Sampai di usianya yang sekarang, Shaka belum pernah mendapati wanita yang tidak tertarik padanya. Hanya Lirea inilah yang menolaknya dan tidak sedikit pun tertarik pada statusnya. Ditambah lagi, gadis ini sudah menyelamatkan nyawanya. Jadi dia berpikir jika dirinya harus menjadi milik Lirea seorang.
Lirea benar-benar linglung dibuat Shaka. Dia berpikir kalau Tuan Muda Shaka ini memang tidak waras. Padahal, banyak wanita yang menyukainya tetapi dia tidak menerimanya, malah memaksanya yang jelas-jelas tidak menyukainya. Apa ada masalah di otaknya? Dia merasa kalau seharusnya caranya tidak seperti ini. Melihat kelakuan Shaka, dia semakin tidak suka. Akhirnya, Lirea mengangkat kepalanya ke atas dan menatapnya, "Mana ponselku. Tolong kembalikan. Aku janji tidak akan kabur lagi. Aku hanya ingin menghubungi ibuku." Melihat Lirea yang tiba-tiba patuh begitu padanya, Shaka terlihat senang, “Kamu sendiri yang bilang kalau tidak akan kabur lagi. Kalau kamu kabur lagi, kamu tidak akan sanggup menanggung resikonya." "Aku tahu. Kalau aku bilang tidak kabur lagi, pasti tidak akan kabur lagi," balas Lirea. Shaka mengeluarkan sebuah ponsel berwarna putih dari tubuhnya seperti sebuah sulap. "Kamu sudah tahu kan, apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan? Apa perlu aku ingatkan lagi?" Lirea melotot ke arahnya dengan galak. Memangnya aku bodoh? Apa kamu pikir aku akan menelpon ibuku dan mengatakan kalau aku sedang berada di ibu kota dan disekap oleh Tuan Muda Shaka, yang juga memaksaku untuk bertunangan dengannya? Kalau perkara ini sampai di dengar ibunya, ibunya pasti malah akan khawatir setengah mati atau malah bisa jadi akan jantungan. Ditambah lagi, keluarganya bukan keluarga yang memiliki latar belakang keluarga yang kuat. Membawa-bawa tentang keluarga Brahmana sama saja dengan membunuh keluarganya sendiri secara perlahan. Masalah pribadinya, tidak harus didengar oleh ibunya. Sekarang Lirea baru paham kalau berhadapan dengan Shaka untuk membuat pikiran pria itu berubah, tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat dan terburu-buru. Dia harus mencari cara dengan perlahan untuk bisa keluar dari jeratan iblis ini. Setelah menerima ponselnya, Lirea juga tidak langsung menelpon ibunya. Dia hanya menyimpannya dalam tas. Lalu Shaka mengajaknya makan bersama. Setelah selesai, Shaka segera menarik Lirea ke mobil. Lirea baru menyadari kalau waktu telah menunjukkan pukul 9 malam. Sudah waktunya pria itu akan membawanya pulang ke villa. Pria ini benar-benar membuatnya tidak bisa menikmati dunia malam walau hanya sebentar saja. Saat melewati sebuah apotek yang masih buka, Lirea berkata, "Hentikan mobilnya!" Shaka pun menginjak pedal gas dengan penuh tenaga. "Ada apa?" Lirea mengusap-usap perutnya, lalu berkata, "Perutku rasanya tidak nyaman. Aku ingin beli obat." Shaka menepikan mobil yang dikendarainya di tepi jalan. "Pergilah. Lima menit, tidak boleh lebih," katanya. Kemudian, Lirea bergegas mendorong pintu mobil hingga terbuka dan berjalan ke dalam toko obat. "Tolong beri aku aku obat pencahar," ucapnya. Pelayan toko segera mengambil tablet pencahar dan menyerahkannya pada Lirea. Dia menerimanya dengan