia. “Berikan aku anak, setelah itu aku akan menceraikan kamu! Karena cuma itu yang Papaku mau dari pernikahan kita, mengerti kamu?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dibuang Suami Kikir, Jadi Ratu Tuan Presdir   Bab 36

    Adelia menarik tangannya dari genggaman Ken, matanya memicing tajam, seolah menuntut penjelasan. Dia benar-benar terkejut dengan pengakuan Ken yang begitu tiba-tiba."Apa maksud kamu, Ken?" tanya Adelia, wajahnya yang manis berubah menjadi ketus dalam sekejap. Ken tersadar bahwa dirinya berada dalam situasi sulit. Dengan terpaksa, Ken menggantungkan senyum di bibir dan tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha! Serius banget sih muka kamu, Adelia. Aku hanya bercanda kok," kilah Ken untuk menyelamatkan diri. Dalam hatinya, Ken merasa lebih baik menyimpan perasaan itu rapat-rapat daripada membuat Adelia tahu dan membencinya. Lagipula, Ken sudah berjanji kepada Nyonya Farida untuk menjaga istri kakak iparnya ini, meskipun dengan syarat tak boleh terungkap bahwa dirinya adalah saudara tiri Reno. "Ayolah, jangan terlalu serius begitu! Aku hanya bergurau tadi," ujar Ken berusaha mencairkan suasana. Namun Adelia masih terdiam, te

  • Dibuang Suami Kikir, Jadi Ratu Tuan Presdir   Bab 35

    "Em, tidak deh!" Adelia menggelengkan kepalanya. Lagi pula, selama ini memang tidak ada yang peduli dengannya. Jadi, kalau Adelia pergi pun pasti tidak akan ada yang mencari dirinya."Kamu yakin? Kamu pindah ke Yogyakarta itu dalam waktu yang cukup lama lho, apa kamu tidak mau memberitahu suamimu?" tanya Ken lagi, hanya ingin memastikan.Tapi, bukannya bergegas menjawab, Adelia malah tersenyum. "Tidak Ken, Mas Reno bahkan tidak berusaha mencariku. Kemungkinan, sekarang Mas Reno sudah hidup bahagia dengan istri barunya, dan aku tidak mau mengganggunya."Dari cara Adelia berbicara sekarang dengan yang dulu memang sangat berbeda. Adelia kini lebih sering tersenyum dan auranya terlihat bersinar. Tubuhnya pun ikut menggemuk, membuat Adelia terlihat gemoy tapi tetap cantik."Em, okey! Kalau begitu, aku mau menemui Mama Farida dulu ya di kamarnya, sekalian mau pamitan."Adelia menganggukkan kepalanya. Kemudian kembali memasang wajah datar sembari melihat Ken pergi ke kamar Nyonya Farida.Se

  • Dibuang Suami Kikir, Jadi Ratu Tuan Presdir   Bab 34

    "Ya jelas bukan kamu, lah! Memangnya kamu ini siapa, percaya diri sekali jadi orang!" sungut Farhan, yang malah membentak Adelia. Sudah tersulut emosi, Adelia pun balas membentak Farhan, meluapkan amarahnya yang terbakar cemburu. "Kamu ini ya Mas, apa salahnya sih dijawab. Tidak usah merendahkan aku seperti itu. Aku ini istrinya Mas Reno, jadi aku berhak tahu apa yang terjadi sama suami aku!" Farhan sontak terdiam. Bertahun-tahun ia mengenal Adelia, bahkan mereka pernah menjalani rumah tangga bersama, tidak pernah sekalipun Farhan mendegar Adelia meninggikan suaranya seperti sekarang ini. Bahkan dulu, Adelia sangat tunduk dan takut padanya. Tapi ini, hanya karena Reno, Adelia bisa sampai marah, dan membentaknya. Apa mungkin Adelia benar-benar mencintai Reno? Setidaknya, pikiran itu yang sekarang sedang berputar-putar di kepala Reno. "Dih, biasa aja kali ngomongnya!" Farhan memalingkan pandangannya. Tak dapat Farhan pungkiri, melihat Adelia semarah ini, membuat Farhan takut. Dan

