Home / Romansa / Diceraikan Dikira Mandul, Menikahi CEO Diratukan / Menuju Revolusi dan Sebuah Tantangan

Share

Menuju Revolusi dan Sebuah Tantangan

last update Last Updated: 2025-02-13 21:45:28

Kalea tengah menunggu seseorang, mereka sudah mengirim pesan jika akan datang kerumahnya. Dengan cekatan membuatkan beberapa cemilan, karena akan ada anak kecil diantara tamunya. Saat tengah menyelesaikan pekerjaannya, bel pintu rumahnya berbunyi. Dia segera bangkit dan menghampiri pintu untuk mengetahui siapa yang datang dari layar monitornya, ternyata mereka adalah orang yang tengah di tunggu sedari tadi.

"Selamat datang, masuklah," ucap Kalea saat membuka pintu, untuk menyambut kedatangan mereka dengan senyuman.

Ketiga orang itu langsung masuk karena sudah di persilahkan oleh pemiliknya, mereka adalah Leo beserta anaknya. Teman Kalea tersebut menepati janjinya ingin datang kerumah, karena lama sekali mereka tak saling bersua.

"Apakah kau sendiri? Dimana suamimu?" tanya Clara istri dari Leo, bukan orang lain juga karena Clara sahabat dekat Kalea seperti Leo.

"Duduk saja dulu, hei tampan. Apa kau merindukanku?" tanya Kalea pada jagoan kecil temannya.

"Tentu."

"Hem, bisakah kau bermain sebentar. Di meja itu ada gambar dan pensil warna, kau boleh mewarnainya. Dan ini camilan untukmu." Memberikannya pada anak itu, sedangkan Leo dan Clara hanya tersenyum melihat interaksi keduanya.

Anak kecil itu lalu berjalan menuju meja yang di tunjuk oleh Kalea setelah menerima camilannya, setelah memastikan anak itu duduk untuk mewarnai, segera Kalea mengajak dua temannya itu bicara.

"Aku ingin memberitahu kalian sesuatu." Dengan nada sendu, wajahnya pun tak terlihat baik-baik saja.

"Katakanlah, jangan ada yang kamu tutupi lagi pada kami," ujar Clara.

"Aku sudah resmi bercerai satu bulan lalu." Tegas Kalea memberitahu pada dua temannya itu.

"A-apa! Cerai!" Keduanya kaget dan saling menatap satu sama lainnya.

"Bagaimana kalian bisa bercerai, kalian saling mencintai dan kay. Aku merasa tak percaya dengan semua ini," ujar Clara, yang masih tak mempercayai ucapan temannya.

"Tapi itu kenyataannya." Tegas Kalea.

"Siapa yang mengkhianati dalam ikatan rumah tangga kalian? Apa ada orang ketiga, atau hal lainnya?" Tanya Leo.

"Kay, Kay selingkuh sudah sejak dua tahun lalu. Aku selalu mendapatkan tekanan karena belum memiliki keturunan, dari Kay ataupun orangtua bahkan semua keluarganya. Bahkan Ibunya Kay sering melampiaskan kemarahannya padaku dengan menampar atau melempar barang-barang padaku, dan aku pun sudah lama pisah ranjang dengan Kay beberapa bulan sebelum kami resmi bercerai," jelas Kalea pada dua temannya.

Clara langsung berpindah posisi duduk di sebelah Kalea, dia merasa temannya itu butuh pelukan karena semua yang sudah di lewatinya begitu berat tanpa sandaran juga tempat bercerita.

"Kenapa kamu diam, kenapa kau tak menceritakan semuanya kepada kami? Setidaknya kau merasa lega saat membagi masalahmu pada kami, kami temanmu yang selalu ada untukmu kapanpun itu," ucap Clara sembari memeluk Kalea dari samping.

"Tak apa, aku sanggup menghadapi semua ini. Yang aku bingungkan hanya saat Ayah sadar nanti, apa yang harus aku jawab jika beliau bertanya tentang Kay," kata Kalea mengungkapkan kebingungannya nanti.

"Pasti beliau akan sedih karena putrinya mengalami hal buruk dalam pernikahannya." Imbuhnya.

"Tak apa, perlahan saja memberitahunya. Tapi bukankah kamu dulu sudah memeriksa kan diri dan hasilnya baik, apa itu tak cukup sebagai bukti jika kamu bukan wanita mandul?" tanya Clara yang mengetahui pemeriksaan yang di lakukan oleh Kalea.

"Mereka tetap bersikeras jika aku mandul dan tak mampu memiliki anak, jadi aku benar pun dimata mereka tetap saja salah." Dengan nada sendu.