santai lalu berjalan pergi. Akan tetapi, saat melangkah keluar dari pintu, dia bertabrakan dengan seorang gadis yang baru saja masuk, dan tablet pencahar yang dibelinya jatuh ke lantai. Dia mengulurkan tangannya untuk mengambilnya, lalu tiba-tiba suara tajam gadis itu menggema. "Kamu tidak punya mata, ya? Kalau jalan lihat-lihat!" Lirea menggenggam obat di dalam genggamannya dan melirik gadis itu dengan tidak peduli, "Memangnya siapa yang tidak punya mata? Bukannya yang menabrak itu kamu?" Gadis itu memperhatikan Lirea dan sempat terpaku sejenak. Tiba-tiba, dia berteriak dengan semakin tajam, "Lirea!" Lirea mengernyit, saat dia mengangkat kepalanya, dia langsung mengenali siapa gadis yang ada di hadapannya itu. Musuh memang selalu ditakdirkan untuk saling berpapasan. Padahal selama seminggu ini berada di ibukota, dia sama sekali tidak keluar dari rumah, namun saat keluar mobil untuk membeli obat selama beberapa menit saja, dia sudah bertemu dengan gadis itu. Dunia ini benar-benar kecil! Lirea menyilangkan tangannya di depan dada dan menatap gadis itu dengan geli, lalu berkata, "Pasti sangat sulit bagimu untuk mengingat wajahku. Tapi boleh juga otakmu. Aku memang Lirea!" Pandangan Rania pun jatuh pada sekujur tubuh Lirea dan hatinya langsung penuh dengan kebencian. Lirea tumbuh besar menjadi sangat cantik dengan kriteria wajahnya yang lembut dan menawan. Selain itu, dia memiliki batang hidung kecil yang terlihat cantik dan elegan serta bibir kecil yang seperti buah ceri. Dia benar-benar seperti seorang putri yang berjalan keluar dari cerita dongeng, begitu indah dan lembut. Terutama senyuman malasnya itu, yang seolah seperti tersenyum tetapi juga tidak tampak seperti tersenyum, benar-benar tidak tertandingi. Terakhir kalinya Rania melihat Lirea sudah sekitar tiga tahun yang lalu. Dia juga tidak menduga, kalau matanya sendiri bisa mengenali gadis itu. Rania memasang ekspresi meremehkan pada Lirea lalu berkata, "Kenapa kamu datang ke ibu kota? Ayah juga tidak memanggilmu. Biar kuberitahu, kamu jangan berharap kalau ayah akan mengakuimu. Dulu ayah memanggilmu, itu hanya karena kakek sedang kritis dan ingin melihatmu. Ingat ya, nama keluargamu itu Handoyo, bukan Juwanda!" Kalau kedatangan Lirea kesini karena menginginkan aset keluarga Juwanda, Rania tidak akan mungkin membiarkan hal itu terjadi. Semua yang ada di keluarga Juwanda adalah miliknya, tidak ada hubungannya sedikitpun dengan orang luar yang bernama Lirea ini. Sementara itu, sebuah senyum malah menggantung di wajah Lirea. Dia memainkan rambutnya sendiri sambil memasang ekspresi malas dan santai. "Oh, tidak bisa begitu. Sekarang ibuku sudah tidak bisa menanggung diriku lagi. Jadi, aku ingin mendaftar kuliah dan bagaimanapun aku juga anak gadis dari Tomi Juwanda. Sudah seharusnya di membayar biaya kuliahku. Aku sudah merencanakannya, kalau ayah tidak bersedia membayarnya, aku akan menuntutnya di pengadilan. Apalagi, sudah bertahun-tahun lamanya, dia tidak pernah sedikit pun menafkahiku." Mendengar Lirea yang ingin mencari ayahnya untuk mendapatkan uang, rona wajah Rania langsung menggelap. "Lirea, kamu itu hanya anak haram! Kamu punya hak apa sampai