“Aaaaa...”
Teriakan Alana dipagi hari seolah lonceng rutin untuk membangunkan semua orang yang ada di rumahnya.
“Mas... ularmu” Alana berlari keluar kamar sambil berteriak memanggil suaminya. Para pelayan yang bekerja di rumah itu kini sudah hafal betul kegiatan rutin istri dari majikan mereka setiap pagi, selalu berteriak dan berlari keluar kamar dengan ketakutan.
Alana yang takut pada hewan melata itu memang hampir setiap pagi mendapati dirinya terbangun dengan seekor ular besar berada disampingnya, diatas tempat tidurnya.
“Dimana Mas Cakra?” tanya Alana pada salah seorang pelayan.
“Tuan sudah berangkat pagi-pagi sekali nyonya”
“Apa?! mengapa dia tidak membangunkan aku?”
Alana dengan kesal menghentakan kakinya ke lantai, dia hendak berjalan kembali ke arah kamarnya, namun teriangat bahwa ada ular besar berada di atas ranjang.
“Hesti, cepat kau keluarkan ular itu, aku mau mandi”
“Tt..tapi nyonya, bukankah tuan berpesan agar tak ada yang boleh menyentuh peliharaan tuan yang bernama Raja itu selain tuan dan nyonya?”
“Bagaimana mungkin seperti itu Hesti?! Aku paling jijik sama yang namanya ular, sudah cepat kau bawa pergi ular itu, masukan kembali ke kandangnya”
“Tapi nyonya, Raja tidak memiliki kandang disini, hanya dia yang diperbolehkan berkeliaran bebas di rumah oleh Tuan Cakra”
“Kau ini sungguh tak berguna Hesti!” Alana geram dengan penolakan Hesti, wanita yang seusia suaminya itu, selalu saja mengingatkan padanya tentang peraturan yang dibuat oleh suaminya di rumah tersebut.
Baru seminggu ini Alana Mahesa menikahi seorang duda tanpa anak, bernama Cakra Heryawan. Seorang pengusaha muda yang sukses dan mapan, memiliki beberapa usaha restoran yang cabangnya tersebar diseluruh kota besar di Indonesia.
Dengan langkah ragu dan takut, Alana membuka kembali pintu kamarnya, dilihatnya hewan melata itu masih melingkar diatas kasur.
Alana bergidik ngeri melihat ukuran tubuh ular tersebut yang besarnya melebihi ukuran ular pada umumnya, serta memiliki pupil mata berwarna hijau terang. Sorot mata ular itu pun tajam seolah mengerti setiap perkataan dan gerak tubuh manusia disekitarnya, dan tepat di tengah kepalanya terdapat beberapa tonjolan kecil seperti memakai mahkota. Cakra pernah mengatakan bahwa itu adalah ular dengan spesies langka.
Dengan langkah sedikit gemetar Alana masuk dan berusaha mengusir ular itu dari atas pembaringan.
“Dengar... wahai ular, jangan mendekatiku, dan pergilah keluar, jangan terus-terusan berada dikamarku, aku mau mandi” ucapnya seakan dia berbicara pada manusia.
Bukanya pergi sang ular malah merayap mendekatinya, Alana langsung membeku karena takut, dia menahan napasnya dan memejamkan mata.
Perlahan Alana merasakan ular besar itu mulai melingkari tubuhnya, hingga merasakan kepala ular itu tepat berada diwajahnya, Alana semakin ketakutan, keringat dingin mulai bercucuran dari dahinya, dia berpikir bahwa ini adalah hari terakhirnya hidup di dunia.
Sebuah keanehan terjadi, ular itu segera mengurai lilitanya, setelah itu binatang melata itu kembali merayap keluar dari kamar.
Alana terduduk lemas di lantai, hampir saja hilang kesadaran karena takutnya. Dia langsung berlari ke arah kamar mandi, untuk membersihkan dirinya yang menurutnya ketularan aroma ular.
