Di ruang makan Alana telah menghabiskan sarapan yang disajikan oleh Hesti. Tanpa sadar dia menggerakan kepala serta tubuhnya ke kanan dan ke kiri.
‘Mengapa tubuhku rasanya pegal semua? Aku juga merasa sedikit lelah, padahal ini masih pagi’ pikirnya.
Akhirnya Alana memutuskan untuk kembali ke kamar dan merebahkan tubuhnya, niatnya hanya ingin rebahan sebentar. Namun, akhirnya dia kembali pulas tertidur. Entah berapa lama dia terlelap, Alana mulai membuka matanya saat merasakan jemari seseorang menyentuh pipinya.
“Alana, bangunlah... aku sudah pulang”
Samar terdengar suara seorang pria membangunkanya, dan saat matanya benar-benar terbuka, Alana melihat suaminya sedang duduk disamping ranjang dan tengah tersenyum menatap kearahnya.
“Mas Cakra, mas kemana aja? Kenapa selama tiga hari ini mas ga pulang ke rumah? Aku takut mas, apalagi dengan ular besar peliharaanmu itu”
“Sayang, mas kan udah bilang, mas sedang mengembangkan bisnis mas, ini juga untuk masa depan kita sayang, tapi mas janji setelah semua urusan pekerjaan beres, kita akan berbulan madu”
“Tapi mas-“
“Sshh... sudah ya, mas lelah, baru pulang dari Sumatra untuk mengecek beberapa cabang restoran kita disana, dan rencananya mas juga ada buka lagi di beberapa kota disana”
Alana kembali harus menelan kekecewaanya, karena semenjak menikah, sikap Cakra berubah drastis padanya. Alana memang tak menyalahkan Cakra sepenuhnya, karena pria itu memang selalu mengatakan ingin membahagiakanya dengan limpahan harta seperti yang selalu dituntut oleh kedua orangtua Alana. Mungkin itu sebabnya Cakra berusaha dengan gigih mengembangkan bisnis restoran dan juga kulinernya untuk menunjukan pada mertuanya bahwa dia mampu untuk mencukupi segala kebutuhan Alana lebih dari saat dia masih tinggal bersama kedua orangtuanya.
Cakra melepaskan pakaianya dan mengganti dengan pakaian rumahan, setelahnya dia pun segera naik ke tempat tidur, tanpa menghiraukan Alana yang masih terbaring disampingnya, Cakra memejamkan mata dengan posisi memunggungi istrinya itu.
Tinggalah kini Alana yang kesal dengan sikap Cakra, tak ada keromantisan pengantin baru yang diharapkanya. Padahal saat berpacaran dulu Cakra selalu memanjakan Alana, dia bahkan memberikan apapun yang diminta Alana, termasuk sebuah mobil mewah keluaran Eropa dengan harga fantastis yang diberikanya pada saat Alana berulang tahun sebagai hadiah ulang tahunya.
Itulah sebabnya Alana nekad menikahi Cakra yang baru dipacarinya selama enam bulan meskipun harus menentang kedua orangtuanya.
Alana sendiri tak mengerti mengapa ayah dan ibunya tak merestui hubunganya dengan Cakra, terutama ibunya. Wanita paruh baya itu bahkan tak menghadiri acara pernikahan putri bungsunya itu. Padahal Cakra Heryawan adalah sosok pria mapan dan wajahnya pun cukup tampan, entah atas dasar pertimbangan apa ibunya itu selalu saja mengatakan bahwa Cakra bukanlah pria baik.
Walaupun diakui Alana, setelah menikah Cakra seakan tak mempedulikanya, tetapi jauh di lubuk hatinya Alana mengerti akan kesibukan sang suami, itu karena dia ingin bersanding sejajar dengan keluarga Alana yang memang jauh lebih berada dibandingkan Cakra yang hanya seorang anak yatim piyatu.
Kakak perempuan Alana pun menikah dengan suami pilihan kedua orangtuanya, yang adalah anak dari rekan bisnis ayahnya dan juga seorang yang memiliki jabatan di pemerintahan. Dan kini mereka telah dikaruniai seorang anak yang imut dan lucu.
