Aku tidak menyangka, pernikahan yang sangat ingin aku jalani seumur hidup sekali itu sering kali diterpa badai-badai masalah dan pertengkaran. Entah itu dengan ibu mertuaku, atau dengan suamiku sendiri. Suami yang seharusnya melindungi dan membelaku, lebih memihak kepada ibu mertua yang acapkali ikut campur urusan rumah tangga kami. Berulang kali aku mengajak suamiku untuk keluar dari rumah mertua, tetapi suamiku selalu menolak. *** Aku sangat ingin menyudahi rumah tanggaku yang jauh dari kata sehat ini, dan kembali menjalani hidup bersama keluarga asalku. Namun, betapa terkejutnya aku saat mendapati alat tes kehamilan menunjukan dua garis merah yang berjejer rukun! Haruskah ku urungkan niat bercerai dari suamiku? ***
Lihat lebih banyakSatu minggu berlalu semenjak operasi pengangkatan kista dan satu ovariumku. Hari ini, aku berniat untuk memulai hariku seperti sebelumnya. Beberapa hari hanya berbaring di kasur membuatku merasa bosan. Aku bangkit dari tempat tidur dan memulai aktifitas membersihkan tubuh. Setibanya di kamar mandi dan melepas pakaianku, mataku tertuju pada bekas jahitan yang ada di perut. Entah mimpi apa yang pernah ku alami, sampai aku menemui kejadian yang sangat tidak ingin aku alami. Aku menyentuh bagian bekas jahitan di perutku sembari menatap langit-langit kamar mandi dengan tatapan menerawang. Satu ovariumku telah diangkat. Bukankah itu artinya, peluangku untuk mendapatkan anak juga akan berkurang? Bagaimana jika suamiku memilih untuk meninggalkanku karena tak kunjung mendapat momongan?Suara ketukan pintu dari luar membuyarkan lamunanku. Aku langsung mendesah kesal mendengar nada bicara menyebalkan yang aku tahu persis suara siapa itu. "Mbak Vina, cepet ya? Keburu telat aku berangkat ke seko
Aku benar-benar merasa bosan berada terlalu lama di ruangan ini. Sudah satu jam aku keluar untuk menghisap beberapa rokok sebelum akhirnya kembali ke ruangan ini, tetapi istriku belum juga menunjukkan tanda-tanda pergerakan. Aku mendaratkan pantat di sebuah kursi yang ada di samping ranjang. Aku meraih ponsel dari dalam saku celana untuk membunuh rasa bosan. Setidaknya mencari hiburan agar tidak mati gara-gara bosan menunggu terlalu lama di sini. Banyak pesan masuk yang belum sempat aku balas karena sungkan dengan keluarga istriku. Aku baca deretan pesan masuk, dari saudara yang menanyakan kondisi istriku saat ini. Tapi ada satu nama yang membuatku seakan berhenti bernafas, karena saking senangnya. Tanpa menunggu lama, aku segera membalas pesan dari gadis tetapi bukan perawan pujaanku, Witri. Entah mengapa bayangan wajah cantiknya tetap menyelinap di pikiranku, meski aku sedang dilanda kekacauan karena perbuatanku yang menyebapkan istriku terbaring seperti sekarang ini.[Yank, krim
PoV AkasAku berjalan mondar-mandir di depan ruangan operasi. Sepasang mata masih menatapku tajam, sudah seperti harimau yang membidik mangsa saja gadis itu. Setiap kali pandangan kami berserobok, aku tersenyum dan berpura-pura tidak merasa sedang diperhatikan olehnya. Cantik, sih. Tapi sepertinya Nuril itu tipe gadis yang ganas. Kalau saja sejak awal yang aku temukan pingsan di halte gadis itu bukan Vina, mungkin dengan membuatnya berhutang budi padaku, dia akan mudah menerimaku seperti kakaknya yang bodoh. Hanya perlu sedikit gombalan saja.Aku terus merutuki diri karena berlaku implusif yang menyebapkan Vina jatuh pingsan. Semoga kista yang dia alami jinak. Tolong lancarkan oprasi istriku Tuhan. Rasa cinta memang belum tumbuh di hatiku, tapi mengingatnya merintih kesakitan, membuat aku iba dan menyesal karena telah berbuat kasar padanya. Mungkin lebih tepatnya, aku takut jika kesalahan yang ku perbuat berakibat fatal. Bagaimana jika kistanya pecah? “Duduk Nak Akas. Kamu yang tena
