Andreas dan Yudistira yang awalnya menyusul Anjani untuk ikut menjelaskan kepada suami dan keluarga tiba-tiba terdiam di depan rumah. Mereka mendengar semua perbincangan yang ada di dalam, Andreas sendiri terpaku saat mendengar Anjani dituduh berselingkuh terlebih nama dirinya yang terseret. Bagaimana mungkin tuduhan itu tiba-tiba ada sedangkan dia dan Anjani saja baru bertemu tiga kali dengan ini dan itu tidak sengaja. Yudistira melihat wajah keras sahabatnya, dia sendiri terdiam karena sedikit kaget saat melihat Anjani diperlakukan tidak baik. Apalagi perihal perselingkuhan suaminya sendiri yang malah didukung oleh ibu mertuanya. "Gimana ini? kita tetep masuk?" tanya Andreas sedikit berbisik Andreas tidak menjawab, dia hanya mencoba mendengarkan kembali apa yang dibicarakan oleh orang yang ada di dalam. Yudistira sudah ingin masuk tapi ditahan oleh Andreas, "Kita tunggu sampe mereka selesai bicara," ucap Andreas dengan tegas Yudistira tidak membantah, dia kembali terdiam dengan
Anjani benar-benar menggunakan waktunya untuk beristirahat dari segala kegiatan yang biasa ia lakukan di rumah mertuanya. Baskara sendiri belum mau menyusulnya dengan alasan capek dan belum sempat, meski begitu Baskara tidak pernah absen memberi kabar kepada Anjani.Hari ini Anjani akan ke mall untuk berbelanja sekedar menikmati me time-nya. Supir yang biasa mengantar Bu Aulia dengan sigap langsung mengantar anak majikannya."Pak nanti bapak boleh pulang atau kemana dulu, ya... Kayanya saya bakalan lama di mall. Daripada bapak nunggu saya nanti," ucap Anjani kepada supirnya.Sopir itu melirik melalui spion depan dan menganggukkan kepala, "Baik non, tapi nanti kalau udah beres kabarin ya biar langsung dijemput," jawabnya.Anjani mengiyakan, dia langsung keluar dari mobil dan masuk ke mall. Ia melihat baju gamis dan beberapa kerudung, kemudian masuk ke toko lain untuk membeli kemeja Baskara. Mencocokan warna baju yang senada dengan baju yang sudah dia beli sebelumnya"Kayanya ini cocok
APA? Kenapa kamu jadi bawa-bawa Melati? Kenapa kamu jadi berpikiran yang nggak-nggak kaya gini, Anjani?!” Baskara berseru. "Kenapa kamu jadi bersikap kaya gini? Apa karena tadi Melati dateng ke rumah? Lagipula dia ke rumah ketemu ibu, bukan ketemu mas. Kamu kenapa? Cemburu?” cerocos Baskara di tengah kepanikannya. Anjani tidak menjawab, dia masih diam tanpa kata. Hatinya berisik ingin mengeluarkan segala amarah, tapi pikirannya masih berfungsi dengan baik untuk bisa menenangkan diri. "Selama kita nikah, baru kali ini ada temen kamu ke rumah mas. Bahkan temen kamu si Zaky, dia nggak pernah dateng ke rumah bertamu, tapi Melati? Dia dua kali ke rumah dengan alasan bertemu ibu, tapi aku nggak bodoh mas! Aku tahu maksud lain dari kedatangan dia!” balas Anjani menegaskan suaranya. Baskara menggeleng pelan masih tidak terima, "Memang apa maksud lain yang kamu pikir Anjani? Kamu itu kenapa? Apa kamu lagi cape? Kalau iya, mas ngerti. Mungkin ini efek kamu yang kurang istirahat. Tapi tolong
Anjani dan Baskara sudah dirumah orang tua Anjani, mereka berkumpul bersama membahas suatu hal. Kediaman Sanjaya malam itu menjadi ramai karena anak, menantu dan cucu menginap semuanya.Baskara mendadak kepikiran Melati, dia tadi sempat melihat bagaimana Melati menatapnya dengan penuh kecewa. Belum lagi saat mobilnya melaju meninggalkan halaman rumahnya Melati melajukan mobilnya dengan sangat kencang.Anjani masih dibawah, Baskara mencari kesempatan untuk menghubungi Melati. Bagaimanapun, ada rasa khawatir di dirinya terhadap wanita itu. Ponselnya sudah ia letakkan di telinga, menunggu Melati menerima panggilannya.Baskara mengetuk-ngetuk jarinya ke sisi pintu, tubuhnya gusar, pikirannya begitu berkecamuk. "Kemana ya? Beneran marah nih kayanya," gumam Baskara. Ia mengklik kembali nomor Melati berharap kali ini panggilannya mendapat jawaban.Tubuh Baskara langsung tegak saat mendengar suara Melati di ujung saja, "Hallo, Mel?" ucap Baskara dengan perasaan lega."Kenapa?" jawab Melati de
Bu Lili terpaku, dia seperti tidak percaya dengan pernyatan Melati, "Maksudnya bagaimana nak? Memangnya kamu mau jadi istri Baskara? Tapi kan Baskara sudah punya istri," ucap Bu Lili, wajahnya mulai serius dan sedikit menegang. "Iya Tante aku tahu kalau Baskara udah punya istri, tapi... Bukannya gapapa kalau laki-laki punya istri dua? Aku sih gak masalah Tante kalau dijadikan istri kedua, asal... Asal Baskaranya mau," jawabnya dengan enteng. Baskara sudah menggelengkan kepala beberapa kali, berharap apa yang sekarang terjadi hanya sebatas ilusi. "Emmm, kalau itu sih Tante tergantung Baskaranya ya. Kalau Baskara mau ya Tante sih setuju aja. Apalagi kamu perempuannya. Yang penting kan Baskaranya bisa adil," tutur Bu Lili. Melati langsung melihat Baskara yang hanya menunduk, dia mengusap-usap tangan Baskara dengan sentuhan lembut, "Kamu denger sendiri kan Bas? Ibu kamu aja setuju asal kamunya mau. Aku gak masalah kok kalau harus jadi istri kedua." Baskara tidak menjawab sama sekali
Melati sedang melakukan pemotretan di salah satu tempat. Pemotretan kali ini cukup alot karena mood Melati yang tidak baik-baik saja membuat dirinya kurang fokus dan sulit untuk diarahkan. Clarissa sudah menegur Melati tapi semua yang dia ucapkan seolah tidak penting untuk Melati.Melati duduk di salah satu kursi. Ia terus mengecek ponselnya berharap ada satu pesan atau panggilan masuk dari Baskara. Ia merasa kehilangan saat Baskara tidak memberikan kabar apapun kepada dirinya. "Mel, lu bisa nggak sih fokus? Tolong kerja samanya, jangan bikin gue jadi kena omel produser Mel," ucap Clarissa, kali ini dia berbicara cukup serius. Clarissa sudah mulai jengah dengan sikap melati yang semakin hari semakin semaunya sendiri dan sulit diatur "Gue udah fokus kali, fotografernya aja yang gak becus kali, masa gue salah terus! Gue udah ikutin arahan mereka juga tetap aja salah," timpal Melati, dia mengepulkan asap dari vapenya kelangit-langit.Clarissa hanya menatap nanar, dulu dia memilih menja