Home / Romansa / Dicampakkan Setelah Malam Pertama / Part 2. Pertemuan Tak Menyenangkan

Share

Part 2. Pertemuan Tak Menyenangkan

Author: Loyce
last update Last Updated: 2023-01-24 13:25:52

“Selamat malam, Pak Gema.” 

Suara sapaan itu terdengar manis dan lembut seolah tengah menyihir siapa pun yang mendengarnya. Seorang Perempuan berparas cantik berdiri di belakang Gema dengan penampilannya yang anggun nan menawan. 

Gaun berwarna biru dengan potongan rendah menutup bagian tubuhnya dengan sempurna. Namun tak mampu menutup belahan dadanya yang indah. Tubuhnya langsing dan berisi di tempat yang semestinya. Kulitnya putih nan lembut. Mata almond-nya begitu jernih. Ada senyum kecil tercetak di bibirnya menambah kecantikannya berkali-kali lipat. 

“Berlian?” 

Bibir Gema yang tadinya tertutup rapat, kini mengeluarkan senyum lebar seolah dia baru saja mendapatkan harta karun berharga. Berlian mengangguk sedikit membuat pergerakannya yang kecil tersebut mengeluarkan aroma wangi yang lembut dan menyenangkan. Gema seolah tersihir oleh kecantikan Berlian, namun dia buru-buru mengubah pikirannya dengan bersuara. 

“Selamat datang, Berlian. Dan terima kasih sudah memenuhi undangan saya.” 

Berlian mengangguk anggun. “Terima kasih kembali, Pak Gema.” 

“Oh ya, Berlian, perkenalkan, ini adalah sahabat saya. Axel Bimasena. Dia adalah pengusaha hebat dan lelaki nomor satu di negeri ini.” 

Masih dengan gerakannya yang anggung, Permata mengalihkan tatapannya pada Axel yang berdiri di samping Gema. Berlian mengangguk sopan sebelum mengulurkan tangannya di depan Axel. 

“Saya Berlian. Permata Berlian. Menjadi sebuah kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan orang hebat seperti Anda.” 

Meskipun orang-orang yang berada di sana menatap penuh dengan pujian untuk seorang Berlian, tapi tentu saja tidak dengan Axel. Permata tahu betul jika Axel kali ini dipenuhi kejutan karena kemunculannya yang tiba-tiba. Lihatlah ekspresi lelaki itu yang begitu dingin dan menunjukkan permusuhan kepadanya. Itu sudah lebih dari cukup bagi Permata untuk mengetahui jika Axel mengenali dirinya sebagai Permata. Bukan Berlian. 

Tapi, itu lebih baik. Artinya, Axel tidak pernah melupakannya. Hal itu menimbulkan sebuah seringaian kecil di bibir Permata yang tidak disadari oleh siapapun. 

“Axel!” Gema menyadarkan. “Berlian sudah mengajakmu berjabat tangan sejak tadi.” 

Gema bahkan memberikan kode kepada Axel ke arah uluran tangan Permata. Dengan berat hati Axel menyambut tangan perempuan itu. Saat tangan mereka bertaut, ada sebuah peringatan tak kasat mata yang mereka keluarkan untuk satu sama lain. Semua orang yang melihat itu, hanya akan berpikir jika itu interaksi normal. Tapi tentu saja berbeda dengan Axel dan Permata. 

“Axel.” katanya memperkenalkan dirinya kepada Permata. 

Permata mengangguk dan bermaksud untuk menarik tangannya. Tapi remasan yang diberikan Axel justru semakin kuat. Lelaki itu seolah ingin meremukkan tangan ramping Permata. Alis Permata terangkat saat merasakan sakit di tangannya. Menatap Axel dengan kening mengernyit, tapi Axel tampaknya tidak menyadarinya. 

“Maaf, Pak Axel. Tapi Anda menyakiti tangan saya.” 

Permata segera mengeluarkan suaranya yang lembut dan mendayu untuk menyadarkan Axel. Suaranya benar-benar lembut dan menyenangkan untuk didengar. Tentu saja ucapan Permata itu membuat Axel melepaskan tangan perempuan itu dengan cepat. Permata menatap tangannya yang tampak memerah dan ada sedikit ringisan di bibirnya. 