  • Dibuang Suami Kikir, Jadi Ratu Tuan Presdir   Bab 33

    'Mas Reno!'Adelia memalingkan pandangannya. Cepat-cepat menghindari kontak mata dengan Reno. Jangan sampai Reno melihatnya."Adelia!" Reno berteriak. Tapi sialnya, mobil taksi itu keburu melaju, membawa Reno pergi."Haaah, untung saja!"Adelia menghela nafasnya lega. Untung saja mobil taksi itu pergi. Kalau tidak, pasti Reno sudah turun menghampiri Adelia.Memang, di dalam hati Adelia masih menyimpan rasa cinta untuk Reno. Tapi, Adelia belum siap, jika harus bertemu kembali dengan Reno. Lagi pula, ucapan suaminya itu selalu saja membuat Adelia tersinggung dan sakit hati.Ada tiga menit, Adelia berdiri di tempatnya sekarang. Ia terus menatap ke arah taksi yang membawa Reno semakin jauh. Sampai taksi itu benar-benar menghilang dari pandangan matanya, barulah Adelia pergi meninggalkan tempat itu.Saat tiba di perempatan jalan menuju ke rumah Nyonya Farida, tiba-tiba Adelia menghentikan langkahnya. Adeia terdiam sejenak di samping tiang listrik memikirkan Reno. Sampai detik ini, Adelia m

  • Dibuang Suami Kikir, Jadi Ratu Tuan Presdir   Bab 32

    "Pak Yanto, di mana Papa, apa yang supaya terjadi Pak, kenapa sampai Papa bisa masuk rumah sakit?" tanya Reno, kepada Pak Yanto -- security yang bekerja di kediaman Tuan Wirawan. "Maaf Tuan Reno, tapi saya juga tidak paham dengan apa yang tadi terjadi. Setahu saya, tadi sih ada Mbak Yuna datang ke rumah, tapi tidak lama setelah Mbak Yuna pergi, Bibik berteriak minta tolong. Karena Tuan Besar sudah tidak sadarkan diri, jadi saya cepat-cepat bawa ke rumah sakit, Tuan," ucap Pak Yanto, menceritakan keadaan yang terjadi sesuai dengan versinya. "Terus Papa di mana?" tanya Reno lagi. "Tuan Wirawan masih ada di ICU. Saya tidak berani naik ke atas, jadi saya tunggu di lobby. Sekalian nungguin Tuan Reno." Reno menganggukkan kepalanya, lalu menepuk pundak Pak Yanto. "Kalau begitu Pak Yanto pulang saja, biar Papa saya yang jaga. Terima akasih ya, Pak, sudah mengantarkan Papa ke rumah sakit," ucap Reno. Yang langsung buru-buru masuk ke dalam lift, menuju ke lantai tiga Rumah Sakit, tempat di m

  • Dibuang Suami Kikir, Jadi Ratu Tuan Presdir   Bab 31

    "Loh, apa salahnya sih? Kita kan kenal sudah lama, aku juga sayang banget sama kamu, jadi wajar dong kalau aku pengen hubungan ini lebih serius? Lagi pula sekarang kamu juga lagi hamil anak aku, kan emang mending kita langsung nikah daripada timbul fitnah nanti," ucap Farhan, yang langsung disanggah oleh Yuna."Tidak, Mas! Enak saja main nikah, aku masih punya impian, dan aku tidak mau semua yang aku cita-citakan selama ini hancur hanya karena aku menikah sana kamu!" tolak Yuna mentah-mentah.Dari mimik wajahnya saja terlihat jelas ada sesuatu yang Yuna sembunyikan. Bahkan rona cinta pada pandangan mata Yuna yang dulu ada kini juga menghilang."Apa maksud kamu, Yuna?" Kening Farhan mengekerut, terkejut mendengar ucapan Yuna yang rasanya sulit Farhan terima.Yuna menghela nafasnya kasar. Tubuhnya membungkuk, mengambil botol parfum dari lantai, lalu meletakkannya lagi ke atas meja rias."Aku rasa, hubungan kita harus selesai sampai di sini, Mas. Aku tidak bisa mengorbankan masa depanku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status