Derit pintu membuat semua orang yang berada dalam ruang perawatan menoleh. Aku menarik kedua ujung bibirku saat pria berpeci dan wanita bergamis hijau itu memasuki ruangan. "Bu," sapa ibu mertuaku sembari menghambur memeluk Emak dan mencium pipi kanan dan kirinya. Membuat aku menatap heran. Apa akan ada drama setelah ini? Setelah sebelumnya dia mengatai orang tuaku nggak becus mendidikku, kini dia bersikap sok baik begitu."Maaf ya, Bu, sebagai orang tua saya dan suami saya belum bisa menjaga Nak Vina dengan baik," ucap Si Mbok sembari menangis tergugu dengan air mata menganak sungai di kedua pipinya. Entah dari mana air mata itu berasal.Huh, drama sekali wanita itu. Membuat aku muak. Manis sekali ucapannya. Berbanding terbalik jika dia berbicara padakku. Sementara itu, aku melihat wanita yang sudah melahirkan aku di dunia menepuk punggung mertuaku, berusaha menenangkan."Mboten nopo-nopo, Bu, namanya juga musibah."Tidak ingin menyaksikan drama berkepanjangan, aku pun memanggil ib
PoV AkasAku pusing bukan kepalang. Hari ini kesialan bertubi-tubi menghantam isi kepalaku. Serasa mau pecah kepala ini. Sudah ketahuan oleh istriku sendiri kalau malam itu aku menemui Witri, dan sekarang dia mengancam akan menceraikanku seandainya aku tidak membawanya keluar dari rumah ini. Sudah gila perempuan ini! Aku pikir dengan menikahi gadis lugu dan polos seperti dia, bisa aku jadikan tameng agar aku masih bisa bertemu Witri tanpa membuat ibuku curiga. Dan beliau akan selalu berpikir; ‘Biarlah Akas keluar bersama teman-temannya. Dia tidak mungkin bermacam-macam diluar, kan sekarang anakku sudah beristri’. Rupanya itu semua hanya angan-anganku saja.Duh, Si Mbok, seandainya dulu kau mengijinkan aku menikah dengan Witri, mungkin anakmu lanang ini tidak akan sebingung sekarang ini. Lihat apa yang aku dapat? Gadis lugu yang nyatanya cukup cerdas dalam membongkar borokku. Belum lagi soal ranjang. Vina itu ‘Nol’ besar, Mbok. Jauh jika dibandingkan dengan Witri.Getar ponsel menarik
Rasa nyeri pada perut bawah membuat aku terjaga dari tidurku yang terbilang tidak nyenyak. Mataku terpejam, tapi pikiranku terus-terusan memutar kejadian getir yang terjadi secara beruntun hari ini. Akhir-akhir ini aku sering merasakan sakit perut bagian bawah. Kemarin-kemarin aku masih bisa menahan, tapi tidak lagi kali ini.Terpaksa aku melayangkan tanganku untuk meminta pertolongan kepada suamiku, meski aku yakin dia tidak sepenuhnya bisa menolongku, setidaknya Akas bisa membawaku ke dokter. Bila saja tidak sedang kepepet, ogah minta tolong ke dia. Kepalaku sontak menoleh saat telapak tanganku beradu dengan kasur. Kemana perginya Akas?Aku mengerjap berkali-kali. Apa jangan-jangan, dia pergi menemui Witri saat aku tertidur. Sayup-sayup terdengar olehku suara dua orang pria tengah berbincang di teras rumah. Letak kamarku yang berebelahan langsung dengan teras membuatku bisa mendengar percakapan dua pria itu cukup jelas. Aku menempelkan telinga pada celah jendela. Aku penasaran deng
