Baru menikah satu bulan, tapi sudah menjadi janda. Takdir itu harus Adelia terima karena menjadi korban fitnah dari suaminya sendiri. Adelia dibuat terkesan mandul, tak bisa memiliki anak. Namun, baru saja menjalani hidup barunya, Adelia malah terjebak pernikahan kontrak dengan Reno, yang menikahinya hanya karena menginginkan anak. Akankah Adelia bisa menjalani pernikahan keduanya dan melahirkan seorang anak, atau malah Reno yang menyesal, karena sudah menikahi Adelia?
ดูเพิ่มเติม"Ambil ini, dan cepat pergi dari rumahku!"
Adelia terdiam, pandangannya terpaku pada secarik kertas yang baru saja Farhan letakkan di atas meja."Mulai hari ini, kamu bukan lagi istriku. Aku sudah meminta Bibik untuk mengemasi pakaian kamu, dan mungkin sekarang sudah ada di luar. Jadi lebih baik kamu cepat angkat kaki dari rumahku. Sebelum aku panggil security buat menyeret kamu keluar."Mengabaikan apa yang Farhan katakan, Adelia mengambil kertas yang diletakkan oleh suaminya tadi dari atas meja. Melihat tulisan di sana, jantung Adelia menjadi berdegup sangat kencang.Baru juga satu bulan menikah, Adelia sudah diceraikan oleh suaminya."Mas, ini maksudnya apa?"Tak bisa menerima apa yang baru saja terjadi, Adelia mendongak, memandangi Farhan yang berdiri di samping sofa tempatnya duduk. Tatapan Farhan sungguh dingin, tak seperti saat awal dia mendekati Adelia. Begitu perhatian dan penuh kasih sayang.Namun, Farhan kini malah melipat tangannya di depan dada, memalingkan pandangan dengan santainya berbicara, "Kamu ini kan mandul, nggak bisa kasih aku keturunan, jadi buat apa aku lama-lama menikah denganmu. Lebih baik aku menikahi wanita lain yang subur, yang sudah pasti bisa memberikan aku keturunan."Adelia meneteskan air matanya. Dadanya terasa begitu sesak, seperti terhantam batu yang sangat besar."Tapi ini kan baru kata dokter, Mas. Bisa aja kan dokter itu salah memeriksaku. Kita bisa coba --""Coba apa? Bayi tabung, atau adopsi anak, hem? Kamu pikir semua itu nggak pakai uang. Aku kerja capek, Del. Terus uangku mau kamu buat hal-hal yang hasilnya mustahil, kamu sengaja menjadikan aku sapi perah kamu!" tuduh Farhan.Ucapannya bagaikan pisau, yang mengiris hati Adelia. Rasanya tak hanya sakit, tapi juga begitu perih.Meski dinyatakan mandul, harusnya Farhan tidak merendahkan Adelia sampai seperti ini. Apalagi mengakhiri pernikahan dengan cara membuang Adelia layaknya barang yang sudah tidak layak lagi digunakan."Pacarku dalam perjalanan ke sini. Aku tidak mau dia melihat kamu masih di rumahku. Jadi, kamu tahu kan harus melakukan apa?"Adelia menghela nafasnya yang terasa begitu sesak. Menyeka air matanya yang mengaliri pipinya."Kamu keterlaluan, Mas." Adelia beranjak dari duduknya."Dulu kamu rayu aku, kamu kejar aku, kamu baik-baikin aku cuma supaya aku mau jadi istri kamu. Tapi sekarang, cuma karena dokter bilang aku mandul, kamu menceraikan aku. Tega kamu, Mas!"Tak sanggup lagi berada lama di hadapan Farhan, Adelia melangkahkan kakinya keluar. Dalam hati Adelia sangat marah, tak sudi lagi jika harus memberikan maaf pada mantan suaminya itu.Lebih baik menjanda, daripada harus mengemis belas kasihan pada suami yang tidak menghargainya.Tapi, setelah Adelia pergi, seringai puas muncul di bibir Farhan. Dia tampak sekali senang, melihat Adelia keluar dari rumahnya.Langkah