“Kalau suamiku terus saja mengacuhkan diriku, kapan kami akan memiliki buah hati?” gumam Alana sambil memperhatikan punggung suaminya yang kini telah pulas tertidur karena lelah.
Alana bangkit dari tempat tidur, dan berjalan menuju walk in closet. Setelah berganti pakaian karena menurutnya baju yang dikenakanya terlihat kusut akibat dia bawa tidur, ia pun keluar dari dalam kamarnya.
“Nyonya, apakah anda baik-baik saja?”
Hesti yang merasa heran karena hari ini Alana lebih sering berada di kamarnya, terlebih dia tadi mengecek Alana kembali tidur setelah memakan sarapanya, melihat Alana dengan tatapan yang rumit.
“Aku baik-baik saja Hesti, jam berapa sekarang?”
“ini sudah hampir memasuki jam makan siang nyonya, saya sudah menyiapkan makanan di meja jika anda sudah merasa lapar”
“Iya, aku lapar” Alana pun langsung berjalan menuju ruang makan, disana dia melihat beberapa menu masakan yang menggugah selera. Memang Hesti sangat pintar memasak. Semua masakanya selalu cocok di lidah Alana.
“Kenapa aku cepa merasa lelah dan lapar ya? Padahal tidak melakukan pekerjaan apapun, tidak biasanya aku seperti ini”
Untunglah Hesti memasak cukup banyak. Hari ini Alana makan sangat lahap, dia menghabiskan hampir separuh dari semua makanan yang terhidang diatas meja.
“Ya ampun... porsi makanku seperti kuli saja, aku makan banyak sekali, tapi bodo amatlah, yang penting aku merasa kenyang sekarang”
***
Esok hari sinar matahari pagi masuk melalui celah jendela yang terbuka, entah siapa yang telah membuka jendela kamar Alana pagi ini. Perlahan mata Alana mengerjap karena terkena cahaya, dan perlahan terbuka.
Tangan Alana mengusap sisi ranjang disebelahnya, terasa dingin dan kosong. Alana pun menoleh, tak didapatinya siapa pun disisinya.
“Mas Cakra kemana?” gumamnya.
Saat Alana menyibakan selimut yang menutupi tubuhnya, matanya membulat kala melihat tubuhnya yang sudah tak memakai sehelai benangpun.
Ingatanya perlahan terkumpul, berawal dari dirinya yang banyak makan seharian kemarin hingga merasa kenyang dan mengantuk, lalu Alana kembali ke kamar dan merasa matanya amat berat hingga dirinya kembali terlelap.
Dalam kamar yang gelap dia merasakan ada sosok yang menggaulinya begitu hebat hingga dia beberapa kali menjerit dan mendesah dalam kenikmatan.
“Sial! Lagi – lagi aku bermimpi seperti itu” umpatnya.
Namun kali ini dia merasa heran karena pakaian yang dikenakanya tadi malam ikut terlepas dari tubuhnya. Ini sudah kesekian kalinya Alana bermimpi berhubungan badan dengan seorang pria tampan yang sama sekali tak di kenalnya.
“Kali ini mimpiku benar-benar aneh, atau... jangan-jangan tadi malam Mas Cakra yang diam-diam melepaskan pakaianku?”
Dalam keraguan hatinya, akhirnya Alana memutuskan untuk tak terlalu memikirkan tentang mimpinya, dan beranggapan bahwa pakaianya memang ditanggalkan oleh Cakra, suaminya. Entah untuk alasan apa Cakra melakukan hal itu padanya. Namun saat Alana teringat bahwa semalam dirinya memang merasa amat sangat mengantuk, Alana pun menjadi yakin bahwa itu memang benar perbuatan suaminya.
“Aku harus meminta maaf pada Mas Cakra karena semalam tidur sangat pulas sampai-sampai tak menyadari bahwa suamiku menginginkan diriku”
Alana bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri dan berhias dengan memakai pakaian yang menurutnya membuat dirinya terlihat lebih cantik.
