Share

Part 5. Menyebalkan?

Penulis: TrianaR
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-07 12:11:58

Part 5

“Dia pengasuh Alvaro, jadi aku yang lebih berhak menggunakan jasa tenaganya, bukan kamu. Ayo, kau ikut aku, Hana!”

Aku terdiam untuk beberapa saat.

“Kenapa masih diam? Ayo ikut saya, ada yang ingin saya bicarakan mengenai Alvaro!” tegasnya lagi.

“Ba-baik, Tuan,” jawabku gugup. Duh rasanya tidak nyaman sekali apalagi saat kulirik dari ekor mataku, Mariana tampak menghentakkan kakinya kesal.

Sampai di ruangan kerja Tuan Putra, aku masih berdiri menunggunya berbicara. Tapi lelaki itu justru asyik membaca buku.

Sepuluh menit berlalu hingga lima belas menit berlalu, tak ada yang dia ucapkan, padahal kakiku mulai kesemutan.

“Maaf Tuan, kalau saya lancang, ada tugas apa tuan memanggil saya? Den Alvaro sudah tidur dan--"

Lelaki itu justru melayangkan tangannya, agar aku berhenti bicara.

Aku menelan ludah, lalu menunduk. Sebenarnya orang yang seperti apa sih majikanku ini?

Hingga waktu berlalu, detik berganti menit dan sampai lima belas menit tanpa suara.

“Alvaro sepertinya cocok denganmu, setelah kulihat rekamanmu bersama Alvaro dari cctv."

Aku terkejut sejenak, jadi di kamar Alvaro dipasang cctv?

"Jadi tolong tanda tangani ini,” tukas pria itu seraya menyodorkan sebuah map.

“Hah, tanda tangan? Ini apa tuan?"

"Kau bisa baca bukan?"

Aku mengangguk dan membuka map itu. Isinya sebuah surat perjanjian kerja. Disitu tertera aku akan mendapatkan insentif perbulannya sebesar 10% dari gaji pokok tapi aku diharuskan bekerja sampai lima tahun ke depan, bila keluar dari masa kontrak kerja maka aku diharuskan membayar denda.

Deg. Apakah aku sanggup?

"Bagaimana, Hana? Apa kau mau menerimanya? Ini adalah keputusan dan tak bisa diganggu gugat lagi bila kau sudah menandatangani ini."

"Tapi Tuan--."

"Tenang saja, aku akan memberi kamu waktu libur untuk pulang kampung. Bukankah kau sedang butuh uang buat biaya kedua orang tuamu daj adik-adikmu yang masih sekolah?"

Aku mengangguk, membayangkan senyum ibu yang penuh harap aku bisa bekerja di sini.

Kububuhkan tanda tanganku di atas kertas itu. Tidak usah mengingat masa lalu. Ayo bangkit, Hana!

***

“Dasar eta si Bambang brekele! Tiba-tiba mulangin neng ke rumah teh ternyata mau nikah lagi! Dasar jurig!" geram ibuku dengan logat sundanya. Ibuku orang sunda, sedangkan bapakku orang jawa, jadi aku berdarah campuran.

Ibu langsung merebut kertas undangan dari tanganku lalu menyobeknya hingga menjadi potongan-potongan kecil kemudian menginjak-injaknya dengan kesal.

"Bambang brekelee, kehidupan kamu teh gak bakal bahagia!" serunya lagi. Ibu yang biasanya lembut dna penuh kasih sayang, terlihat begitu marah. Pastilah seorang ibu ikut geram saat putrinya disakiti.

Aku masih termangu beberapa saat melihat ibu yang masih mengomel.

“Udah Neng, gak usah datang. Ngapain capek-capek datang bikin nyeri hati. Iih amit-amit si Bambang gelo, gak punya hati emang!” sungut ibu lagi.

"Ibu teh gak ikhlaaaas, bener-bener gak ikhlaaas, Neng disakiti begini sama si Bambang, hati ibu ikut sakit, Neng. Sakit bangeet. Neng yang sabar ya, insyaallah nanti Neng teh bakal dapat kebahagiaan. Insyaallah, nanti hidup Neng nuju kemuliaan. Ibu yakin, Neng. Neng pasti bisa bahagia tanpa si Bambang. Neng harus tetap semangat ya, jangan sedih terus. Ibu akan selalu doain Neng, sabar ya, Sayang."

"Ehem!! Kalau kerja jangan sambil ngelamun! Mikirin siapa sih?" bisik seseorang di telingaku.