demi langkah Adelia menyusuri jalan, menyeret tas hitam berat berisi pakaian. Adelia bingung, dia tidak tahu harus pergi ke mana.Adelia tak mungkin kembali ke rumah Farhan. Tapi, Adelia juga tidak tahu harus melabuhkan kakinya yang sudah letih berjalan ini ke mana."Tolong! Tolooong!"Suara jerit seorang pria menghentikan langkah Adelia. Ia menoleh cepat ke sisi kanan untuk mencari sumber suara."Ada apa sih itu?" Adelia membatin, namun sedetik kemudian mata Adelia membulat, tangannya menutup cepat mulutnya yang menganga karena terkejut. "Astaga, rampok!""Siapa kamu, lepaskan saya!"Pria berusia 65 tahun di sana adalah Tuan Wirawan.Beliau sedang kewalahan menghadapi seorang preman bermasker hitam yang mengincar dokumen penting perusahaannya.Kedua tangan pria berambut uban itu ditarik ke belakang, sementara lehernya menjadi sasaran mata pisau yang cukup tajam pada bagian ujungnya."Diam kamu, dasar tua bangka!"Preman itu menarik kasar dokumen penting perusahaan Wiraland dari tangan Tuan Wirawan. Bahkan tak segan preman itu memukul perut Tuan Wirawan, sampai beliau kesakitan.Berhasil merampas apa yang diinginkan dari Tuan Wirawan, preman itu berlari, pergi menuju motor RX King yang terparkir di tepian jalan.Tak bisa berdiam diri melihat perampokan di depan matanya, Adelia panik, tapi otaknya berpikir keras harus melakukan apa, dan entah mendapatkan keberanian dari mana, Adelia mengambil tas hitam berisi bajunya, lalu melemparkannya ke arah motor preman itu.Berhasil mengenai, motor itu terjatuh, membuat preman bengis itu sangat marah."Woi, siapa kamu! Berani-beraninya ikut campur!" sentak preman itu, meneriaki Adelia."Kembalikan dokumen itu, dasar rampok! Beraninya sama orang tua!" sungut Adelia.Rasa marahnya pada Farhan seolah terkumpul sekarang, terlampiaskan pada preman itu. Meski tak bisa dipungkiri, kalau tangan Adelia gemetaran, ketakutan."Diam kamu, mau cari mati!" sentak preman itu lagi.Mendapatkan kesempatan, karena preman itu sibuk berdebat dengan Adelia, Tuan Wirawan bangkit, berlari cepat, menyambar dokumen penting miliknya.Meski berhasil merebut kembali dokumennya, preman yang tubuhnya cukup besar dan berotot itu malah menarik pundak Tuan Wirawan, dengan bengis mencekik leher Tuan Wirawan."Kembalikan dokumennya! Atau aku bunuh kamu!"Sedikitpun tak takut dengan keramaian, preman itu melayangkan cepat pisau ke perut Tuan Wirawan. Takut pisau itu bisa membunuh orang, Adelia berlari, mendorong preman itu dari samping."Dasar preman jelek! Lepasin Bapak ini!" Adelia berteriak, tangannya mengepal kuat memukul preman itu sampai berkali-kali.Sialnya, keberanian Adelia itu malah mengantarkan Adelia dalam bahaya. Preman itu balik menyerang Adelia, melayangkan pisau ke lengan Adelia."AAAAAKH!" Adelia menjerit. Mulutnya menganga lebar, melihat baju putih bagian lengannya merembeskan darah.Phobia dengan darah, Tubuh Adelia langsung lemas, jatuh dalam pelukan Tuan Wirawan.Ini benar-benar tidak sesuai rencana. Niat hati merebut dokumen penting milik Tuan Wirawan, preman itu malah mencelakai orang lain. Takut dirinya dalam bahaya dan bisa dipenjara atas kasus pembunuhan, preman itu kabur, meninggalkan Adelia yang tergeletak tak sadarkan diri."Astaga, Nona, bangun Nona!" teriak Tuan Wirawan, panik bukan kepalang, takut Adelia meninggal