Share

Nekad

Author: Leo Nil
last update Last Updated: 2023-10-17 15:22:04

Tringg!

'Teruntuk malaikat kecilku. Maaf karena kami berdua tidak bisa pulang nanti malam. Ayah ada penerbangan mendadak ke Busan bersama Ibu. Ini perjalanan bisnis yang penting, mungkin kami akan terlambat pulang selama 3 hari. Jangan lupa untuk makan malam yah, kami berdua mencintaimu.' ~Ervano My Sugar Dady.

Sial!

Aku mendesah, melempar benda pipih itu kesembarang arah lantas mengacak rambut kasar.

Perjalanan bisnis apanya?

Apa mereka pikir aku bodoh? Bilang saja jika itu bukan perjalanan bisnis, melainkan rencana bulan madu mendadak. Aish! Menyebalkan.

Di saat emosiku hampir memuncak, kudengar pintu depan diketuk. Mau tak mau, aku segera berjalan ke arah ruang tamu. Lantas mengecek siapa yang berani bertamu malam-malam begini.

Sebelum kubuka, terlebih dahulu kuintip sebentar dari balik korden. Antisipasi saja, jika yang bertamu bukanlah orang asing atau penjahat yang menyamar.

Betapa terkejutnya aku saat mengintip dari balik korden. Apalagi saat melihat Jay yang berdiri di depan pintu dengan seragam sekolah basah kuyup. Surai hitamnya juga terlihat lepek serta ada luka lebam yang menghiasi wajah tampannya itu.

Untuk sesaat aku terpaku, sampai kemudian manik segelap malam itu melihat diriku yang mematung di balik kaca.

"Buka!" bentak Jay dari luar.

Tatapannya begitu tajam hingga bisa meremukkan tulang-tulangku. Bahkan senyum jahil miliknya yang biasa aku lihat, kini tak nampak diwajah itu. Yang ada hanya tatapan dingin serta menusuk.

Cklek!

"Buka pintu aja lama! Lo pikir gue nggak kedinginan apa?"

Lo-gue?

Entah mengapa, kata-kata itu terasa asing saat kudengar. Jujur, aku lebih nyaman saat Jay menggunakan kau-aku, untuk berbicara denganku. Sebab itu terkesan sedikit lebih sopan. Ya, meskipun lebih sering dia melontarkan kata-kata yang mengejek dari pada pujian, sih.

"Loh, muka Abang kenapa?" tanyaku khawatir, saat melihat luka-luka diwajahnya.

Hampir saja tangan kananku reflek menyentuh luka lebam di bagian bawah mata kirinya. Namun, belum sempat jari-jemari tanganku sampai. Jay sudah menepisnya dulu dengan kasar.

"Mau apa lo?" tanya Jay sewot.

Kentara sekali jika kakak tiriku itu tidak menyukai aku. Jay bahkan sempat mendecih sembari menatap diriku jijik. Hal itu terlihat saat dia memutar kedua bola matanya malas ke arah lain.

"Aku cuma mau mastiin luka lebam dimuka Abang aj-"

"Ck, emang lo siapa? Mendadak perhatian ke gue?" potong Jay.

"A-adek?" jawabku kemudian.

Kulihat Jay menarik sudut bibirnya ke atas. Sebelum kemudian tertawa terbahak-bahak seperti orang setengah waras.

"Kocak, Ibu kandung gue aja tutup mata selama ini. Tapi, lo! Anak ingusan kemarin sore sok-sokan peduli?"

Jay masih melayangkan senyuman mautnya, sampai di detik berikutnya pria jangkung itu mendorong tubuhku keras ke arah dinding mendadak.

"Sayangnya gue nggak peduli, minggir lo!"

Bruks!

"Aow! Abang bisa santai aja nggak, sih? Emangnya, Odyl ada salah apa, sampai harus Abang bentak-bentak terus di dorong kasar begini?" tanyaku akhirnya.

Jujur, aku sudah menahan diri untuk tidak emosi saat berhadapan dengan Jay sore ini. Tapi, melihat pria itu yang minim tata krama membuatku naik pitam pada akhirnya.

"Cih, lo berani sama gue?" ucap Jay.

