Share

Part 2. Pertemuan Tak Menyenangkan

“Selamat malam, Pak Gema.” 

Suara sapaan itu terdengar manis dan lembut seolah tengah menyihir siapa pun yang mendengarnya. Seorang Perempuan berparas cantik berdiri di belakang Gema dengan penampilannya yang anggun nan menawan. 

Gaun berwarna biru dengan potongan rendah menutup bagian tubuhnya dengan sempurna. Namun tak mampu menutup belahan dadanya yang indah. Tubuhnya langsing dan berisi di tempat yang semestinya. Kulitnya putih nan lembut. Mata almond-nya begitu jernih. Ada senyum kecil tercetak di bibirnya menambah kecantikannya berkali-kali lipat. 

“Berlian?” 

Bibir Gema yang tadinya tertutup rapat, kini mengeluarkan senyum lebar seolah dia baru saja mendapatkan harta karun berharga. Berlian mengangguk sedikit membuat pergerakannya yang kecil tersebut mengeluarkan aroma wangi yang lembut dan menyenangkan. Gema seolah tersihir oleh kecantikan Berlian, namun dia buru-buru mengubah pikirannya dengan bersuara. 

“Selamat datang, Berlian. Dan terima kasih sudah memenuhi undangan saya.” 

Berlian mengangguk anggun. “Terima kasih kembali, Pak Gema.” 

“Oh ya, Berlian, perkenalkan, ini adalah sahabat saya. Axel Bimasena. Dia adalah pengusaha hebat dan lelaki nomor satu di negeri ini.” 

Masih dengan gerakannya yang anggung, Permata mengalihkan tatapannya pada Axel yang berdiri di samping Gema. Berlian mengangguk sopan sebelum mengulurkan tangannya di depan Axel. 

“Saya Berlian. Permata Berlian. Menjadi sebuah kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan orang hebat seperti Anda.” 

Meskipun orang-orang yang berada di sana menatap penuh dengan pujian untuk seorang Berlian, tapi tentu saja tidak dengan Axel. Permata tahu betul jika Axel kali ini dipenuhi kejutan karena kemunculannya yang tiba-tiba. Lihatlah ekspresi lelaki itu yang begitu dingin dan menunjukkan permusuhan kepadanya. Itu sudah lebih dari cukup bagi Permata untuk mengetahui jika Axel mengenali dirinya sebagai Permata. Bukan Berlian. 

Tapi, itu lebih baik. Artinya, Axel tidak pernah melupakannya. Hal itu menimbulkan sebuah seringaian kecil di bibir Permata yang tidak disadari oleh siapapun. 

“Axel!” Gema menyadarkan. “Berlian sudah mengajakmu berjabat tangan sejak tadi.” 

Gema bahkan memberikan kode kepada Axel ke arah uluran tangan Permata. Dengan berat hati Axel menyambut tangan perempuan itu. Saat tangan mereka bertaut, ada sebuah peringatan tak kasat mata yang mereka keluarkan untuk satu sama lain. Semua orang yang melihat itu, hanya akan berpikir jika itu interaksi normal. Tapi tentu saja berbeda dengan Axel dan Permata. 

“Axel.” katanya memperkenalkan dirinya kepada Permata. 

Permata mengangguk dan bermaksud untuk menarik tangannya. Tapi remasan yang diberikan Axel justru semakin kuat. Lelaki itu seolah ingin meremukkan tangan ramping Permata. Alis Permata terangkat saat merasakan sakit di tangannya. Menatap Axel dengan kening mengernyit, tapi Axel tampaknya tidak menyadarinya. 

“Maaf, Pak Axel. Tapi Anda menyakiti tangan saya.” 

Permata segera mengeluarkan suaranya yang lembut dan mendayu untuk menyadarkan Axel. Suaranya benar-benar lembut dan menyenangkan untuk didengar. Tentu saja ucapan Permata itu membuat Axel melepaskan tangan perempuan itu dengan cepat. Permata menatap tangannya yang tampak memerah dan ada sedikit ringisan di bibirnya. 

“Astaga, Axel. Sekeras apa kamu meremas tangan Berlian?” Gema yang melihat itu tampak khawatir. “Berlian, kamu tidak apa-apa?” tanyanya. 

Namun belum juga Berlian menjawab, Gema kembali bersuara. “Axel, Kamu harus tahu kalau Berlian adalah model terkenal. Dia tidak boleh terluka. Semua yang ada di tubuhnya adalah aset. Kamu harus mengingat itu.” 

