Share

Part 3. Berhadapan Dengan Axel

Semua orang yang berada di bawah naungan Infinity Entertainment sedang menikmati pesta. Semua orang bersenang-senang dan bahagia. Bahkan Permata pun tampak tidak terpengaruh dengan ucapan Axel yang merendahkannya beberapa saat lalu. Toh dia sudah membayarnya beserta bunganya. 

“Terima kasih kepada semua rekan-rekan yang sudah menerima saya dan menjadikan saya bagian dari keluarga besar Infinity. Saya berharap kita bisa menjalin hubungan baik satu sama lain mulai malam ini.” 

Permata Berlian, atau dulu selalu dipanggil dengan Permata, sekarang kembali dengan identitas yang berbeda dan lebih dikenal dengan nama Berlian. Berlian yang tentu saja memiliki kedudukan lebih tinggi dibanding Permata. Dulu dia dibuang, tapi sekarang semua orang memujinya habis-habisan. 

Bahkan dia sekarang bisa menjawab kata-kata Axel yang menyakitkan itu percaya diri yang tinggi. Semua itu tentu karena Berlian, bukan Permata. 

“Sebuah kehormatan bagi saya berada di tempat ini, dan terima kasih kepada Pak Gema yang sudah memberikan saya kesempatan untuk bergabung di agensi besar Infinity.” 

Ucapan rendah hatinya membuat semua orang yang mendengarkan menjadi terbuai. Mereka menatap Permata dengan tatapan kagum yang begitu tinggi. Tahu jika dirinya sedang dipuji habis-habisan, Permata tersenyum tulus. Namun seperti sebuah magnet dengan kutub yang berlawanan, Permata tanpa sengaja menatap Axel yang berdiri di sudut ruangan. Tatapan lelaki juga mengarah padanya. 

Permata dalam hati menertawakan lelaki itu mengingat bagaimana wajah pucat Axel saat dia membalikkan ucapan lelaki itu beberapa saat lalu. Jika Axel ingin menginjaknya di hidupnya yang sekarang, maka lelaki itu tak akan pernah mampu melakukannya, karena Permata tidak akan pernah mengizinkan.

“Apa kamu membutuhkan sesuatu untuk menghilangkan lelah?” 

Permata sudah keluar dari hotel bersama dengan seorang lelaki yang menemaninya. Lelaki itu adalah pengawal Permata sekaligus seperti sosok kakak untuknya. 

“Aku tidak membutuhkan sesuatu yang seperti itu. Yang aku perlukan adalah bertemu dengan Angkasa dan itu sudah cukup melunturkan semua lelahku,” jawabnya dengan santai membuat lelaki itu tersenyum. 

“Kalau begitu kita akan segera pergi dan kamu bisa bertemu dengannya.” 

Mengingat Angkasa, Permata mengulum senyumnya. Bagi Permata, tidak ada obat apa pun yang manjur untuknya kecuali bisa memeluk dunianya. Dan Angkasa adalah orangnya. 

Tapi sepertinya Permata harus mengulur waktunya lebih lama karena dia harus kembali berhadapan dengan Axel. Perempuan itu baru saja akan sampai di mobilnya ketika Axel mendatanginya. Lelaki bersama Permata itu segera mem-block Axel semata hanya untuk melindungi perempuan itu.

“Apa yang Anda inginkan?” tanya lelaki bernama Denial tersebut dengan dingin.  

Permata yang berada di belakang Denial tertutup sempurna dengan tubuh tinggi tegapnya. Meskipun tubuh Permata lebih tinggi dari perempuan Indonesia pada umumnya, tapi itu tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Denial. 

“Saya akan berbicara dengan Permata.” Axel menjawab tidak sabar. “Ini penting.” 

Permata tidak mengatakan apa pun dan membiarkan Denial mengurus Axel seorang diri. Dia bahkan dengan santainya bersedekap di depan dada sambil mendengarkan sedikit perdebatan antara Axel dengan Denial. 

“Kalau begitu, silakan Anda berbicara. Nona bisa mendengarkannya.”

“Saya ingin berbicara empat mata dengannya. Tanpa Anda di sini!” Suara Axel penuh dengan peringatan. Tapi desisan sinis terdengar dari mulut Denial.

“Sepertinya Anda perlu tahu siapa saya. Saya adalah orang yang akan melindungi Nona Berlian dari sandungan seperti Anda. Saya bahkan lebih dari berhak mendengar apa yang perlu Anda katakan kepada Nona Berlian. Anda tidak perlu khawatir saya akan membocorkan ucapan Anda kepada orang lain.” 

“Sandungan?” Alih-alih peduli dengan kalimat yang panjang yang diucapkan Denial, Axel memberikan perhatian lebih pada kata ‘sandungan’ yang diucapkan Denial.