Aku terperanjat, ingatan beberapa waktu yang lalu menguap seketika. Aku menoleh melihat pria itu tersenyum padaku. Jantung berdebar lebih cepat dari biasanya. Kenapa tiba-tiba dia ada di sini?

Ini masih pagi, pukul 04.30WIB dan aku terbangun segera membersihkan perlengkapan dapur. Ya, itu tugas pertama yang diberikan untukku oleh Bik Rasni. Sebelum para juru masak akan bertugas.

Tetiba tangan pria itu menyentuh tanganku, segera kutarik tanganku darinya.

“Hana, maafkan aku. Aku tahu kau pasti marah atas sikapku. Aku lakukan ini karena ter—“

Aku langsung menjauh dari pria itu. Sudah cukup rasa sakit yang dia torehkan padaku, kenapa aku harus dipertemukan lagi dengannya?

“Hana, aku tau kamu masih kesal, tolong maafkan kesalahanku. Ini semua bukan keinginanku, Hana. Tapi Mama yang sudah.”

“Hhhh ... tidak perlu menjelaskannya lagi, Mas. Hubungan kita sudah berakhir. Jadi fokuslah dengan kehidupan barumu. Anggap saja kau tak mengenalku di sini, itu lebih baik dari pada kau harus ketahuan oleh istri barumu,” ucapku dengan nada tertahan, masih ada rasa sakit di ulu hati ini.

“Tidak Hana, aku tidak bisa seperti itu. Sungguh, aku masih belum bisa melupakanmu, sekarang kau sudah tahu alasanku bukan? Jadi aku menikah dengan Ana karena terpaska ...”

‘Terpaksa tapi menikmatinya ‘kan?’ batinku berbicara sendiri.

“Aku dan Hana menikah hanya karena bisnis, tak ada cinta di hati ini, Hana. Jujur akupun tersiksa, karena harus berpisah darimu. Andaikan diberi kesempatan lagi, apa kamu mau rujuk denganku Hana?”

“Apa kamu sudah gila, Mas?”

Mendadak tangan Mas Bambang menutup mulutku. “Jangan teriak Hana, mungkin aku memang gila, karena tak kuasa menolak permintaan orang tuaku. Tapi hati ini akan tetap milikmu, Hana. Aku masih sangat mencintaimu.”

Aku meninju perutnya hingga ia melepaskan tangannya dari mulutku. Ia mundur beberapa langkah, tapi maju kembali.

“Tidak usah merayuku seperti itu, Mas. Semua yang berlalu takkan pernah kembali lagi seperti sedia kala. Seperti itu juga hubungan kita, sudah selesai dan takkan mungkin disatukan lagi.”

Mas Bambang menggeleng perlahan. “Tidak, Hana, aku masih sangat rindu padamu. Beruntung bisa bertemu di sini jadi aku masih bisa melihatmu setiap hari,” ucap Mas Bambang seraya membelai kepalaku. Ia mendekatkan wajahnya, tapi aku langsung mendorongnya.

Sialan, pagi-pagi sudah dihadapkan dengan situasi seperti ini.

“Pergilah menjauh, atau aku akan teriak dan membangunkan semua orang!”

Mas Bambang justru tertawa kecil. “Tidak apa-apa teriak saja, tapi yang harus jaga sikap disini itu kamu, Hana. Kalaupun kamu bicara, apakah mereka akan mendengarkanmu dan percaya padamu? Sedangkan kau hanya pembantu di sini, bukan siapa-siapa. Orang-orang tak mengenalmu sebelumnya, kalau aku membuat fitnah kau yang menggodaku pun mereka akan lebih mempercayaiku ‘kan?”

Dasar licik.

Karena tak ingin terjebak dalam situasi ini, aku memilih pergi dari dapur, terlebih terdengar suara kaki menuruni tangga. Aku tak ingin orang-orang salah paham dan menilaiku buruk. Apalagi semalam, aku baru saja menandatangani kontrak kerja menjadi pengasuh Alvaro. Aku tak ingin kena denda maupun dirugikan gara-gara lelaki jurig seperti Mas Bambang.

“Kalian kenapa keluar dari dapur sama-sama?” Lagi dan lagi aku dikejutkan oleh sebuah suara, suara sang nona yang cantik dan perfeksionis.

“Tidak ada apa-apa, Sayang? Tadi aku hanya ingin mengambil air minum, kebetulan bertemu dengan dia di dapur,” sahut Mas Bambang, ternyata dia memang mengikuti langkahku.