Kulihat dia menghentikan langkah kakinya yang hampir menginjak anak tangga. Kemudian berbalik menghampiri diriku yang masih mengaduh di depan pintu sembari menatapnya sengit.

"Kenapa juga Odyl harus takut, emang Abang siapa?" kataku menantang.

Jay kembali tersenyum. Berjalan semakin dekat, sampai-sampai hampir mengikis jarak di antara kami.

"Lo!" tunjuknya padaku tepat di depan mata.

"Udah tau pendek masih aja sok-sokan nantangin gue. Minum susu aja sono, cuci tangan, cuci kaki terus bobo, kelar kan?"

Sumpah ya, Jay itu benar-benar makhluk paling menyebalkan di dunia. Hanya karena dia punya tubuh jangkung kayak tiang listrik, bukan berarti dia bisa ngebully dong.

"Abang!!!" pekikku kencang ketika Jay mencubit hidungku tiba-tiba.

Sungguh, itu sakit sekali. Tapi, kakak tiriku malah tertawa terbahak-bahak kembali kemudian segera berlari menaiki anak tangga. Tentunya meninggalkan diriku yang masih mengaduh di bawah dengan menghentakkan kaki kesal di atas lantai.

"Makanya, klo punya hidung itu yang mancung. Biar gue nggak gemes pengin narik wkwkkkw ..." kata Jay keras seraya menjulurkan lidah menggodaku dari lantai atas.

Aku yang mendengar ejekannya itu, hanya mendelik sembari mendecih pelan.

"Nyebelin!"

©©©

Sudah hampir dua jam lebih aku berbaring di atas kasur sembari menatap langit-langit kamar yang dihiasi dekorasi bintang-bintang dan segala jenis pernak-pernik astronomi.

Sialnya, rasa kantuk tak kunjung datang juga.

Mendesah berat, kembali kugoyangkan kakiku. Menendang-nendang udara secara brutal, melampiaskan kekesalan saat bertemu Jay tadi. Ah, jika mengingat muka Kakak tiriku yang songong itu, sungguh membuat darahku kembali mendidih.

Memang Jay tidak lelah apa, menggodaku setiap waktu? Padahal, jika pria jangkung itu bersikap cuek dan masa bodoh, akan jauh lebih bagus dari pada sifat aslinya yang petakilan. Pasti, akan banyak sekali wanita yang mengantri hanya untuk mengetuk pintu hatinya. Jujur, membayangkannya saja membuatku geleng-geleng kepala. Karena, hal itu hanya ada dalam imajinasiku saja.

Seorang Jay? Jangan harap dia akan berubah. Itu terlalu mustahil.

Disaat pikiranku masih sibuk berkelana. Samar-samar aku mendengar suara seperti benda yang terjatuh begitu keras. Asalnya, akupun tidak tahu. Hanya saja, aku memiliki asumsi, jika suara itu berasal dari kamar Jay.

Apalagi, pintu kamarnya tertutup rapat. Itu malah membuat kecurigaan seketika menguasai diriku. Sebenernya, hal apalagi yang sedang pria jangkung itu lakukan di dalam sana?

Penasaran, aku pun segera berjalan mendekati pintu kamar Kakak tiriku. Mendekatkan kepala ke arah daun pintu, berniat menguping jikalau ada suara-suara aneh yang kembali kudengar.

Hanya saja, belum ada semenit aku berdiri. Pintu kamar berwarna cokelat itu mendadak terbuka sendiri dan menunjukkan hal gila padaku.

"Jay!" jeritku kemudian.

Di sana, tepatnya di dekat meja belajar bagian kiri sisi ranjang. Kulihat Jay sudah terkapar tak sadarkan diri di atas lantai. Wajahnya terlihat pucat, dan bibirnya yang biasanya berwarna cerah alami, kini tampak keabu-abuan

Tak hanya itu, ada luka sayatan di pergelangan kiri tangan kakak tiriku yang terus-menerus mengucurkan darah segar.

Gila. Aku hanya bisa membatu di tempat dengan tangan gemetar. Bukan karena aku tak mau membantunya, hanya saja darah salah satu kelemahanku.