Leo sangat menahan amarahnya, karena melihat temannya itu di sia-siakan oleh lelaki yang berjanji akan menjaganya dalam keadaan apapun. Tapi kenyataannya, hanya pahit yang di telan oleh Kalea hingga akhir pernikahan mereka pun sang wanita yang di per salahkan.

"Akan aku hajar jika aku bertemu pria brengsek itu!" Mengepalkan tangannya.

"Jangan membuat masalah dengannya, aku tak apa. Aku lega sudah lepas dari pria itu, dan aku menyadari kenapa Ibu dulu tak setuju dengan kami. Ternyata firasatnya benar tentang putrinya ini, hem ... tapi aku tak boleh menyesalinya karena aku tahu Tuhan sudah merakit semua jalan hidupku dengan benar." Senyum Kalea yang mencoba tegar untuk menghadapi semuanya.

Clara dan Leo menatap Kalea penuh dengan rasa iba, sungguh wanita yang dulunya di kenal manja kini menjadi sangat dewasa setelah apa yang telah di lewatinya dalam pernikahan. Bahkan tak menceritakan segala permasalahan yang menimpanya, sungguh kuat dirinya demi menjaga nama baik suaminya.

"Lalu apa rencanamu? Jangan sampai menyia-nyiakan pendidikan tinggi mu itu," ujar Leo.

"Benar apa yang dia katakan, kamu harus mampu membuktikan jika dirimu baik-baik saja tanpa mereka." Menyemangati temannya.

"Aku sudah bekerja di sebuah perusahaan, dan akan datang kesana besok untuk menyerahkan proyek yang sedang aku kerjakan. Mungkin ada rapat untuk besok, tapi aku tak selalu datang ke kantor," jelas Kalea.

"Syukurlah kau memiliki pekerjaan yang baik, semoga setelah apa yang terjadi kamu mendapatkan kebahagiaan kedepannya. Kini kamu harus fokus pada kebahagiaan mu." Clara memeluk Kalea, dan di jawab dengan anggukan oleh Kalea.

"Bolehkan aku ikut berpelukan?" tanya Leo sembari menatap dua wanita yang ada di depan matanya.

"Tidak!" Teriak keduanya secara bersamaan.

Leo memasang wajah sedih dan membuat Kalea dan Clara tertawa, mereka menghabiskan waktu cukup lama karena sudah lama sekali untuk berbagi cerita yang seru-seru. Setidaknya kehadiran mereka bisa menghibur Kalea, agar tak memikirkan rasa sakitnya dan lukanya kembali.

Disisi lainnya ...

Rigel tengah dalam perjalanan menuju kediaman orang tuanya, karena di undang untuk acara makan siang bersama. Tentu dia tak bisa menolak jika yang menginginkan kehadirannya adalah sang Ayah, tapi jika itu ibunya tentu saja dia akan menolak dengan seribu alasan. Karena sudah pasti sang Ibu akan mendatangkan wanita yang akan di jodohkan dengannya, itu membuat Rigel tak nyaman.

"Tuan, apa ada maslaah?" Tanya Kelvin.

"Tidak, hanya saja jika Ayah sudah mengundangku untuk bertemu bukankah itu ada suatu pertanda," ujar Rigel.

"Maksudnya pertanda apa?" tanya kelvin yang masih bingung dengan maksud dari Tuannya.

Rigel membuang nafas beratnya sembari menatap kearah luar jendela mobilnya, "Bukankah terkahir kali bertemu beliau menyerahkan proyek yang bermasalah, dan kita yang di minta untuk menyelesaikannya. Lalu apa lagi sekarang, apa beliau akan melakukan hal yang sama lagi untuk melihat kemampuan perusahaan kita." Menjelaskan dengan wajah datarnya.

"Ah iya, Anda benar. Aku ingat itu, kita hampir kewalahan saat itu, tapi semuanya berhasil dengan baik atas kerja keras Anda yang mampu membalikkan keadaan. Dan mungkin hal ini yang membuat Tuan Besar semakin mempercayai Anda," ujar Kelvin.

"Itu menurutmu, tapi tidak menurutku." Singkatnya.

Kelvin hanya tersenyum tipis menanggapi Tuannya, mereka akhirnya sampai di kediaman Ayahnya Tuan Yama. Pintu gerbang yang tinggi dan kokoh terbuka secara otomatis, mobil mewah Rigel memasuki area rumah orang tuanya.

Rigel turun dari mobilnya, beberapa pelayan dan bodyguard menyambutnya serta memberikan hormat kepadanya. Rigel memasuki kediaman orang tuanya, sementara Kelvin asistennya menunggu di luar bersama asisten lainnya.

