Share

Wanita Bernama Dewi

Dari dalam kamarnya yang terletak tidak jauh dari meja makan, terdengar suara Bu Sekar beramah tamah dengan tamu wanita yang dibawanya.

Sungguh miris, Bu Sekar tentu tahu Andin yang sedang sakit. Namun, Bu Sekar jangankan membawa Andin ke dokter. Orang yang menjadi mertuanya itu malah menyuruhnya memasak dan membiarkan Andin merintih kesakitan seorang diri.

Bulir air mata Andin tak dapat lagi dibendung, wanita malang itu meratapi nasibnya yang selalu tidak mujur. Terbesit di hati Andin menyesali keputusannya menikah dengan Seno, andai saja dia bisa mengetahui seperti apa masa depan yang akan dia lalui dengan Seno tentu Andin akan menolak lamaran lelaki itu.

"Apa yang bisa ku lakukan, nasi sudah jadi bubur. Aku hanya bisa menerima takdir yang Tuhan gariskan untukku, aku juga bodoh sebab terlalu mudah menaruh hati," keluh Andin.

Selimut yang basah akibat siraman air ibu mertuanya terpaksa dia gunakan untuk menyelimuti tubuhnya yang kini mulai panas, Andin tidak punya pilihan lain. Dia tidak memiliki selimut ganti, ibu mertuanya hanya memberi satu selimut tipis untuknya.

Walau perutnya keroncongan, Andin hanya bisa menahan rasa laparnya. Baru saja Andin memejamkan matanya, Bu Sekar menerobos masuk ke kamar Andin.

"Bangun, dasar pemalas!"

Kali ini Bu Sekar mencubit pinggang Andin dengan kuat, Bu Sekar seolah tidak melihat Andin sebagai manusia yang bisa merasakan sakit.

"A--ada apa, Ma?" Kepala Andin teramat berat, bagian membawa beban puluhan kilo.

"Keluar cepat, ada yang mau aku kenalkan denganmu."

Sorot mata Bu Sekar dipenuhi kebencian, dia akui menantunya itu memang sangat cantik. Bahkan dalam keadaan sakit pun, tidak mengurungkan niat Bu Sekar.

"Ma, nanti piring kotornya saya cuci. Bolehkah saya istirahat dulu sekarang, Ma?" Andin memohon sepenuh hati agar ibu mertuanya mau mendengarkan permintaannya.

"Jangan banyak alasan deh, buruan keluar. Tamu aku itu orang penting, dia nggak macem kamu yang pengangguran. Waktu dia itu sangat berharga, jadi jangan membuatnya menunggu!"

Andin bisa apa jika pemegang kendali di rumah tersebut adalah ibu mertuanya, bahkan suaminya saja tidak berkutik.

Dengan langkah gontai, Andin berjalan menuju meja makan. Jika sebelumnya dia hanya bisa mendengar kedekatan Bu Sekar dengan wanita cantik yang kini tengah menatapnya dengan tatapan menghina. Saat ini, Andin dapat melihat dengan jelas seberapa jauh perbedaan sikap Bu Sekar terhadap wanita itu.

"Heh, sini!" hardik Bu Sekar yang telah duduk terlebih dahulu.

"Kenalkan, dia ini namanya Dewi, teman kuliah Seno. Gimana? Cantik dan seksi bukan? Dewi ini lulusan S2 kampus terbaik di Amerika, dia baru pulang kemarin," ucap Bu Sekar membanggakan wanita yang katanya teman suami Andin.

Andin tidak merespon sepatah katapun, dia merasa percuma walaupun mengatakan apa yang ada di hatinya. Toh ibu mertuanya itu tidak akan menggubrisnya, hanya saja Andin heran apa maksud Bu Sekar membawa wanita lain ke rumah mereka.

"Jadi dia ini menantu Mama? Hm, kampungan banget ya. Kucel dekil begitu, kok Mas Seno mau sih sama dia?" Wanita yang bernama Dewi itu mengamati Andin dari kepala hingga kaki.

"Iya 'kan, aku rasa Seno itu diguna-guna makanya mau sama dia," ucap Bu Sekar.

Bagai dihujam pisau, bukan hanya menghinanya namun Bu Sekar menuduh Andin mengguna-guna suaminya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status