Permata melirik Axel dan sedikit menyeringai ketika ekspresi Axel tampak kelam karena peringatan Gema kepadanya. Terlebih lagi, Gema melakukannya di depan umum dan tepat di depan Permata. Permata bisa merasakan aura Axel menghitam dan menyelimuti tubuhnya. Tapi, itu membuat Permata merasa puas melihat Axel diperlakukan kurang baik karena pembelaan akan dirinya.

Axel lantas mendengus kesal. “Kamu terlalu berlebihan, Gema,” jawab Axel tak acuh. “Itu hanya kemerahan, aku tidak sedang menyayat kulitnya.” 

Permata melihat Gema akan kembali bersuara, tapi Permata menghalanginya dengan ucapannya. 

“Tidak masalah, Pak Gema. Sepertinya ada sesuatu yang sedang dipikirkan oleh Pak Axel. Mungkin Pak Axel sedang mengingat seseorang di masa lalunya ketika melihat saya?” Pertanyaan itu membuat Axel mengetatkan rahangnya. Tatapannya tajamnya menusuk Permata dan aura permusuhan begitu lekat menyerang perempuan itu. 

“Seseorang di masa lalu?” Gema mengulangi ucapan Permata sebelum sebuah tawa terdengar berderai-derai. “Berlian, dia adalah lelaki kaku. Dia bahkan tidak pernah terlihat bersama dengan perempuan mana pun. Saya sudah mengenalnya sejak kami belum tahu huruf A itu seperti itu. Saya justru merasa kalau dia sedang mengagumimu. Karena dia tak pernah menatap seorang perempuan seperti dia menatapmu.” 

Ucapan Gema yang terdengar lancang itu membuat Axel memberikan tatapan peringatan pada lelaki tersebut. 

“Kamu harus menahan ucapanmu.” Suara Axel yang dingin itu keluar. Axel mengalihkan perhatiannya untuk menatap Berlian tak kalah dinginnya. “Ada banyak perempuan yang lebih cantik darinya dan aku bisa mendapatkan sesuka hatiku. Dia bahkan tidak pantas mendapatkan perhatianku.” Diakhiri dengan seringaian, seolah Axel sedang mencemooh Permata. 

Tatapan Axel yang mengarah pada tubuh Permata dari ujung rambut sampai ujung kaki menunjukkan jika dia menilai penampilan Permata. Lagi-lagi dia menyeringai. “Dia bukan tipeku. Seluruh tubuhnya sama sekali tidak berharga.” 

“Axel. Kenapa kamu seserius itu? Aku hanya bercanda. Tidak seharusnya kamu mengatakan kalimat seperti itu kepada seorang perempuan.” Gema tampaknya merasa tidak nyaman dengan kalimat yang dikeluarkan Axel untuk Permata.

“Berlian, saya minta maaf. Tolong jangan diambil hati.” 

Jangan diambil hati? Permata jelas sedang direndahkan habis-habisan oleh Axel. Lelaki itu sengaja mengeluarkan kata-kata menyakitkan itu untuk menyakiti Permata. Ketenangan Permata seperti sebuah pemantik api yang sedang dinyalakan. Ada kobaran emosi di dalam hatinya yang sedang disembunyikan. Namun untuk melindungi harga dirinya, Permata tetap tersenyum sebelum dia mengeluarkan kata-kata yang seolah menantang. 

“Tidak masalah Pak Gema. Sepertinya, Pak Axel memiliki kepercayaan diri yang tinggi.” Permata kini menatap Axel sepenuhnya sampai dia bisa melihat wajah lelaki itu dengan sangat jelas. Wajah si brengsek yang sudah menghancurkan hatinya menjadi pecahan-pecahan kecil kemudian meninggalkannya begitu saja. Sekarang lelaki itu kembali mengulangi perbuatannya yang menyakitkan dengan kata-katanya.  

“Meskipun Anda adalah lelaki nomor satu di negeri ini, tapi di mata saya, tidak ada sisi menarik dalam diri Anda, Pak Axel. Entahlah, Bapak terlihat begitu membosankan.” 

Atmosfer di sekitar mereka menjadi beku. Dua orang yang baru saja bertemu setelah sekian lama seolah dengan terang-terangan menunjukkan permusuhan mereka. Permata bahkan menatap Axel dari ujung kepala hingga ujung kaki seperti yang dilakukan oleh Axel beberapa saat lalu kepada dirinya. 

“Pakaian Anda mewah, wajah Anda juga tampan. Tapi itu bahkan tidak menimbulkan sedikitpun ketertarikan di dalam hati saya. Karena bagi saya, hati Anda terlalu kecil untuk mengerti perasaan orang lain. Anda, sama tidak berharganya seperti kotak makanan. Dia dibuang setelah digunakan.” 

*** 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
kena kali kata kata nya ya wkwkwk kapok kan axel
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status