Terdengar suara orang tengah berbincang diruang keluarga, langkah kaki Rigel segera menuju keruangan itu untuk menemui semua keluarga yang jelas tengah berkumpul disana. Kedatangan Rigel di sambut dengan pelukan dari keponakannya yang berusia tiga tahun, pria itu langsung langsung mendekap dan menggendong keponakannya.

"Paman, kenapa baru datang?" tanya bocah bernama Tama, dengan nada lembut.

"Paman baru menyelesaikan pekerjaan, dan di jalan tadi cukup macet. Maaf ya," kata Rigel sembari meminta maaf kepada keponakannya.

"Harusnya Paman membawakan sesuatu jika melakukan kesalahan padaku, tapi Paman tak membawa apapun." Keluhnya, dengan memasang wajah yang menggemaskan.

"Maafkan Pamanmu Nak," ujar Daru, Kakak dari Rigel.

"Paman akan mengrimkan mainan untukmu sebagai tanda maaf, bagaimana?" Tawar rigel pada keponakannya.

"Baiklah, hadiahnya harus besar." Sembari mempraktekan dengan tangan mungilnya, Rigel menjawab dengan mengangguk dan melakukan tos, jika mereka deal dengan kesepakatannya. Lalu Tama turun dari gendongannya dan berlari senang, karena akan mendapatkan hadiah dari sang paman.

"Apa kabar kalian?" tanya Rigel.

"Kami baik, bagaimana dirimu?" tanya Daru dan istrinya.

"Baik juga."

Lalu mengarah ke Ayah dan Ibunya, setelah menyapa keluarganya dia lalu duduk di salah satu sofa dan menyandarkan kepalanya.

"Apa kau sangat lelah?" tanya Tuan Yama.

"Tentu saja, aku bahkan jarang libur kerja walaupun aku bosnya." Mengeluh pada Ayahnya.

"Jika begitu menikahlah, maka semuanya akan merubah hidupmu. Kau bisa mengambil libur sesukamu jika sudah memiliki pasangan, kau sibuk hanya untuk sebuah pengalihan saja," ujar Tuan Yama.

Rigel langsung mengubah posisinya, dia kini duduk tegak setelah mendengarkan kata yang Ayahnya ucapkan. Ini kali pertama sang Ayah membahas tentang hal ini, karena biasanya beliau tak membahas yang menyangkut kehidupan putranya.

"Dengarkan itu, apa yang di katakan Ayah itu benar. Sampai kapan kau akan melajang, usiamu makin bertambah. Apa kau akan menikah saat sudah menjadi kakek-kakek," ledek Daru sang Kakak, yang tentu saja membuat Rigel sedikit kesal.

"Ibu sudah banyak menjodohkan dengan beberapa gadis, tapi ada saja alasannya." Kesal Ibu.

"Atau jangan-jangan kau ini gay?" tanya kakak iparnya, sembari tangannya menutup mulutnya.

Sontak semua mata tertuju pada Aurelia istri dari Daru, "Ma-maaf, aku hanya asal menebaknya saja." Membela dirinya.

"Kamu ini, jaga ucapanmu." Bisik Daru pada sang istri.

Kedua orang tua Rigel menatap tajam ke arah Rigel, sementara orang yang di tatap membuang nafas kasarnya karena pertanyaan dari kakak iparnya.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu, aku masih normal. Dan aku menyukai wanita, tapi tipeku agak berbeda. Jadi mengertilah dan tunggu saja waktunya, aku masih sibuk dengan pekerjaanku," ujar Rigel, ia memilih mencari aman daripada orang tuanya berfikir yang tidak-tidak pada dirinya. Tapi dia memang pria normal, bukan seperti tebakan Kakak iparnya.

"Berapa lama kami bersabar? Apa menunggu kami mati. Ingat, kami tak memandang latar wanita yang akan kamu pilih. Yang terpenting adalah dia wanita yang baik hati, jujur, menghormati orang tua, penyayang, dan tentunya setia pada pasangannya." Tuan Yama memberikan syarat untuk seseorang yang akan menjadi menantunya.

"Tentu bukan begitu maksudku Ayah." Terkejut dengan ucapan sang Ayah, dari beberapa kata tadi.

Sebenarnya syaratnya begitu mudah karena orang tua Rigel tak memandang latar dan pendidikan dari calon menantunya, karena yang terpenting adalah kebahagiaan putra mereka. Harta dan kekuasaan bisa di capai, tapi untuk seorang pasangan yang setia pada zaman ini sangatlah sulit.