“Kok kamu ambil minum ke dapur segala? Bukankah di kamar juga masih ada?”

“Emhh, itu sayang, aku ingin minum dingin,” kilah Mas Bambang lagi, pintar sekali dia berbohong.

“Tapi dia gak gangguin kamu ‘kan, Sayang? Aku gak mau loh suamiku yang ganteng ini digangguin wanita lain, apalagi dia cuma seorang pembantu!” tukas Mariana seraya melirik ke arahku.

Wanita itu masih menggelayut manja di lengan Mas Bambang.

pembantulah, semua pekerjaan di rumah orang kaya bisa teratasi. Jadi satu sama lain saling menguntungkan alias simbiosis mutualisme.

“Kau berani menjawabku?!” Nada suara Mariana makin tinggi.

“Sudah Mariana, yang dikatakannya juga memang benar. Dia gak bakal berani menggodaku, apalagi aku sudah punya kamu yang cantik ini. hmmm ...”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Ratih Rohaeni
aah dasar gelo
goodnovel comment avatar
Nahirah Ira
dasar laki laki tak tau diri seenaknya saja membela diri
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
Hana kmu jangan deket2 itu laki2 pembohong d belakang istri nya dia masi ngerayu kmu .d dpn istri ngerayu istri nya me manas2in kmu itu laki2 bejat takut istri jangan kmu ladenin kmu vuek belaga g.kenal ....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 119. TAMAT

    Part 119Satu tahun berlalu sejak badai besar itu.Rumah besar keluarga kembali ramai dengan tawa. Mariana kini sudah melanjutkan hidup, wajahnya lebih segar dan matanya tak lagi kosong seperti dulu. Sesekali ia masih menangis kalau mengingat masa lalu, tapi kini ia punya alasan untuk terus melangkah.Reni lebih banyak menghabiskan waktu dengan kegiatan sosial dan mengurus Mariana. Ia tidak lagi terlihat murung seperti dulu, karena penyesalan sudah ia tebus dengan banyak berbuat kebaikan.Tuan Mahesa sudah bisa berjalan perlahan dengan tongkat, meski tidak sekuat dulu, tapi semangat hidupnya kembali menyala.Putra dan Hana makin harmonis. Alvaro dan Elvano tumbuh sehat, lucu, dan penuh canda. Di halaman rumah, mereka sering duduk bersama di sore hari. Reni dan Mariana ikut bercengkerama, sementara Tuan Mahesa menatap dengan senyum bahagia.“Alhamdulillah… akhirnya keluarga ini kembali utuh,” ucapnya lirih.Putra meraih tangan ayahnya, Hana tersenyum, Mariana ikut mengangguk.Meski me

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 118

    Part 118Malam itu rumah keluarga Putra mendadak heboh. Hana yang hamil besar tiba-tiba merasa perutnya mulas, keringat dingin bercucuran, dan wajahnya panik.“Astaga, Aa… ini kayaknya mau lahiran deh!” Hana menggenggam tangan Putra erat-erat.Putra yang baru saja pulang kerja langsung pucat pasi. “Lahiran? Sekarang? Aduh, aduh… tas persiapan udah dibawa belum?”Hana meringis. “Mana aku tahu, A! Harusnya kamu yang siapin! Katanya suami siaga?”Putra kalang kabut. Ia berlari ke kamar, membuka lemari, dan bukannya mengambil tas persalinan malah mengangkat tas olahraga. “Ini ya? Udah lengkap isinya!”Hana melotot. “Itu kan tas futsal, A! Isinya sepatu sama kaos bolong!”Alvaro ikut heboh. Ia menenteng boneka dinosaurus kesayangannya dan berkata polos, “Ayah, ini bawa juga ya! Biar adik nggak takut di rumah sakit.”Putra malah tambah bingung, hampir saja ia ikut membawa boneka dinosaurus itu ke mobil.Sementara itu, Mariana yang ikut tinggal di rumah langsung mengambil alih. “Om Putra! Ta