Dengan langkah tergesa, Alana mencari keberadaan Cakra di ruang kerjanya. Namun dia harus menelan kekecewaan karena ruangan itu kosong.
“Hesti, apa kau melihat suamiku?” tanya Alana pada Hesti yang kebetulan saat itu datang hendak membersihkan ruangan tersebut.
“Tuan sudah berangkat ke kantor tadi pagi nyonya.” Hesti menjawab dengan sedikit membungkukan tubuhnya didepan Alana.
Baru saja Alana akan menelpon Cakra, namun ponselnya berbunyi dan menunjukan sebuah pesan singkat yang diterimanya.
[Alana, aku ada meeting penting pagi ini, aku pulang nanti malam, jangan menungguku, kau tidurlah lebih dulu]
Alana membaca pesan dari suaminya, dan merasa sedikit kecewa, karena kembali dia ditinggal sendirian, suaminya lebih memilih menyibukan diri dengan pekerjaanya.
Di dalam kamarnya, Alana langsung berselancar di dunia maya untuk mencari cara menggugurkan janin yang di kandungnya, karena ini bukanlah janin biasa, Alana pun mencari di beberapa situs, hingga kemudian ia teringat padaseorang dokter kenalan ibunya yang diam-diam menerima pekerjaan untuk aborsi bagi wanita muda yang hamil di luar nikah.“Apa aku minta bantuan Tante Risda saja ya? Tapi... bagaimana jika nanti dia ngadu ke mama?” sesaat Alana bimbang, namun akhirnya ia membulatkan tekadnya.“Apa yang sedang kau pikirkan?”Suara Raja Agha yang tiba-tiba terdengar serta sosoknya yang juga tiba-tiba berada disampingnya membuat Alana gugup, ia khawatir pria jelmaan siluman itu mendengarkan apa yang baru saja ia ucapkan tadi.“Aa... ituu... bukan apa-apa. Aku hanya merasa bosan tapi tidak tahu apa yang harus kulakukan”Alana terpaksa berbohong karena tidak ingin Raja Agha mengetahui bahwa ia berpikir untuk menggugurkan kandunganya.“Bagaimana jika kau berjalan-jalan di area rumahmu, bukanka
“Apa yang kau lakukan Raja Agha? Mengapa kau menampakan wujud ularmu dan menakuti orang-orang itu?” Alana yang emosi membentak sambil menatap pantulan Raja Agha dari cermin.Dalam sekejap Raja Agha merubah wujud ularnya menjadi manusia, ia duduk santai di seat belakang sambil balas menatap Alana yang memperhatikanya dari kaca spion sambil menyetir perlahan meninggalkan area tersebut.“Dalam kerumunan itu ada seseorang yang membawa benda yang membuatku tak bisa menggunakan wujud manusiaku terlalu lama” jawabnya.Alana terdiam sesaat, namun kemudian ia menggendikan bahunya acuh. Terlebih kini fokusnya adalah memikirkan tentang masalah wanita yang menjadi selingkuhan sang suami.‘Apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa Lidya ditemukan telah meninggal dalam keadaan mengenaskan? Dan apakah benar itu adalah kasus tabrak lari?’Merasa ada keanehan, Alana menepikan mobilnya dan mencoba menghubungi salah seorang karyawan Cakra yang dekat denganya, dan beruntungnya panggilan telponya langsung ter
“Hentikan Raja Agha!”Entah dari mana datangnya, tiba-tiba Cakra Heryawan telah berdiri di belakang Raja Agha. Dalam sekejap mata, ular besar itu berubah wujud kembali menjadi Raja Agha.“Kau telah melanggar janjimu Cakra! Kau telah membunuh rakyatku, dan wanita ini telah membinasakan anak-anak dari bangsa ular”“Itu salahmu sendiri raja Agha, karena kau menolak untuk memberikan sisik emas di kepalamu itu”“Dasar manusia serakah! Kau sungguh manusia biadab Cakra, aku akan menuntut balas atas pembantaian yang kau lakukan pada bangsaku”Raja Agha bersiap hendak menyerang Cakra, namun gerakanya terhenti saat mendengar kalimat yang diucapkan Cakra.“Hahaha, apa kau lupa? Aku memiliki kekasihmu, dan kau tak bisa melakukan apapun padaku, atau kekasihmu itu akan kuhancurkan”“Baiklah, kuakui kali ini kau menang Cakra! Tapi jangan harap kau akan selamanya bisa lolos dariku”Tubuh raja Agha menghilang dalam sekejap setelah selesai berkata, bersamaan dengan tubuh Hesti yang perlahan mulai berge