"Ayah akan memberikan waktu enam bulan, dalam waktu itu kamu harus berusaha mendapatkan wanitamu. Jika tidak, akan Ayah jodohkan dengan anak rekan Ayah. Jika kamu berhasil mendapatkan pasanganmu dalam waktu itu, Ayah akan merestui mu." Tuan Yama memberikan syarat pada Rigel untuk mencari calon istri.

Pria yang sedari tadi diam dan kadang mengusap wajah atau memijat pelipisnya pun menampilkan wajah yang seolah tak percaya dengan ucapan sang Ayah, "A-apa Ayah serius, enam bulan?" tanya Rigel dengan tatapan syoknya.

"Apa Ayah pernah berbohong?" tanya Tuan Yama.

Rigel menggeleng, karena dia juga tahu jika Ayahnya tak pernah bohong dengan kata-katanya. Atau bahkan menarik ucapannya, beliau begitu kekeh dalam sebuah pendirian dan prinsipnya. Ini alasan Tuan Yama memanggil putra bungsunya datang kerumah, karena ingin membuat Rigel memikirkan jodohnya bukan sibuk dengan pekerjaan terus menerus.

"Astaga." Keluhnya, dengan kepala di sandarkan pada bagian sandaran kursi.

"Semangat!" Kedua Kakaknya memberikan semangat, namun bagi Rigel mereka seolah sedang meledeknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Diceraikan Dikira Mandul, Menikahi CEO Diratukan   The End

    Ucapan selamat datang dari berbagai rekan bisnis, teman, keluarga, dan masyarakat. Akhirnya Rigel mempublikasikan jika sang istri sudah melahirkan seorang putri, dan semua orang turut bahagia dengan kebahagiaan yang mereka rasakan. Tak hanya itu, hadiah dari rekan bisnis Rigel juga berdatangan hingga begitu banyaknya. Kini kediaman Rigel dan Kalea begitu ramai dengan kehadiran keluarga, teman, serta kerabat mereka. Mereka merayakan penyambutan Sanna, membuat pesta kecil untuk anak mereka sebagai tanda rasa syukur. "Astaga, aku tidak percaya jika kamu sudah memiliki anak." Kata Calra yang merasa ini semua mimpi. "Aku sendiri saja masih merasa jika semua ini mimpi, tapi jika dipikir lagi waktu aku aku tidak menerima Rigel. Pasti aku belum memiliki anak hingga kini, aku hanya menyesal kenapa kami dipertemukan diwaktu yang begitu telat." Ujar Kalea. "Tuhan menghadirkan orang pertama untuk dijadikan pembelajaran, tapi Tuhan menghadirkan orang kedua untuk mengisi juga mengobati lukamu.

  • Diceraikan Dikira Mandul, Menikahi CEO Diratukan   Lahirnya Sang Buah Hati

    Didalam ruang oprasi Rigel terlihat tegang, dia merasa tak tega melihat proses melahirkan istrinya yang harus melalui prosedur pembedahan. Karena pendarahan yang terjadi mengharuskan Kalea melakukan pembedahan demi keselamatan Ibu juga bayinya. Sepanjang prosesnya Rigel terus memegang dan mengecup kening sang istri untuk menguatkan, Kalea tetap[ tersenyum pada ssuami walaupun tidak banyak bicara. Akibat tubuhnya yang sudah lemas, ditambah efek samping dari obat bius yang disuntikkan ke tubuhnya.“Sayang, sabar ya. Sebentar lagi kok.“ Bisik Rigel walaupun hatinya juga ngilu melihat proses pembedahan, dan dia juga tidak lupa meminta pihak rumah sakit mengabadikan momen ini.Setelah beberapa sayatan dibuat, akhirnya dokter bisa mengeluarkan bayi yang ada didalam rahim Kalea. Suara tangisnya terdengar nyaring hingga membuat Rigel mennagis haru saat melihat tubuh kecil itu didepannya, dia mengecup istrinya yang setengah sadar. Lalu memastikan anaknya juga baik-baik saja tanpa kurang apapun

  • Diceraikan Dikira Mandul, Menikahi CEO Diratukan   Hari Yang Dinantikan

    Bulan demi bulan berganti, penantian Kalea dan Rigel juga keluarga besar mereka akhirnya akan terbayar. Karena bulan ini adalah jadwal Kalea melahirkan, sungguh penantian yang panjang bagi Kalea sendiri. Kini bentuk tubuhnya berisi namun tetap terjaga, hingga banyak yang mengagumi jika Kalea hamil tidak banyak perubahan pada tubuhnya.Kalea sudah merasakan jika perutnya merasakan kontraksi, namun itu belum intens, jadi dia meminta suaminya tetap berangkat bekerja dari pada menunggunya yang belum tentu jelas."Sayang? Kamu serius meminta aku berangkat kerja? Padahal kamu sudah merasakan kontraksi," kata Rigel yang tetap ingin tinggal dirumah."Pergilah ke kantor, akan aku kabari secepatnya jika aku mau melahirkan. Jangan lepas dari tangung jawabmu, bukankah ada tamu penting datang. Jadi sambutlah dia, mungkin nanti setelah rapat anak kita baru mau lahir." Kata Kalea sembari tersenyum, menahan sakit dimana wajahnya juga sudah mulai sedikit memucat."Baiklah jika kamu sangat memaksa, aku