Pernikahan sumur jagung memang sering kali diterpa banyak perselisihan, sering kali pemicunya adalah masalah kecil. Ya, dulu pun aku pernah berpikir begitu. Aku bisa memaklumi seandainya pemicu pertengkaran dalam rumah tanggaku adalah masalah kecil. Semisal, suami yang kerap kali lupa meninggalkan handuk di tepat tidur setelah mandi, menggerutu saat mencuci pakaian suami yang penuh noda membandel, atau marah setiap kali suami lupa menaruh kunci motor dan meminta kita sebagai istri untuk membantu mencari. Lantas, bagaimana jika pemicu konflik dalam rumah tangga muncul lantaran kehadiran orang ke tiga? Terlebih orang ketiga tersebut merupakan mantan kekasih dari suami sendiri? Akankah sebagai istri aku mengalah? Atau tetap berjuang mempertahankan rumah tangga sampai titik darah penghabisan?“Loh, Yank, pipimu kenapa?” Akas menunjuk ke arah wajahku. Tanda merah di wajah akibat tamparan pedas Witri tak kunjung memudar.“Kamu habis nangis? Katakan, siapa yang berani berbuat macam-macam sam
Aku menuang tumis kangkung yang baru saja matang ke sebuah mangkuk kaca berukuran besar, sesekali berbalik ke arah kompor untuk membalik ayam yang sedang ku goreng. Ya, pagi ini aku kembali memasak ayam goreng sesuai permintaan adik iparku. Aku turuti walau sebenarnya aku enggan. Bukankah akan membosankan jika setiap hari kita makan dengan lauk yang sama? Niat hati ingin masak tumis kangkung dan orek tempe. Tapi apa boleh buat? Aku sedang berusaha menjadi ipar yang baik untuk adik suamiku. “Ayamnya belum matang ya, Mbak?” dengan tubuh terbalut seragam rapi, gadis itu berjalan tertatih memasang wajah masam kepadaku.“Belum, Fit. Tunggulah sebentar.” Aku membalik ayam yang masih belum menunjukan tanda-tanda matang. Huh, ingin sekali ayam ini lekas matang agar aku bisa segera bersiap untuk bekerja.Pikiranku kembali teringat dengan kejadian getir yang aku alami tadi malam. Apa sebaiknya aku bertanya pada Fitri? Barang kali dia bisa membantuku memecahkan teka-teki yang belum terpecahkan
Seharian aku tidak fokus saat bekerja. Tidak terhitung sudah berapa kali mendapat teguran dari atasan. Aku merasa ada sesuatu yang ditutupi suamiku menyangkut luka dikakinya. Apakah malam itu dia berkelahi? Atau mungkin, luka dikakinya itu murni karena kecelakaan? Entahlah. Harusnya dia tidak tersinggung jika memang luka itu murni karena kecelakaan.Aku menyambar sebuah piring begitu tiba di dapur. Perutku sudah sangat lapar tak tertahankan karena dibiarkan kosong sejak pagi. Segera kubuka tudung saji, harap-harap ayam goreng tadi pagi masih tersisa untukku. Aku menggoreng cukup banyak pagi tadi, seharusnya masih tersisa meski hanya satu potong. Perasaan kecewa seketika menghujam. Yang ku dapati hanya sedikit nasi di dalam bakul dan cobek kosong yang sudah ternodai bekas sambal. Suara derap kaki membuatku memutar kepala. Berdiri seorang perempuan paruh baya dibelakangku.“Mbok, lauk tadi pagi sudah habis?’’“Kamu nggak buta, kan? Bisa lihat kan kalo dimeja nggak ada lauk? Mulo, jadi p
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.