Share

25. Awal mula kemunculan Witri

Seharian aku tidak fokus saat bekerja. Tidak terhitung sudah berapa kali mendapat teguran dari atasan. Aku merasa ada sesuatu yang ditutupi suamiku menyangkut luka dikakinya. Apakah malam itu dia berkelahi? Atau mungkin, luka dikakinya itu murni karena kecelakaan? Entahlah. Harusnya dia tidak tersinggung jika memang luka itu murni karena kecelakaan.

Aku menyambar sebuah piring begitu tiba di dapur. Perutku sudah sangat lapar tak tertahankan karena dibiarkan kosong sejak pagi. Segera kubuka tudung saji, harap-harap ayam goreng tadi pagi masih tersisa untukku. Aku menggoreng cukup banyak pagi tadi, seharusnya masih tersisa meski hanya satu potong. Perasaan kecewa seketika menghujam. Yang ku dapati hanya sedikit nasi di dalam bakul dan cobek kosong yang sudah ternodai bekas sambal. Suara derap kaki membuatku memutar kepala. Berdiri seorang perempuan paruh baya dibelakangku.

“Mbok, lauk tadi pagi sudah habis?’’

“Kamu nggak buta, kan? Bisa lihat kan kalo dimeja nggak ada lauk? Mulo, jadi p
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status