LOGINLagu “Sweet Glam’ mengalun diiringi remix disco yang memecahkan suasana malam di club. Sarinah sedang menikmati sebatang rokok dengan mengepulkan asapnya ke udara secara bersahaja. Sesekali kepalanya berputar, irama music membuat geraknya kadang tak terhenti, gila sendiri, namun di sana memang lah tempat untuk menggilakan diri. Ia memperhatikan tamu-tamu yang baru datang dengan diam, namun mulutnya sibuk meresapi benda itu dalam-dalam.Ada seorang pria berpakaian jas rapi selalu melirik ke arahnya, dan Sari sudah lama menyadari akan itu. Ia kembali menggetarkan abu rokok di sela jarinya hingga mengenai lantai yang cukup kotor. Siapa yang peduli? Tempat itu adalah satu-satunya ia bisa bebas berekspresi.Dengan tersenyum Sari membalas anggukan si pria, entah apa yang dipikirkannya, tapi merasa membuat Sarinah pasrah, itu bukan hal yang mudah. Ia terus mendekat, pelan tapi pasti akhirnya pria itu sampai di hadapan Sari.Dengan mencondongkan tubuhnya kepada Sari, ia berlagak menguasa
“Ibuuuu!!!”Rentangan tangan kecilnya terayun bagai ombak Seapearls yang sedang tenang, sedikit tak seimbang. Wajahnya yang lucu diterpa angin, lembut dan menyegarkan suasana pagi yang beraroma lautan. Shen senang memandanginya sejak pertama kali ke sana.Shen memeluk anaknya yang menghambur bagai peluru keluar dari sarang. Daniell kecil terasa lengket, seakan tak mau berpisah dari ibunya sedetik saja.“Daniell rindu ibu.”Shen mencubit hidungnya dengan gemas. Ia pun merasakan kerinduan walau hanya semalam tak bertemu.Di belakang Daniell, mobil yang membawanya datang kembali terbuka. Memunculkan wajah Ayla yang nampak sedikit khawatir. Ia khawatir karena baru pertama kali melihat Papino dan langsung mengajak Daniell pergi dengan mengatasnamakan Shenina.Ternyata benar, setelah melihat Shen, hatinya jauh lebih tenang.“Ayla!” Shen memeluknya hangat, “Terima kasih sudah menjaga Daniell dengan baik sampai ke sini.”“Kak, untunglah! Aku kira kami sedang diculik dan berusaha dij
“Hai, pa!”Han membuka pintu mobil, langsung disambut oleh Dasen yang sudah gelisah menunggu sejak tadi. Kekhawatiran jelas tercetak pada wajahnya yang mulai berkeriput itu. Ia melirik ke dalam mobil, melihat Shenina sedang terlelap pulas.“Apa kubangunkan saja?”Tangan Dasen mengisyaratkan penolakan. Ia hanya sampai di depan mobil lalu berkata, “Bawa saja ke kamar, biarkan dia tidur lebih lama.”“Baiklah, pa!”Hansandy membuka pintu mobil sisi satunya dan mengangkat tubuh Shen dengan pelan. Malam itu, Udara di Seapearls cukup lembab. Angin laut bertiup kencang, membuat siapa pun yang sedang berada di luar rumah tidak akan tahan.Mereka buru-buru masuk. Diletakkannya Shenina di kamar tamu. Hansandy meminta Emma untuk mengganti pakaiannya saja.Setelah mengantar Shen, Han merebahkan diri di Sofa ruang tamu, yang terlihat Dasen mulai menghampirinya dan duduk di sebelah sofa yang lain.“Apa kau lelah?”“Oh, tidak apa-apa, pa! Hanya sedikit saja.”“Bagaimana kondisi di sana? Ap
Malam telah menunjukkan pukul 23.45, namun Shenina masih berusaha menyetop taxi yang lewat. Sudah larut begini, banyak yang menolak untuk menaikkan penumpang dengan tujuan jauh. Hendak ke stasiun bus, itu sudah pemberhentian terakhir sejak satu jam yang lalu.Shenina kembali duduk di halte yang dingin. Sialnya ia lupa membawa mantel untuk menutupi tubuhnya yang sebagian terbuka di punggung dan leher, ia menyesal kenapa selalu mengikut pilihan Dragon. Tak memberi manfaat, tapi selalu membawanya ke dalam masalah.Shen memperhatikan suasana lagi, hening. Cat-cat mengelupas sedikit dengan noda akibat rembesan air hujan menambah kesan halte yang lumayan seram di malam hari.Shenina memeluk dirinya sendiri. Ia membiarkan Ayla, Sarinah, dan Daniell pulang lebih dulu dengan alasan masih ada urusan penting yang lain. Ia juga meminta supaya mereka berdua menginap malam ini untuk menemani anaknya. Kendati Sarinah ingin ikut dengannya karena khawatir, Shen meminta waktu untuk sendirian.Unt
“Aku harus bicara denganmu, Shen!”Nada suara yang pelan namun terasa penuh kecurigaan. Sky masih sama saja, mendengarkan orang lain yang belum tentu benar dari dirinya sendiri.Nyonya Fernandes sudah meninggalkan pesta sejak tadi. Kepergiannya menimbulkan prasangka besar, semua orang tak lagi menikmati pesta. Semuanya menjadi kacau, perayaan besar-besaran itu berubah menjadi malapetaka.Jantung Judy agaknya kembali bermasalah, Jordan dan keluarga Andromeda yang lain buru-buru melarikannya ke rumah sakit. Hingga yang tersisa kini hanya Sky semata, Shenina dan Sarinah, dengan Ayla dan Daniell kecil menanti di luar.“Katakan saja di sini!”“Aku harus bicara berdua denganmu.” Ia melirik Sarinah yang masih berdiri di samping Shenina. Hingga gadis itu diberi kode, ia langsung paham dan berjalan keluar. Meski dalam hatinya ia takut setengah mati, takut Shenina akan menjadi korban kemarahan Sky Andromeda.“Hhhuufhht!”Sky menarik nafas panjang sebelum berbicara lagi.“Kau tahu hari
“Semuanya!!! Perhatikan ke sini!!”“Nyonya, apa yang kau lakukan?!!”Shen berniat merampas microphone namun segera ditepis oleh nyonya Fernandes. Bibirnya mengulas sebuah senyum, senyum penuh kelicikan dan kemenangan. Ia melihat satu-satu kepada wajah keluarga Andromeda yang nampak pucat, namun ditutup tirai penuh senyum agar nampak tak goyah.Nyonya Fernandes mengangkat mic nya kembali.“Dibalik kemegahan dan gemerlap acara malam ini, ada rahasia yang sangat ditutupi oleh keluarga Andromeda.”“Apa yang kau rencanakan nyonya Fernandes?!” Judy berdiri berhadapan dengannya. Tak habis pikir, malam yang semula tenang dan meriah kini berubah bagai meriam yang siap meluncurkan bola api.“Seperti yang kita tahu, keluarga Andromeda terlalu perfect untuk sebuah hubungan keluarga dan bisnis. Itu berkat nyonya Judy yang sangat pandai mengatur semuanya.”“Omong kosong!” Judy mengilah dengan marah.“Nona Berry, apa anda takut dengan nyonya Judy?”Shenina yang kebingungan mendadak jadi g