menginginkan uang dari ayahku. Apa kamu tahu anak haram itu apa? Memalukan! Tidak pantas untuk diungkapkan! Selama ayah tidak mau mengakui keberadaanmu itu, meskipun kamu berusaha mengungkapkannya sampai suaramu serak dan lidahmu rusak, tidak akan ada orang yang percaya!” "Oh… benarkah?" kata Lirea yang tidak peduli. Di wajahnya yang cantik muncul sebuah senyuman yang lembut dan elegan."Aku ada di pesta kakak sepupu keduamu."Shaka berkata dengan lemah, "Aku tahu."Kemudian, dia benar-benar menutup panggilan itu.Sembari menutup telepon, wajahnya tampak kusut. Dia sama sekali tidak menyukai orang yang bernama Rachel dan Amelia. Kalau pun sebelumnya dia pernah menyukainya, kini semuanya sudah habis.Melihat Lirea jongkok dengan serius bermain game, dia diam-diam berjalan melewatinya. Tangannya berada di saku celana, dengan kaki yang panjang, penampilannya tampak alami. Dia berdiri di depan Lirea dengan postur yang keren."Aku akan membawamu keluar untuk bermain."Tanpa mendongak, Lirea hanya menjawab ringan."Main apa?""Pergi ke pesta besar perusahaan kakak sepupu keduaku."Dia mengerutkan kening, lalu dengan wajah terganggu dia menjawab, "Aku tidak mau!""Ada banyak makanan enak di sana.""Aku sedang datang bulan, jadi tidak banyak makanan yang bisa kumakan. Percuma saja aku datang. Tidak!""Ada banyak bintang dan selebritas terkenal.""Tidak ada hubungannya dengan
Kelvin menatapnya dengan wajah ingin tahu, tetapi tidak ada rasa takut dan malu, hanya ada kepolosan di matanya yang besar.Dia sangat cantik, memiliki pesona seorang wanita dewasa, lekuk tubuh yang indah, dan menguar wangi samar milik wanita di sekujur tubuhnya.Ya, sangat tidak salah.Dia tampak seperti seorang wanita muda, sama sekali tidak seperti seorang ibu dengan anak gadis berusia 18 tahun.Kelvin memandangnya, sudut matanya yang indah sedikit berbinar, dengan tangan bersedekap, dia duduk di tempat tidur, "Apa kamu yakin ini adalah kamarmu?"Nadia sedikit terkejut, terlebih dengan pertanyaan yang baru saja Kelvin ajukan, "Ya, 3699, aku sudah memasukkan kartu yang sesuai."Seketika, Kelvin mengerutkan kening. Kamar wanita ini adalah 3699, dan kamarnya sendiri juga di 3699. Dengan pengalaman bertahun-tahun di pusat perbelanjaan, dia mengerti jika itu adalah umpan dari perusahaan Nadia.Dengan menggunakan seorang wanita?Meskipun Nadia agak tidak rapi, dia juga memiliki kehidupan
Shaka mengerutkan kening sambil menunjukkan wajah jijik, "Abaikan saja dia. Bukan orang yang penting.”Melihat Shaka mengerutkan kening, entah kenapa Lirea merasa suasana hatinya sangat baik.Amelia?Sudah kembali?Itu artinya kembali ke Ibukota?Kalau begitu, bisakah kita mengadakan pertemuan formal?Dia tidak pernah bertemu dengan Amelia sebelumnya, tapi dia memiliki dendam yang cukup besar.Dia ingin melihat dengan matanya sendiri kecantikan seperti apa yang membuat Rachel tergila-gila seperti itu.Orang-orang di lapangan berlari selama dua putaran, dan mereka semua lelah. Satu demi satu, mereka tersentak dan memandang Lirea dan Shaka. Mereka duduk di dalam mobil, duduk berdekatan dan mengobrol riang, sepertinya mereka sangat bahagia.Tidak benar!Gambaran seperti ini tidak benar!Lirea berseberangan dengan Shaka, bukankah itu sama saja dengan Mars menghantam Bumi, Ultraman melawan monster kecil, dan dinosaurus melawan ayam?Kapan gambaran dua orang ini menjadi begitu serasi dan co