“Astaga, Axel. Sekeras apa kamu meremas tangan Berlian?” Gema yang melihat itu tampak khawatir. “Berlian, kamu tidak apa-apa?” tanyanya. 

Namun belum juga Berlian menjawab, Gema kembali bersuara. “Axel, Kamu harus tahu kalau Berlian adalah model terkenal. Dia tidak boleh terluka. Semua yang ada di tubuhnya adalah aset. Kamu harus mengingat itu.” 

Permata melirik Axel dan sedikit menyeringai ketika ekspresi Axel tampak kelam karena peringatan Gema kepadanya. Terlebih lagi, Gema melakukannya di depan umum dan tepat di depan Permata. Permata bisa merasakan aura Axel menghitam dan menyelimuti tubuhnya. Tapi, itu membuat Permata merasa puas melihat Axel diperlakukan kurang baik karena pembelaan akan dirinya.

Axel lantas mendengus kesal. “Kamu terlalu berlebihan, Gema,” jawab Axel tak acuh. “Itu hanya kemerahan, aku tidak sedang menyayat kulitnya.” 

Permata melihat Gema akan kembali bersuara, tapi Permata menghalanginya dengan ucapannya. 

“Tidak masalah, Pak Gema. Sepertinya ada sesuatu yang sedang dipikirkan oleh Pak Axel. Mungkin Pak Axel sedang mengingat seseorang di masa lalunya ketika melihat saya?” Pertanyaan itu membuat Axel mengetatkan rahangnya. Tatapannya tajamnya menusuk Permata dan aura permusuhan begitu lekat menyerang perempuan itu. 

“Seseorang di masa lalu?” Gema mengulangi ucapan Permata sebelum sebuah tawa terdengar berderai-derai. “Berlian, dia adalah lelaki kaku. Dia bahkan tidak pernah terlihat bersama dengan perempuan mana pun. Saya sudah mengenalnya sejak kami belum tahu huruf A itu seperti itu. Saya justru merasa kalau dia sedang mengagumimu. Karena dia tak pernah menatap seorang perempuan seperti dia menatapmu.” 

Ucapan Gema yang terdengar lancang itu membuat Axel memberikan tatapan peringatan pada lelaki tersebut. 

“Kamu harus menahan ucapanmu.” Suara Axel yang dingin itu keluar. Axel mengalihkan perhatiannya untuk menatap Berlian tak kalah dinginnya. “Ada banyak perempuan yang lebih cantik darinya dan aku bisa mendapatkan sesuka hatiku. Dia bahkan tidak pantas mendapatkan perhatianku.” Diakhiri dengan seringaian, seolah Axel sedang mencemooh Permata. 

Tatapan Axel yang mengarah pada tubuh Permata dari ujung rambut sampai ujung kaki menunjukkan jika dia menilai penampilan Permata. Lagi-lagi dia menyeringai. “Dia bukan tipeku. Seluruh tubuhnya sama sekali tidak berharga.” 

“Axel. Kenapa kamu seserius itu? Aku hanya bercanda. Tidak seharusnya kamu mengatakan kalimat seperti itu kepada seorang perempuan.” Gema tampaknya merasa tidak nyaman dengan kalimat yang dikeluarkan Axel untuk Permata.

“Berlian, saya minta maaf. Tolong jangan diambil hati.” 

Jangan diambil hati? Permata jelas sedang direndahkan habis-habisan oleh Axel. Lelaki itu sengaja mengeluarkan kata-kata menyakitkan itu untuk menyakiti Permata. Ketenangan Permata seperti sebuah pemantik api yang sedang dinyalakan. Ada kobaran emosi di dalam hatinya yang sedang disembunyikan. Namun untuk melindungi harga dirinya, Permata tetap tersenyum sebelum dia mengeluarkan kata-kata yang seolah menantang. 

“Tidak masalah Pak Gema. Sepertinya, Pak Axel memiliki kepercayaan diri yang tinggi.” Permata kini menatap Axel sepenuhnya sampai dia bisa melihat wajah lelaki itu dengan sangat jelas. Wajah si brengsek yang sudah menghancurkan hatinya menjadi pecahan-pecahan kecil kemudian meninggalkannya begitu saja. Sekarang lelaki itu kembali mengulangi perbuatannya yang menyakitkan dengan kata-katanya.  