Sungguh, aku benci mengakui salah satu ketakutanku itu. Tapi, jika aku terus berdiri seperti orang bodoh begini. Nyawa Jay bisa saja keburu melayang.

Dengan rasa takut dan gemetar, kudekati tubuh Jay yang terkapar itu. Meletakkan bagian kepalanya ke atas paha, kemudian menepuknya pelan. Aku bahkan tak peduli dengan t-shirt putihku yang kini berlumuran darah. Karena sekarang, hanya Jay yang aku pikirkan.

"Bangun! Kenapa Abang nekad banget, sih?" kataku sambil terisak malam itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dicintai Kakak Tiri Posesif   Jejak Bayangan

    Langit mendung menggantung rendah di atas sekolah pagi ini, menggambarkan persis bagaimana rasanya berjalan ke neraka setiap hari. Begitu aku melewati gerbang, bisikan-bisikan itu langsung menyambutku, mencabik-cabik ketenangan yang sejak tadi pagi aku coba bangun."Lihat, pembunuhnya datang," suara seorang gadis memekik dari lorong sebelah.Aku menunduk, mencoba tak peduli. Tapi bisikan-bisikan itu seperti belati yang menghujami punggungku."Jangan dekat-dekat sama dia, nanti lo juga jadi korban," bisik yang lain, disusul tawa sinis teman-temannya.Aku menguatkan langkahku, mencoba mencapai kelas sebelum sesuatu yang lebih buruk terjadi. Tapi harapanku pupus ketika Doni, salah satu siswa yang paling sering menggangguku, muncul di tikungan."Hei, Odyl," katanya, senyumnya menyeringai seperti iblis.Aku ingin kabur, tapi tubuhku menegang.Menjadikanku hanya bisa berdiri diam ditempat."Lo pikir, lo bisa lolos dari ini semua?" dia melangkah mendekat, mendorongku ke dinding."Bukan Odyl p

  • Dicintai Kakak Tiri Posesif   Pembunuh

    Aku masih mengetuk pintu kamar kakak tiriku ini dengan kerasnya. Berharap jika pria tampan berparas malaikat itu segera membukanya dari dalam sana.Namun, lagi dan lagi. Usaha yang aku lakukan tak mendapatkan apapun. Malah Roselin tiba-tiba menarik pergelangan tanganku dengan kencangnya, hingga membuat tubuhku seketika berputar, menjadi menghadap ke arahnya yang kini menatap wajahku marah."Odyl!" bentaknya keras, yang membuatku detik itu juga tersentak saking kagetnya.Sebab, ini kali pertama aku melihat Roselin menatap mataku begitu penuh emosi. Hingga rasanya aku tak sanggup membalas tatapan matanya yang tajam itu."Kenapa kamu susah sekali diatur, sih? Dan satu lagi, berhenti bertanya soal Jay. Karena dia sudah tidak tinggal lagi di rumah ini!" Tidak ada kebohongan dibalik kata yang Roselin ucapkan padaku. Justru, aku makin merasa jika ibu tiriku ini benar-benar sangat marah sekali, serta tak peduli. Tapi, kenapa?Memang apa yang sudah Jay perbuat, selama aku tak sadarkan diri se

  • Dicintai Kakak Tiri Posesif   Cemas

    Aku terduduk di atas kasur dengan pandangan mata kosong menatap ke arah luar jendela. Yang tanpa sadar mengulang kembali memori dimana aku hampir mati malam itu. Mungkin ini sudah tiga hari semenjak acara camping keakraban tempo hari. Yang membuat Ayah dan Roselin, langsung melarangku untuk tidak pernah ikut lagi dalam acara sekolah apapun itu. Terlebih jika ada kegiatan di luar ruangan. Mereka berdua menjadi overprotektif dalam sekejap. Apalagi saat melihat kondisi kakiku yang bengkak dan baru terlihat sembuh beberapa hari kemudian. Ayah dan Roselin, entah mengapa menjadi lebih ketat.Lalu soal Jay? Aku belum melihat batang hidungnya semenjak kejadian dia menggendong tubuhku untuk keluar dari hutan, sampai detik ini. Fyi, apa jangan-jangan dia merasa bersalah karena gagal menjaga aku? Sampai diberi hukuman oleh Ayah dan Roselin juga? Namun, jika melihat karakternya yang suka melawan, harusnya sih, Jay masa bodo.Ah, sial! Aku jadi merasa khawatir. "Odyl!" Kulihat pintu kamarku d