karena menolong beliau."Tolooong! Ada yang pingsan, tolong saya!" Tuan Wirawan melambaikan tangan, suaranya berteriak kencang memanggil siapa saja yang mau peduli.Syukurnya, sebuah mobil taksi berhenti. Membuat kekhawatiran Tuan Wirawan sedikit berkurang.Saat tiba di rumah sakit, Adelia langsung ditangani. Tuan Wirawan gugup, tubuhnya gemeteran, memikirkan nasib wanita yang menolongnya.Tiga puluh menit merundung kegelisahan akhirnya terlampaui. Pintu ruangan IGD terbuka, memperlihatkan seorang dokter yang keluar dari sana."Tuan, pasien sudah sadar. Tapi, saya harus berbicara dengan Anda."Tuan Wirawan menghela nafasnya lega, tapi seketika kembali menegang, melihat wajah sang dokter yang terlihat cemas."Ada apa, Dok? Apa yang terjadi pada wanita tadi? Apa dia terluka parah?"Dokter tak menjawab, melainkan melangkahkan kakinya mundur, agar Tuan Wirawan bisa masuk ke ruang IDG, dan melihat seperti apa keadaan Adelia.Adelia menarik tangannya dari genggaman Ken, matanya memicing tajam, seolah menuntut penjelasan. Dia benar-benar terkejut dengan pengakuan Ken yang begitu tiba-tiba."Apa maksud kamu, Ken?" tanya Adelia, wajahnya yang manis berubah menjadi ketus dalam sekejap. Ken tersadar bahwa dirinya berada dalam situasi sulit. Dengan terpaksa, Ken menggantungkan senyum di bibir dan tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha! Serius banget sih muka kamu, Adelia. Aku hanya bercanda kok," kilah Ken untuk menyelamatkan diri. Dalam hatinya, Ken merasa lebih baik menyimpan perasaan itu rapat-rapat daripada membuat Adelia tahu dan membencinya. Lagipula, Ken sudah berjanji kepada Nyonya Farida untuk menjaga istri kakak iparnya ini, meskipun dengan syarat tak boleh terungkap bahwa dirinya adalah saudara tiri Reno. "Ayolah, jangan terlalu serius begitu! Aku hanya bergurau tadi," ujar Ken berusaha mencairkan suasana. Namun Adelia masih terdiam, te
"Em, tidak deh!" Adelia menggelengkan kepalanya. Lagi pula, selama ini memang tidak ada yang peduli dengannya. Jadi, kalau Adelia pergi pun pasti tidak akan ada yang mencari dirinya."Kamu yakin? Kamu pindah ke Yogyakarta itu dalam waktu yang cukup lama lho, apa kamu tidak mau memberitahu suamimu?" tanya Ken lagi, hanya ingin memastikan.Tapi, bukannya bergegas menjawab, Adelia malah tersenyum. "Tidak Ken, Mas Reno bahkan tidak berusaha mencariku. Kemungkinan, sekarang Mas Reno sudah hidup bahagia dengan istri barunya, dan aku tidak mau mengganggunya."Dari cara Adelia berbicara sekarang dengan yang dulu memang sangat berbeda. Adelia kini lebih sering tersenyum dan auranya terlihat bersinar. Tubuhnya pun ikut menggemuk, membuat Adelia terlihat gemoy tapi tetap cantik."Em, okey! Kalau begitu, aku mau menemui Mama Farida dulu ya di kamarnya, sekalian mau pamitan."Adelia menganggukkan kepalanya. Kemudian kembali memasang wajah datar sembari melihat Ken pergi ke kamar Nyonya Farida.Se