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 117

    Beberapa Hari KemudianMariana duduk di teras rumah sambil memeluk lututnya. Pandangannya kosong ke arah jalanan sepi. Wajahnya masih pucat, matanya sembab. Meski waktu sudah lewat beberapa hari, rasa kehilangan itu masih menusuk tajam di dadanya.Tante Reni keluar sambil membawa teh hangat. “Nak, minum dulu. Badanmu lemah kalau gak ada asupan.”Mariana hanya menggeleng pelan. “Tante, aku masih gak percaya… semuanya terasa mimpi buruk. Seandainya aku bisa putar waktu, aku gak akan biarkan semua ini terjadi.”Reni mengusap punggungnya lembut. “Nak, jangan salahkan dirimu. Semua sudah kehendak Allah. Kamu masih muda, jangan habiskan hidupmu dengan menangisi yang sudah pergi.”***Hari-hari berlalu ...Putra tersenyum lega melihat keadaan ayahnya yang kini sudah jauh lebih bugar. Tuan Mahesa sudah bisa di kursi roda setelah sekian lama berbaring.“Ayah sudah jauh lebih baik. Ayah mau pulang ke rumah atau tetap di sini?” kata Putra penuh syukur.Tuan Mahesa menatap anak dan menantunya den

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 116

    Part 116Keesokan harinya ... "Tante, apa bisa temani aku ke tempat kecelakaannya Mas Jaya? Aku ingin lihat langsung," ucap Mariana dengan nada lemah. Mata indahnya tampak begitu sembab setelah menangis seharian."Iya, Sayang, ayo Tante temani, kamu siap-siap ya!"Mariana mengangguk.Reni menghubungi sang sopir untuk menemani mereka ke tempat kejadian peristiwa naas itu. Pagi yang kelam seolah menemani perjalanan mereka. Kabut tebal menyelimuti jalan raya yang sunyi.Sampai di sana ... Mariana dan Reni turun dari mobil. Mariana berdiri di pinggir jalan, menggenggam erat seikat bunga krisan putih. Matanya tertuju ke bawah, ke bangkai mobil yang gosong dan belum sempat dievakuasi. Di sebelahnya, Reni berdiri memberikan dukungan, matanya juga penuh dengan duka."Jadi ini tempat kecelakaannya ya?" tanya Tante Reni dengan suara bergetar. Wanita paruh baya itu merapatkan jaketnya lebih erat, berusaha melindungi diri dari angin dingin yang menerpa.Mariana menarik napas dalam-dalam, beru

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 115

    Part 115 "Bagaimana aku melanjutkan hidup, Tante? Aku kehilangan semuanya! Aku kehilangan semuanya!!" teriak Mariana saat Reni masuk ke kamarnya. Ia berusaha menenangkan sang keponakannya itu."Tenang sayang, kamu gak sendirian. Kamu masih punya Tante di sini."Mariana masih menangis histeris. "Tapi, aku merasa dunia ini gak adil buat aku, Tante. Ini gak adil! Bukankah lebih baik aku mati saja, Tante? Hiks hiks!"Reni memeluk Mariana penuh kasih, mengusap punggungnya dengan lembut."Tante tau, ini pasti berat bagi kamu. Tapi kamu harus kuat, hidup akan terus berjalan. Kamu masih muda, Sayang. Perjalanan hidupmu masih panjang. Semua yang berlalu biarlah berlalu, semua yang pergi takkan mungkin kembali. Ayo kita perbaiki semuanya. Ayo kita mulai lembaran baru lagi! Jangan menyerah, Nak. Tante yakin, akan ada kebahagiaan setelah ujian bertubi-tubi ini."Mariana terdiam, pikirannya terus berkecamuk. Sedih, marah, rasa sesak dan ingin menyerah semua bercampur padu jadi satu. Sementara it

  • Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan   Part 114

    Part 114Mariana duduk di kamarnya dengan di bawah cahaya lampu temaram, menatap televisi tanpa benar-benar memperhatikannya. Malam itu terasa sepi, lebih sepi dari biasanya. Ia merasa khawatir saat menerima pesan sang suami bahwa ia tak bisa pulang, situasinya sedang gawat. Memangnya apa yang sedang terjadi?Kekhawatirannya semakin menjadi-jadi ketika ponselnya berdering.Mariana melirik jam dinding, menunjukkan pukul sebelas malam. "Siapa yang menelepon malam-malam begini?" gumamnya. Dengan tangan gemetar, dia mengangkat gagang telepon."Halo?" suaranya terdengar lemah dan penuh kecemasan."Apakah ini dengan Ibu Mariana?" suara di seberang terdengar serius dan resmi."Ya, saya sendiri. Siapa ini?""Ibu Mariana, ini dari Kepolisian. Saya harus memberitahukan sesuatu yang sangat penting. Suami Anda, Bapak Wijaya, mengalami kecelakaan. Mobilnya jatuh dan terbakar."Deg! Jantung Mariana berdebar dengan kencang. Sejenak, dunia terasa seperti berhenti berputar. Suara dari telepon seperti

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status