“Meskipun Anda adalah lelaki nomor satu di negeri ini, tapi di mata saya, tidak ada sisi menarik dalam diri Anda, Pak Axel. Entahlah, Bapak terlihat begitu membosankan.” 

Atmosfer di sekitar mereka menjadi beku. Dua orang yang baru saja bertemu setelah sekian lama seolah dengan terang-terangan menunjukkan permusuhan mereka. Permata bahkan menatap Axel dari ujung kepala hingga ujung kaki seperti yang dilakukan oleh Axel beberapa saat lalu kepada dirinya. 

“Pakaian Anda mewah, wajah Anda juga tampan. Tapi itu bahkan tidak menimbulkan sedikitpun ketertarikan di dalam hati saya. Karena bagi saya, hati Anda terlalu kecil untuk mengerti perasaan orang lain. Anda, sama tidak berharganya seperti kotak makanan. Dia dibuang setelah digunakan.” 

*** 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
kena kali kata kata nya ya wkwkwk kapok kan axel
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Special Part. Angkasa – Semesta

    Angkasa tidak tahu sejak kapan matanya selalu ingin melihat gadis itu. Gadis yang tampak tidak begitu bersahabat dengan orang lain dan lebih suka ke mana-mana sendiri. Beberapa temannya bahkan segan dengan gadis itu. Angkasa juga tidak tahu, kenapa dia suka berdiri di tempat di mana dia bisa memerhatikan gadis itu dalam diam. Ada getaran aneh yang dirasakan ketika suatu hari dia bersisipan jalan dengan gadis itu. Namanya Semesta, dia satu angkatan dengannya. Gadis itu benar-benar cuek dan memiliki dua saudara yang super posesif. Dia mendengar, mereka memang kembar tiga. “Lo suka sama dia, Ka?” Kesenangan Angkasa harus terputus karena temannya mendekat dan membuyarkan lamunannya. “Gue tahu kok, lo selalu berdiri di sini hanya untuk menatap Semesta.” Angkasa menarik napasnya panjang. Sepanjang hidupnya, dia hidup belum sekalipun dia merasakan jatuh cinta. Kalau sekarang getaran itu dirasakan, apa benar getaran itu adalah tanda jika dia sedang jatuh cinta? Ya, pertanyaan temannya itu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 297. Itulah Keluarga (End) 

    Angkasa berdiri dengan membawa dua adiknya di dalam gendongannya. Membawanya masuk ke dalam rumah sehingga membuat dua adiknya itu tertawa-tawa. “Abang, ayo kita putra-putar.” Rembulan berteriak tepat di telinga Angkasa membuat Angkasa sedikit menjauhkan kepalanya. Tapi tidak bisa karena Moza ada di punggungnya. “Astaga, anak-anak ini.” Almeda menggeleng pelan. “Turun anak-anak. Kasihan abangnya dong.” “Nggak mau!” Suara itu keluar dari mulut Moza dan Rembulan secara bersamaan. “Abang, ayo kita mutar.” Rembulan mengimbuhi tak peduli dengan Almeda yang sudah menatap mereka memeringatkan. Melihat Almeda yang sudah mengerutkan kening, Angkasa segera bersuara. “Biarin aja Onty Al. Lagi menghibur yang mau adik.” Almeda mengerti, maka dia hanya diam pada akhirnya. Akhirnya Almeda kembali ke dapur. Bapak-bapak yang ada di belakang rumah tentu saja tidak tahu kelakuan anak-anak mereka. Membiarkan anak-anaknya berbuat seenaknya. Sedangkan Permata dan Crystal yang melihat dari dapur

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 296. Rengekan Rembulan

    “Bunda, kapan Rembulan punya adik?” Pertanyaan itu dilontarkan oleh bocah berusia lima tahun yang sudah memasuki sekolah Paud. Dia baru saja pulang dari sekolah, lalu berlari untuk bertemu dengan ibunya di kantor Crystal Fashion. Di belakangnya, ada Mbak Susi – si pengasuh. Crystal yang tengah menunduk dan tengah menggambar itu segera mendongak. Memberikan senyuman kecil untuk putrinya, lalu meninggalkan pekerjaannya untuk sementara. “Putri Bunda sudah pulang.” Pelukan Crystal mengerat pada putrinya. “Lho itu bawa apa?” “Telur gulung.” Crystal hampir menjatuhkan rahangnya ketika melihat bungkusan plastic berisi telur gulung yang dibawa oleh Rembulan. Crystal menatap Mbak Susi untuk meminta penjelasan kenapa putrinya harus makan-makanan seperti itu. Bukan masalah makanannya, yang dikhawatirkan oleh Crystal adalah makanan itu dibeli di sembarang tempat dan tidak higienis. “Itu bersih kok, Bu.” Tahu kalau dia harus memberikan penjelasan, maka Mbak Susi segera bersuara. “Di samping