"Ya jelas bukan kamu, lah! Memangnya kamu ini siapa, percaya diri sekali jadi orang!" sungut Farhan, yang malah membentak Adelia. Sudah tersulut emosi, Adelia pun balas membentak Farhan, meluapkan amarahnya yang terbakar cemburu. "Kamu ini ya Mas, apa salahnya sih dijawab. Tidak usah merendahkan aku seperti itu. Aku ini istrinya Mas Reno, jadi aku berhak tahu apa yang terjadi sama suami aku!" Farhan sontak terdiam. Bertahun-tahun ia mengenal Adelia, bahkan mereka pernah menjalani rumah tangga bersama, tidak pernah sekalipun Farhan mendegar Adelia meninggikan suaranya seperti sekarang ini. Bahkan dulu, Adelia sangat tunduk dan takut padanya. Tapi ini, hanya karena Reno, Adelia bisa sampai marah, dan membentaknya. Apa mungkin Adelia benar-benar mencintai Reno? Setidaknya, pikiran itu yang sekarang sedang berputar-putar di kepala Reno. "Dih, biasa aja kali ngomongnya!" Farhan memalingkan pandangannya. Tak dapat Farhan pungkiri, melihat Adelia semarah ini, membuat Farhan takut. Dan
'Mas Reno!'Adelia memalingkan pandangannya. Cepat-cepat menghindari kontak mata dengan Reno. Jangan sampai Reno melihatnya."Adelia!" Reno berteriak. Tapi sialnya, mobil taksi itu keburu melaju, membawa Reno pergi."Haaah, untung saja!"Adelia menghela nafasnya lega. Untung saja mobil taksi itu pergi. Kalau tidak, pasti Reno sudah turun menghampiri Adelia.Memang, di dalam hati Adelia masih menyimpan rasa cinta untuk Reno. Tapi, Adelia belum siap, jika harus bertemu kembali dengan Reno. Lagi pula, ucapan suaminya itu selalu saja membuat Adelia tersinggung dan sakit hati.Ada tiga menit, Adelia berdiri di tempatnya sekarang. Ia terus menatap ke arah taksi yang membawa Reno semakin jauh. Sampai taksi itu benar-benar menghilang dari pandangan matanya, barulah Adelia pergi meninggalkan tempat itu.Saat tiba di perempatan jalan menuju ke rumah Nyonya Farida, tiba-tiba Adelia menghentikan langkahnya. Adeia terdiam sejenak di samping tiang listrik memikirkan Reno. Sampai detik ini, Adelia m
"Pak Yanto, di mana Papa, apa yang supaya terjadi Pak, kenapa sampai Papa bisa masuk rumah sakit?" tanya Reno, kepada Pak Yanto -- security yang bekerja di kediaman Tuan Wirawan. "Maaf Tuan Reno, tapi saya juga tidak paham dengan apa yang tadi terjadi. Setahu saya, tadi sih ada Mbak Yuna datang ke rumah, tapi tidak lama setelah Mbak Yuna pergi, Bibik berteriak minta tolong. Karena Tuan Besar sudah tidak sadarkan diri, jadi saya cepat-cepat bawa ke rumah sakit, Tuan," ucap Pak Yanto, menceritakan keadaan yang terjadi sesuai dengan versinya. "Terus Papa di mana?" tanya Reno lagi. "Tuan Wirawan masih ada di ICU. Saya tidak berani naik ke atas, jadi saya tunggu di lobby. Sekalian nungguin Tuan Reno." Reno menganggukkan kepalanya, lalu menepuk pundak Pak Yanto. "Kalau begitu Pak Yanto pulang saja, biar Papa saya yang jaga. Terima akasih ya, Pak, sudah mengantarkan Papa ke rumah sakit," ucap Reno. Yang langsung buru-buru masuk ke dalam lift, menuju ke lantai tiga Rumah Sakit, tempat di m
"Loh, apa salahnya sih? Kita kan kenal sudah lama, aku juga sayang banget sama kamu, jadi wajar dong kalau aku pengen hubungan ini lebih serius? Lagi pula sekarang kamu juga lagi hamil anak aku, kan emang mending kita langsung nikah daripada timbul fitnah nanti," ucap Farhan, yang langsung disanggah oleh Yuna."Tidak, Mas! Enak saja main nikah, aku masih punya impian, dan aku tidak mau semua yang aku cita-citakan selama ini hancur hanya karena aku menikah sana kamu!" tolak Yuna mentah-mentah.Dari mimik wajahnya saja terlihat jelas ada sesuatu yang Yuna sembunyikan. Bahkan rona cinta pada pandangan mata Yuna yang dulu ada kini juga menghilang."Apa maksud kamu, Yuna?" Kening Farhan mengekerut, terkejut mendengar ucapan Yuna yang rasanya sulit Farhan terima.Yuna menghela nafasnya kasar. Tubuhnya membungkuk, mengambil botol parfum dari lantai, lalu meletakkannya lagi ke atas meja rias."Aku rasa, hubungan kita harus selesai sampai di sini, Mas. Aku tidak bisa mengorbankan masa depanku
