Moonela bersandar di dalam pelukan Louis, lalu berbicara sembari menarik-narik dasinya. “Bawa aku ke rumahmu dong. Aku ingin lihat seberapa kayanya Keluarga Jaspal-mu. Kamu tahu sendiri, aku baru merintis karierku. Sekarang aku miskin banget. Sejak kecil, aku ingin sekali bisa menginjakkan kaki di ibu kota. Aku sungguh penasaran gimana vila mewah konglomerat di ibu kota.”Leon mengusap kedua tangannya, lalu berjalan ke sisi Claude. Dia spontan merinding.Christian menggigit bibir bawahnya berusaha untuk menahan tawanya.Liman berkata, “Geli sekali! Aku mau pergi dulu!” Liman sungguh tidak sanggup menyaksikannya.Claude memiringkan tubuhnya, lalu bertanya pada Lillia, “Dia memang begitu kalau lagi pacaran?”Sepertinya Lillia sudah terbiasa melihat gambaran seperti ini. “Dulu dia nggak pernah pacaran. Aku juga nggak tahu.”Louis melihat ke sisi mereka. “Aku bawa dia pulang dulu. Dia sudah mabuk, makanya dia bersikap seperti ini. Aku pamit dulu.”Liman melambaikan tangannya. “Cepat pergi!
Lillia mendengar dengan diam-diam, lalu melepaskan sandal.Liman yang berada di samping pun berbicara dengan suara kecil, “Kamu nggak usah urus dia. Biarkan Kak Louis saja.”Lillia membalas dengan suara ringan, lalu mengikuti Liman berjalan ke dalam.Setelah Moonela mengenakan sandal, dia berbicara dengan agak kesal, “Kenapa ibumu galak sekali?”Emosi Imelda masih belum stabil. Dia menatap Moonela sembari berkata, “Memangnya kenapa kalau aku galak? Apa kamu ingin menikah dengan putraku biar kami melepaskan LMOON. Asal kamu tahu semuanya nggak mungkin!”Baru saja Imelda menyelesaikan omongannya, Moonela memalingkan kepalanya, memeluk leher Louis sembari berkata dengan manja, “Ibumu galakin aku. Huhuhu! Kenapa dia bersikap seperti ini? Masalah ini kan masalah pribadi, bukan masalah pekerjaan. Kenapa dia malah ancam aku?”Lillia diam-diam sedang mengamati reaksi Kelly. Dia pun merasa gembira ketika melihat raut wajah muram Kelly.Louis menepuk-nepuk punggung Moonela. “Nggak, nggak apa-apa
Tak disangka Imelda akan menangis. Bahkan, Moonela juga terbengong. Sama halnya dengan Lillia, dia juga tidak menyangka Imelda akan menangis.Louis menepuk-nepuk tangan Moonela, lalu berkata dengan suara lembut, “Kamu, Liman, dan Lillia ke atas dulu. Aku akan ke atas bentar lagi.”“Oke.” Moonela masih tidak habis pikir.Mereka bertiga berjalan ke dalam ruang baca Louis. Moonela pun tersadar dari bengongnya.“Kenapa ibunya seperti anak kecil saja? Malah menangis …,” gumam Moonela kepada Liman.Liman duduk di samping, lalu berkata dengan tersenyum, “Ibunya cukup imut. Padahal dia sudah punya 2 anak, dia masih saja selugu ini.”Sebelumnya Lillia telah menyadarinya, Imelda memang sangat jago dalam berakting.Moonela sungguh tidak habis pikir. “Pantas saja dia bisa dibuat nangis sama aku, bahkan ingin mengadu kepada suaminya. Apa Louis bakal digebuki sama ayahnya?”“Bisa jadi, ayahnya sangat menyukai Bibi Imelda,” balas Liman.“Kelihatan banget,” timpal Moonela.Lillia melihat Moonela. Dia
“Lagi pula Moonela sangat unggul. Dia bisa menyokong LMOON, lalu mencari banyak orderan dan juga kontrak. Apa wanita seperti ini masih belum tergolong unggul? Jadi, wanita seperti apa yang tergolong unggul di matamu?” Louis sedang berusaha menganalisis dengan saksama.“Pokoknya aku nggak setuju!” Imelda menaikkan nada bicaranya.Louis menghela napas. “Ini namanya bias! Kamu sungguh mengecewakanku.”Usai berbicara, Louis langsung berjalan ke lantai atas, meninggalkan Imelda terbengong melongo di tempat.Beberapa saat kemudian, Imelda memegang dadanya melihat ke sisi Kelly. “Astaga, dia malah merasa kecewa? Seharusnya aku yang merasa kecewa! Jelas-jelas dia tahu hubungan kita dengan LMOON nggak bagus, dia malah berkencan dengan Moonela. Apa dia ingin menghancurkan rumah ini?”Kelly menepuk-nepuk dadanya, lalu berkata, “Sepertinya Moonela jarang berhubungan dengan Kakak. Meski Kakak suka sama dia, dia juga nggak pasti suka sama Kakak. Dia bisa bersama dengan Kakak pasti karena sengaja.”T