Ekspresi wajahnya menjadi dingin dan membeku. Matanya mengarah pada belakang punggung Denial yang tampak puncak kepala Permata. 

“Jadi, apakah Anda ingin berbicara atau tidak?” Denial menegaskan. “Jika tidak, kami akan pergi sekarang.” 

Denial masih menjadi perisai untuk Permata dan menghalangi Axel agar tidak mendekat pada perempuan yang sedang dilindunginya itu. Meskipun sendiri, pergerakan Denial sangat terlatih dan itu membuat Axel geram luar biasa. 

Bagaimanapun, Axel merasa tidak boleh kehilangan kesempatan. Maka dengan cepat dia berputar dan menarik tangan Permata sampai Permata sedikit terhuyung. Hal itu membuat Denial marah luar biasa. 

“Apa yang Anda lakukan?” Denial mendekat pada Axel dan hampir melayangkan pukulan pada lelaki itu, tapi Permata mencegahnya. 

“Hentikan Denial.” Begitu kata Permata. Mampu mengendalikan eskpresi wajahnya, Permata mengangguk kepada Denial sehingga membuat lelaki itu menurunkan tangannya. 

Axel masih memegang tangan Permata dengan erat tanpa gentar sedikitpun. Mungkin dia berpikir jika dia juga ahli dalam berkelahi. 

“Nona baik-baik saja?” Denial mengkhawatirkan Permata yang sedikit terpelanting karena ulah Axel. “Anda bisa melepaskan Nona Berlian?” Meskipun Permata sudah mencegah Denial untuk berhenti, tapi kepalan tangan lelaki itu masih membulat kuat.

“Denial, kami akan berbicara,” putus Permata dengan suaranya yang lembut. 

“Tapi, Nona ….”

“Nggak pa-pa.” Permata memutus ucapan Denial. “Kamu boleh mengawasinya.” 

Permata memberikan keyakinan kepada Denial dan itu membuat Denial pada akhirnya menurut. Lantas, Permata memberikan kode kepada Denial untuk pergi dari tempatnya. Meskipun berat, tapi Denial melakukannya. Lelaki itu mengambil jarak dan terus memberikan pantauan kepada Berlian. 

“Silakan Anda berbicara, Pak. Saya siap mendengarkan. Tapi, lepaskan dulu tangan Anda.” kata Permata sangat sopan namun penuh dengan peringatan.  

Axel merasakan gejolak di hatinya saat menatap Permata dalam keremangan malam. Mereka dihujani oleh cahaya lampu temaram, namun itu menambah keindahan dalam diri Permata menguar tak karuan. Menendang semua pujian yang dilontarkan untuk Permata, Axel melepaskan tangannya dan segera berbicara. 

“Jauhi Gema!” Itu terdengar seperti perintah. “Kalau kamu mau balas dendam karena kejadian lima tahun yang lalu, maka jangan melibatkan orang yang tidak tahu apa pun tentang urusan kita.” 

Bahkan tanpa basa-basi, Axel sudah menembakkan ucapan itu seolah dia tahu, satu-satunya alasan Permata datang kembali ke Indonesia dan bergabung pada Infinity Entertainment adalah semata untuk membalas dendam kepadanya dengan cara mendekati Gema. 

Entah kenapa, pernyataan itu membuat Permata geli sehingga dia ingin tertawa. Maka tanpa menahan tawanya, dia mengeluarkan di depan Axel dan itu terdengar seperti hinaan bagi Axel. 

“Kenapa Anda mengatakan hal tidak berguna seperti itu, Pak Axel? Itu adalah sebuah tuduhan tak berdasar. Saya bahkan tidak melakukan apa pun. Atau, belum melakukannya? Entahlah.” 

Permata mengedikkan bahunya tak acuh. “Tapi …” ada jeda yang sengaja dibuat sebelum Permata melanjutkan.

“Sebenarnya saya tidak pernah mengingat tentang perselisihan kita di masa lalu. Saya kembali ke Indonesia karena di sinilah rumah saya. Saya tidak pernah memedulikan masa lalu yang tidak berguna. Tapi, terima kasih karena Anda sudah mengingatkan saya tentang perselisihan kita. Sepertinya, kehidupan kita kali ini akan lebih berwarna. Bukankah begitu?”

Ucapan Permata membuat udara di sekitar mereka seolah tersedot habis menyisakan atmosfer panas yang begitu tinggi. Axel dengan dingin lantas bersuara kembali. 

“Kamu ingin bermain-main denganku?” 

“Bukankah Pak Axel suka sekali dengan permainan?” 

*** 

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
bagus permata kamu harus jadi wanita kuat
goodnovel comment avatar
Siti Halimah Azizah
bagus ceritany
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status