'Mas Reno ... kok dia bisa ada di sini?' gumam Adelia di dalam hatinya. 'Apa mungkin Mas Reno ngikutin aku ya, terus dia tahu kalau aku kerja di sini?'"Mbak, kok malah bengong sih. Tolong ke depan sebentar, temani Om ganteng itu. Aku mau ambil box dulu buat bungkus cakenya," ucap Ratna, buru-buru ke belakang, menuju ke lemari penyimpanan box kue.Sementara Adelia yang harusnya menemani Reno itu malah kembali ke dapur, enggan menemui Reno. "Mending aku di sini saja deh, gawat kalau Mas Reno lihat aku kerja di sini."Takut ketahuan, Adelia berjongkok di depan oven besar, pura-pura mengecek kue yang dipanggang. Padahal, Adelia melakukan itu karena berniat sembunyi agar Reno tidak sampai melihatnya.Tak lama kemudian Ratna kembali. Dia langsung membungkus cake buatan Adelia itu, lalu memberikannya untuk Reno."Tidak udah bayar Tuan, ini bukan cake untuk dijual soalnya," ucap Ratna, membuat kening Reno mengkerut, karena tidak paham."Tidak dijual? Maksudnya?" tanya Reno."Ini cake coba-c
"Sebenarnya saya ...." Tak ada pilihan lain, Adelia menceritakan sedikit permasalahan yang sedang ia alami bersama Reno. Tidak menyeluruh memang, hanya rasa kegelisahan Adelia saat suaminya menolak anak yang tengah Adelia kandung. Sedikit cerita dari Adelia itu, membuat Nyonya Farida sedikit paham. Kemungkinan besar, selama ini apa yang Reno pikirkan tentang Adelia adalah salah besar. Ya, Nyonya Farida masih mengingat saat di mana Reno bercerita Adelia selingkuh sampai hamil, dan setelah mendengar cerita dari Adelia, entah kenapa Nyonya Farida lebih percaya dengan cerita Adelia. Mungkin, itu semua karena penjelasan dari Adelia lebih masuk akal. "Jadi, suami kamu menuduh kamu hamil dengan pria lain?" tanya Nyonya Farida. Adelia menganggukkan kepalanya, sembari mengusap perutnya yang sudah besar. "Iya, Bu." "Terus kenapa tidak kamu jelaskan? Kasihan anak kamu nantinya, Adelia," ucap Nyonya Farida, yang tidak bisa membayangkan akan bagaimana cucunya nanti saat hamil. Dulu, Nyonya
Kling!Suara lonceng pintu berbunyi saat dibuka. Adelia bergegas menuju ke belakang meja, untuk melayani pembeli yang baru saja datang itu.Sebenarnya, Adelia juga sengaja, karena tidak enak menceritakan sosok suaminya pada Nyonya Farida.Setidaknya sekarang, dengan adanya pembeli, Adelia bisa beralasan, dan tidak perlu menceritakan soal Reno pada Nyonya Farida."Adelia, Ibu pulang dulu ya, nanti malam Ibu ke sini lagi jemput kamu," ucap Nyonya Farida, lalu pergi dari toko kuenya.Nyonya Farida harus kembali pulang, untuk beristirahat. Sebab kesehatan beliau akhir-akhir ini sedang tidak baik-baik saja.Sementara itu di dalam mobil, Reno menghantam kasar stir mobilnya karena kesal. Kepalanya terasa sangat pusing, sudah berkeliling ke sekitaran rumah sakit, tapi tidak juga menemukan Adelia.Sekarang, Reno dalam perjalanan menuju ke kediaman Ibu Mirna, sengaja mencari Adelia ke sana.Selama ini Adelia tinggal di rumah ibunya, jadi tidak menutup kemungkinan juga sekarang Adelia pulang ke
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น