Saat Lillia dan Liman sedang berjalan-jalan di dalam kompleks, tetiba Hans berjalan menghampiri mereka.“Bu Lillia, aku datang untuk menjemputmu!”Lillia melihat Hans yang sedang tersenyum, lalu bertanya dengan datar, “Bukannya aku suruh kamu pulang kerja? Dari mana kamu tahu aku lagi di mana?”“Aku itu pengawalmu. Sudah seharusnya aku tahu kamu ada di mana.” Sikap Hans sangatlah lembut.“Sejak kapan kamu naik pangkat jadi pengawalku?” tanya Lillia dengan mendengus dingin. Hans bisa muncul di sini juga pasti karena perintah Claude.“Bu Lillia, aku digaji 40 juta per bulan. Sudah seharusnya aku melakukan kontribusi untukmu. Kalau nggak, aku merasa nggak tenang untuk menerima gaji itu,” balas Hans dengan tersenyum getir.Lillia mengeluarkan ponselnya, lalu mengirim pesan singkat kepada Moonela. Tak lupa dia membalas Hans, “Kamu profesional juga.”Liman yang dari tadi tidak memiliki kesempatan untuk bersuara akhirnya menemukan kesempatan. “Aku bisa antar dia pulang. Berhubung kamu sudah p
“Kerja sama denganku saja.” Claude mengatakan tujuan kedatangannya.“Siapa pun boleh menjadi pemegang saham LMOON, tapi kamu nggak boleh.” Lillia langsung menolak.“Aku tahu kamu menolakku karena nenekku, tapi kamu tenang saja. Tak sampai 1 bulan, Nenek nggak akan ikut campur dengan semua yang kulakukan,” balas Claude dengan yakin.“Kamu selalu berbicara seperti itu, tapi apa kamu pernah menepatinya? Claude, apa kamu bisa tepati janjimu meski hanya sekali saja?” Nada bicara Lillia sangatlah ketus.Hans hanya terdiam menganggap dirinya bagai udara saja.Claude tahu Lillia tidak menyukainya. Dia terdiam sejenak, baru berkata, “Benar apa katamu, aku bisa tepati semua janjiku terhadap siapa pun, sepertinya aku hanya nggak bisa menepati janjiku kepadamu.”“Sepertinya kamu merasa bangga untuk mengatakannya.” Lillia berkata dengan penuh rasa risi.“Pertimbangkan usulan ajakan kerja samaku dengan saksama. Aku nggak menginginkan saham LMOON. Kamu bisa bahas masalah keuangan dengan Leon atau Chr
“Belakangan ini tekananku juga besar. Kamu malah nggak mengizinkanku untuk main di Mindara?” ucap Lillia dengan acuh tak acuh.“Oke, main sana. Kamu nggak usah khawatirin masalah di sini.” Moonela juga tidak bertanya lagi. Lagi pula, dia tahu Lillia bisa menjaga dirinya dengan baik.Pada saat ini, Lillia mendengar suara Louis, dia pun langsung memutuskan panggilan.Astaga!….Setibanya di bandara Mindara, Lillia melihat Frederick yang menggoyangkan kipasnya dari kejauhan.Bulan Maret di Mindara sangatlah panas. Jika dibandingkan dengan cuaca di ibu kota, boleh dikatakan satunya adalah musim panas dan satunya lagi adalah musim dingin.Lillia meletakkan jaket putihnya di atas lengan sembari berjalan ke sisi Frederick. Dia berkata dengan kepanasan, “Tempatmu ini panas sekali. Baru bulan Maret saja, kenapa malah mirip seperti musim panas?”“Kamu datangnya nggak tepat pada waktunya. Beberapa hari ini suhu berkisar di antara 28-29 derajat Celsius. Minggu depan suhu baru akan turun ke sekitar
Setelah panggilan diakhiri, Frederick mengingatkan Claude dengan tidak puas.“Yang cepat! Dia sudah menunggu dari tadi!”Claude terpaksa menyerahkan terusan krim kepada pramuniaga. “Yang ini dibungkus juga.”Selesai membeli pakaian, Frederick spontan menyindir, “Tingkat estetikamu memang nggak bisa diandalkan. Gimanapun, Bu Lillia adalah seorang desainer, kamu malah beliin pakaian kampungan seperti ini buat dia.”“Kenapa kamu nggak bilang sewaktu di toko tadi?” Claude memiringkan matanya.Frederick mendengus. “Sepertinya pendapatku nggak berguna? Semua yang aku pilih nggak kamu terima. Jangan-jangan kamu cemburu?”Claude tidak menghiraukannya. Dia melempar kantongan belanjaan ke diri Frederick. “Antarkan pakaian ini sana. Mobilmu aman untuk sementara ini.”“Apa? Sementara? Sepertinya kamu bukan manusia!” Frederick emosi hingga mengentakkan kakinya.Claude tidak meladeninya, lalu berjalan pergi.Frederick memaki sesaat, baru bergegas mengantar pakaian untuk Lillia.….Ketika Lillia mene