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 295. Itu Salahnya 

    Bu Cintya memutus tatapan mereka dan berjalan mendekat ke arah Om Rudy. Lebih tepatnya ke arah pintu yang ada di belakang lelaki itu. Tidak ada sapaan sama sekali. Dia masuk begitu saja, lalu tersenyum ketika melihat anggota keluarga yang lain kumpul. “Angkasa!” Bocah yang menginjak remaja itu mendongak dan tersenyum. Hanya senyum kecil. Tubuhnya menempel pada tubuh Denial dengan tangan sibuk bermain tab. Peraturan masih sama, karena hari libur, maka dia bisa bermain benda elektronik itu. “Kalian makan malam di sini sekalian, ya. Kita masak sama-sama.” Mereka saling pandang sebelum mengangguk bersamaan. Tentu saja, itu membuat Bu Cintya bahagia luar biasa. Perempuan itu duduk di sofa tepat di samping Almeda dan memangku Elang dengan lembut. Sedangkan Moza yang sudah bisa berjalan itu tak mau diam. Axel harus terus memantaunya agar tidak jatuh. Gema masuk dan segera menyergap bocah kecil itu kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi. Tawa renyah keluar dari mulutnya. “Cantiknya siapa?”

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 294. Kedatangan Om Rudy

    “Ma, besok mau ajak Rembulan ke rumah Almeda. Ayah mau ketemu katanya.” Pagi ini, saat sarapan, Denial memberitahu ibunya tentang keinginannya untuk pergi ke rumah Almeda. Ini untuk pertama kalinya Rembulan akan diajak pergi keluar setelah dia pulang dari rumah sakit. Ya, sudah tiga bulan memang usia Rembulan sekarang. Bocah kecil itu sudah bisa tersenyum. Bu Cintya tidak langsung menjawab dan justru menatap ke arah Denial dan Crystal bergantian. Seolah tidak memberinya izin. Dan benar, jawaban itu menunjukkan penolakan. “Masih terlalu kecil untuk dibawa keluar, Den. Mama nggak setuju. Mama akan izinkan kalian ajak Rembulan pergi kalau udah enam bulan.” “Ayah pengen lihat, Ma. Setelah pulang dari rumah sakit waktu itu ‘kan belum pernah ketemu lagi. Cuma lihat dari foto atau video aja.” “Ya tapi Rembulan masih kecil. Mama nggak izinkan.” Penolakan itu jelas dan lugas. Ini bukan karena Bu Cintya tidak mengizinkan si mantan suami itu bertemu dengan cucu mereka. Tapi semua demi cucu

  • Dicampakkan Setelah Malam Pertama   Part 293. Pulang

    “Kondisi Rembulan sudah sangat baik, Bu. Anak ini sudah sehat sepenuhnya.” Kelegaan membanjiri hati Crystal dan keluarganya. Dia langsung memeluk Denial yang ada di sampingnya saat kabar itu diberikan kepadanya. Hari-hari buruk yang mereka lalui sudah berakhir dan tinggal rasa bahagia yang datang. “Silakan, Bu.” Seorang suster menyerahkan Rembulan kepada Crystal sudah mengeluarkan air matanya. Dengan tangan sedikit bergetar, dia menerima bayinya dan menciumnya dengan sayang. Denial tersenyum lega. Tangannya terulur mengelus tangan Rembulan. Meskipun dia pun sudah pernah menggendongnya, tapi dia merasakan hari ini lebih dari special. Denial tentu lebih berpengalaman dalam soal mengurus bayi dibandingkan Crystal. Dan setelah mereka pulang ke rumah nanti, dia yang akan mengambil alih untuk tugas Crystal semisal Rembulan bangun di tengah malam. “Terima kasih, Dokter. Saya sungguh-sungguh berterima kasih. Berkat Dokter, bayi kami sehat dan sehat.” Crystal bisa merasakan, tubuh putriny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status