"Eh?" Dia mendongak di bawah sinar matahari yang cerah, "Bukankah kamu ingin aku melakukan push-up, sit-up, dan lari?"Bukankah ini cara yang biasa Shaka lakukan?Dengan ketidakpuasan yang nyata dia berkata, "Kamu baru saja terluka. Apa menurutmu aku tidak punya hati dan perasaan?"Terlebih lagi, dia masih dalam masa datang bulan, jadi Shaka tidak bisa membuat masalah. Kemarin, Dokter Lia mengatakan kalau selama masa datang bulan, Lirea harus memperhatikan kegiatannya yang membuatnya kelelahan, dan diminta untuk menahan diri dari berhubungan badan. Kalau begitu, mana berani Shaka melatihnya?Tetapi Lirea tidak punya pilihan selain datang ke pelatihan militer. Sementara Shaka tidak punya pilihan selain mengurusnya.Setelah mendengar itu, Lirea merasa tidak akan ada kebohongan dari ucapan Shaka. Jadi, dia segera berdiri, menepuk-nepuk debu di tubuhnya, dan membungkuk dengan hormat pada Shaka."Terima kasih atas kebesaran dan ketidakegoisanmu. Aku akan memujimu sepanjang hidupku!""Janga
Dan Shaka yang sangat bijaksana, akhirnya memperhatikan gadis dalam pelukannya lalu membuat keputusan yang sangat penting!Ketika Lirea belum berusia 18 tahun, dia masih tidak memikirkannya!Sungguh, itu terlalu berlebihan.Dan hari ini, saat dia bersiap untuk melakukannya, alhasil...Jika kejadian seperti ini harus terulang beberapa kali lagi, dia akan merasa bahwa kesehatannya akan bermasalah.Setelah mengantar Dokter Lia pergi sesaat setelah memberi Lirea obat, Lirea berbaring dengan malas di pelukannya. Shaka menghela napas, sembari terus mengusap-usap bahu kecil Lirea, "Sayang, kita akan melakukannya saat kamu sudah dewasa. Maafkan aku tadi, tidak biša menahan diri.”Sontak, wajah Lirea memerah dan dia segera menutupi wajahnya dengan selimut, hanya menyisakan sepasang mata hitam besar di luar, dan berkedip padanya, "Apa kamu benar-benar biša menahannya?"Kenapa Lirea begitu tidak yakin?Sedangkan Shaka tampaknya telah membuat beberapa keputusan penting.Sembari mengepalkan tangan
Sementara Lirea terus bersembunyi di kamar mandi dan sama sekali tidak mau keluar.Ini sama seperti bunuh diri! Benar-benar sangat memalukan sekaligus mengecewakan.Bahkan pada saat momen penting seperti itu, kenapa dia harus datang bulan?Memikirkan ekspresi cemberut Shaka barusan, dia ingin tertawa.Bisa dibayangkan betapa tertekannya Shaka sekarang.Akhirnya, Lirea mandi air panas di kamar mandi, mengenakan jubahnya, dan keluar. Wajahnya agak kaku, lalu dia duduk di samping Shaka, "Itu... bisa bantu aku?"Shaka bahkan tidak memiliki mood untuk melihat Lirea, dia hanya menoleh dengan malas dan berkata, "Apa?"Wajah Lirea memerah, "Itu, tidak ada pembalut di sini, apa kamu bisa pergi membelinya untukku?""Lirea!" Shaka duduk dari tempat tidur dan memelototinya dengan marah. Dia seperti ingin memotongnya menjadi beberapa bagian, "Apa katamu? Apa yang kamu ingin aku belikan untukmu?"Pembalut?Dia adalah seorang Shaka yang terhormat, seorang penguasa ibu kota, dan seorang tuan muda dar