  • Dicintai Kakak Tiri Posesif   Rintik Hujan

    "Katakan padaku, siapa yang melakukan ini padamu?" Pertanyaan singkatnya itu, seketika membuat tangisanku pecah. Aku tidak tahu, kenapa bila bersama dengan Jay. Aku menjadi sosok yang begitu lemah dan manja. Seolah-olah aku sedang menunjukkan jati diriku padanya, jika yah, ini aku, seorang gadis tujuh belas tahun yang benar-benar butuh kasih sayang. Bukan seperti Odyl yang kebanyakan orang kenal, jika aku ini anak yang ceria dan suka ikut campur dalam urusan orang lain. Terlebih lagi, dalam urusan menegakkan keadilan. Seolah-olah, Jay itu sesuatu. Yang mampu membuatku menunjukkan sikap asliku. Yakni, salah satu sikap yang memang tak pernah aku tunjukkan pada siapapun, bahkan ayahku sendiri.Kulihat dia masih menatap wajahku lekat, tanpa sekalipun ingin mengalihkan perhatiannya itu barang sedetik pun dariku. Kedua tangannya juga terulur, yang dengan cepat menangkup wajahku supaya tetap menatap lurus ke arah kelereng hitamnya itu, yang jika semakin kuselami dalam-dalam, aku tak tahu

  • Dicintai Kakak Tiri Posesif   Halusinasi?

    Aku terbangun saat merasakan rintik hujan membasahi permukaan pipi. Juga karena bunyi gemuruh petir yang cukup memekakkan gendang telinga. Entah sudah berapa lama aku tak sadarkan diri, namun saat aku mencoba melihat sekeliling. Rupanya aku masih berada ditempat yang sama, dimana aku jatuh dan mulai kehilangan kesadaran diri. Hal pertama yang memaksa semua panca inderaku bekerja bukan hanya dari sentuhan tetesan hujan. Melainkan karena rasa sakit yang masih sangat terasa diarea kaki, hingga menggeser posisi pun begitu sulit bagiku. Meringis pelan, aku mencoba sebisa mungkin untuk mengatur posisi tidurku menjadi setengah duduk. Dengan cara menyeret tubuh ini ke arah akar pohon yang mencuat keluar, sebagai tempat untuk menyandarkan punggung. Kulihat langit makin menggelap, selain karena tertutup mendung. Sepertinya malam hampir tiba. Hal yang tiba-tiba mengingatkanku dengan keadaan sebelumnya. Jika benar ini hampir petang, itu berarti aku sudah seharian tak sadarkan diri di sini. S

  • Dicintai Kakak Tiri Posesif   Ibu, Tolong!

    "I love you, Odyl." Siapa? Cowok yang tiba-tiba membisikkan kata-kata seperti itu ditengah bisingnya sekitar. Cowok yang dengan lugunya mengambil kesempatan dalam kesempitan, dan bersembunyi didalam gelap malam.Jujur, aku masih memikirkannya sampai detik ini. Kejadian semalam yang kuanggap layaknya sebuah mimpi manis. Tiba-tiba membuat pagiku yang biasanya cerah tanpa beban. Berubah sedikit mendung dengan berbagai macam pemikiran.Jelas, aku masih memikirkannya. Bahkan saat, guru sedang menerangkan beberapa penjelasan tentang games yang akan dilakukan pada pukul 09.00 nanti. Pikiranku seolah-olah tak berada di tempat ini.Walaupun begitu, aku masih saja bersikap seolah-olah aku mendengarkan semua penjelasan beliau dengan baik, dari awal sampai akhir. Sekitar sepuluh menit setelah pengumuman tadi, kami dikumpulkan kembali ditengah lapangan tempat api unggun semalam. Untuk dibagi menjadi beberapa regu yang berisikan dua sampai tiga orang anggota. Kudengar sih, akan ada acara jelaja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status