  • Diceraikan Dikira Mandul, Menikahi CEO Diratukan   Perayaan Pernikahan Kelvin

    Kalea dan Rigel sudah memikirkan hadiah untuk Kelvin juga Mona, mereka memilih membelikan apa yang mereka butuhkan. Kelvin masih mengontrak apartemen, karena dia masih bingung ingin membeli rumah dimana. Karena menurutnya apartemen bukan tempat tinggal yang bagus ketika sudah berkeluarga, dan akhirnya Kalea dan Rigel membelikan rumah yang tak jauh dari tempat tinggal mereka.Memang sengaja Tidka berjauhan, agar mereka tetap saling dekat satu sama lainnya."Sayang, ayo kita berangkat sekarang." Ajak Rigel pada Kalea yang masih bingung memilih sendal."Kamu kenapa sayang?" tanya Rigel yang melihat istrinya berada didepan tempat sandal."Sayang, aku bingung memakai sandal mana.""Astaga sayang ku cintaku, aku pilihkan." Memilih yang pas untuk sang istri."Ini, pakailah." Kata Rigel."Terimakasih." Senyumnya merekah, Rigel segera menggandeng tangan sang istri untuk berjalan. Karena dia tau posisi Klaea saat ini yang tengah hamil besar, membuat tubuhnya tak nyaman walaupun jika di lihat tu

  • Diceraikan Dikira Mandul, Menikahi CEO Diratukan   Membawa Kabar

    Rigel pulang dengan membawa kabar gembira, dia tidak sabar memberikan kabar tersebut pada sang istri. Yang pastinya Kalea akan ikut bahagia, karena dia pasti menantikan kebahagiaan untuk Mona."Sayang, aku pulang." Seru Rigel dengan nada lembutnya, dia langaung menghampiri sang istri yang tengah berada didapur bersama Bibi."Tumben pulang cepat," ujar Kalea yang menyambut suaminya dengan membawakan secangir teh hijau hangat."Karena pekerjaan sudah selesai, dan ada kabar baik untukmu." Senyum."Duduk dulu, minum pelan-pelan." "Baiklah." Rigel menurut pada sang istri, bibi hanya menonton kemesraan pasangan tersebut sembari menyiapkan masakan untuk makan malam."Kamu jangan syok ya dengarnya, emmm... Kelvin akan menikah besok." Memberitahu kabar bahagia dari asistennya."Apa? Serius sayang? Kak Kelvin akan menikah?" tanyanya dengan rasa yang masih tidak percaya."Eumm benar, dia bahkan sudah mendaftar untuk pernikahan besok. Tapi tidak ada acara apapun, mereka akan menikah tanpa pesta

  • Diceraikan Dikira Mandul, Menikahi CEO Diratukan   Ajakan Menikah

    Mona tak kuasa menahan tangisnya, dia bingung dengan kehamilan ini. Bukan tau saat dia ke dokter, tapi saat menyadari tamu bulanannya tidak kunjung datang, dan juga melakukan tes dengan alat tes kehamilan."Apa yang harus aku lakukan? Apa Ayah dan Ibuku masih menerima diriku." Tangisnya sesenggukan disamping toko kue tempatnya dia bekerja.Aurelia tidak ada ditempat, jadi dia tidak mengetahui apa yang terjadi pada Mona. Karena beberapa hari ini dia sedang ada acara keluarga, jadi tidak bisa datang ke toko kue.Kelvin yang hendak datang membawakan makanan mendengar semua yang di katakan oleh Mona, ternyata dia menghindar dari Kelvin karena ini sebabnya. Kelvin baru menyadari jika Mona menyembunyikan sesuatu darinya, namun dia sangat menerima keadaan Mona dalam bentuk apapun."Apakah aku harus muncul sekarang? Atau, sudahlah aku harus memberikan makanan ini padanya."Kelvin keluar dari persembunyiannya, dia berdiri tepat didepan Mona yang tengah menunduk dengan wajah sembam."Berdirilah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status