Alana begitu shock mendengar apa yang dikatakan Raja Agha. “Aku… hamil?”“Iya sayang, aku akan membawamu ke istanaku dan kita akan menikah disana”Alana tak lagi fokus atas apa yang dikatakan oleh Raja Agha selanjutnya. Mendengar bahwa dirinya saat ini tengah hamil membuatnya bimbang. Sebelumnya dia sudah bertekad akan mengajukan gugatan cerai terhadap suaminya. Namun, kini dia mengetahui bahwa dirinya dalam keadaan hamil.“Tidak! Aku tidak mungkin hamil anakmu. Ini pasti anaku bersama Mas Cakra” dengan putus asa dan hati dipenuhi kebimbangan, Alana menolak semua yang dikatakan oleh Raja Agha.“Apa kau lupa? Kita kerap bercinta di setiap malam, aku telah menyamarkan ingatanmu, kau merasa seolah itu adalah mimpi, tapi itu terjadi di alam nyata sayang”Alana tersentak mendengar perkataan pria bermata hijau itu. Kini dia teringat akan mimpi-mimpinya. Tentang pria yang kerap hadir di mimpinya dan melakukan kegiatan sebagaimana layaknya suami istri, dan ketika dirinya terbangun wajah pria
Alana merasa sedih dan kecewa, jika saja dirinya benar-benar hamil. Pasalnya ia sudah memutuskan akan mengajukan gugatan cerai pada Cakra, tapi dengan jika dirinya hamil, ia harus mempertimbangkan keputusanya demi sang anak.Sore hari Alana memutuskan untuk pulang ke rumahnya, ia membereskan pakaianya dan dimasukan ke dalam koper. Kedua orangtua Alana masih berada di luar kota, jadi Alana hanya akan menitipkan pesan pada Mbok Mar untuk berpamitan.Saat Alana menutup koper, ia mendengar seseorang memanggil namanya. Alana pun menoleh dan melihat ke sekeliling kamar.“Aneh, akhir-akhir ini aku sering sekali mendengar seseorang memanggilku” gumamnya.Alana bukanlah seseoroang yang takut pada mahluk ghoib, meskipun ia akui dirinya takut pada ular. Namun, saat ini ia merasakan bulu kuduknya meremang.“Alana...”Kembali terdengar seseorang memanggilnya, kali ini Alana memusatkan perhatianya untuk mendengarkan suara itu supaya lebih jelas.“Alana, ikutlah denganku...”Alana menoleh kesana kem
Tak terasa sudah tiga hari Alana menginap di rumah kedua orangtuanya, namun karena kesibukan ayah dan ibunya, Alana hanya bertemu satu kali dengan mereka, pada saat sarapan pagi sebelum kedua orangtuanya itu berangkat ke luar kota untuk urusan bisnis.Pagi ini Alana terbangun dengan merasakan tubuhnya lemas dan pusing. Alana bangkit dari tempat tidur dan meraih gelas beriisi air yang memang ia siapkan untuk dirinya sendiri. Setelah meminum air putih tersebut, Alana merasa mual dan ia langsung berlari menuju kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Namun, yang keluar hanyalah cairan bening. Pandangan matanya pun berkunang-kunang. “Apa yang terjadi dengan diriku? Kepalaku terasa berat sekali”Tubuh Alana menjadi limbung, dan sebelum dia jatuh ke lantai, samar-samar Alana merasa ada sepasang lengan yang menangkap tubuhnya, Alana melihat seraut wajah milik seorang laki-laki, namun pandanganya mengabur dan akhirnya semuanya gelap. Alana pun jatuh, tak sadarkan diri.“Alana...”Sebekum k