“Badanku bau ular begini” gumamnya sambil menyalakan shower dan menggosok-gosok tubuhnya, tak puas hanya disitu, Alana mengisi bathub dengan ari hangat dan mencampurkan sabun serta pewangi kesukaanya.
Wanita berusia 26 tahun itu pun masuk kedalam bathup setelah menanggalkan seluruh pakaianya. Alana merebahkan dirinya dan berendam, dia juga tadi sudah menyalakan lilin aroma therapi untuk mengendurkan urat syarafnya.
“Sepertinya aku memang membutuhkan ketenangan seperti ini, setelah hampir setiap hari hidupku penuh ketakutan dan tegang dengan semua ular-ular peliharaan Mas Cakra” gumamnya dan dia pun mulai memejamkan mata, menghirup aroma yang membuatnya tenang. Tak lama Alana pun mulai terlelap.
Entah berapa lama Alana tertidur, saat dia merasakan sesuatu merayap dan melilit tubuh polosnya, Alana ingin membuka matanya, namun terasa amat berat sekali, hanya napasnya saja yang terlihat terengah.
Alana begitu ketakutan menyadari bahwa saat ini ular bernama Raja itu tengah berada dalam satu bathup denganya. Dia pun merasakan tubuh sang ular yang mulai melilit keseluruhan tubuhnya dengan ekor menjuntai diantara kedua pahanya.
Alana berusaha keras untuk membuka matanya yang terasa berat seolah ada satu kekuatan yang menahanya. Dirasakan olehnya lilitan ular itu mulai mengendur. Namun alangkah terkejutnya Alana saat dirasakanya hewan melata tersebut berubah menjadi sosok manusia.
“Aaahhhh....”
Alana menjerit dan langsung membuka matanya, ia melihat ke sekeliling kamar mandi, namun tak dijumpainya sosok manusia maupun ular disana.
“Ya ampun, apakah aku bermimpi? Mengapa terasa nyata sekali? Sepertinya tadi ular peliharaan Mas Cakra ada disini, dan berubah wujud menjadi manusia” gumam Alana sambil menggelengkan kepalanya.
Perlahan Alana pun bangkit dan keluar dari dalam bathub, dia memutuskan untuk menyudahi ritual mandinya dan berjalan menuju walk in closet.
Dengan gerakan cepat Alana mengambil pakaian santai dari dalam lemari untuk kemudian dikenakan olehnya. Alana pun tak lupa memoleh wajahnya dengan make up tipis dan natural. Untuk sesaat dia melupakan kejadian yang tadi menimpanya.
“Aku harus berdandan cantik agar suamiku betah di rumah” ucapnya mengingat nasehat dari salah seorang sahabatnya saat dia mengeluhkan sikap Cakra yang sering kali tidak pulang ke rumah dan dingin terhadapnya semenjak mereka menikah.
“Aneh sekali Mas Cakra ini, bukankah setiap laki-laki selalu ingin berdekatan dengan istrinya setelah menikah? Ini malah lebih sibuk mengurusi bisnisnya, dan malah bersikap cuek dan dingin terhadapku”
Alana mendengkus kesal mengingat bahwa dia telah melawan orangtua dan juga kakaknya agar dapat menikah dengan Cakra.
Kala itu keluarga besar Alana menentang hubunganya dengan Cakra, terutama sang mama. Wanita paruh baya itu bersikeras melarang putri bungsunya menikahi pria pilihan hatinya itu. Namun bukan Alana jika dia gampang menyerah.
Alana bukanlah anak yang bisa menuruti keputusan kedua orangtuanya, terlebih itu adalah menyangkut masa depanya. Tidak seperti kakak perempuanya, Riana Mahesa, yang menikah karena di jodohkan oleh orangtua masing-masing.
Saat Alana masih bercermin di depan meja riasnya, pintu kamarnya diketuk dari luar.
“Nyonya, sarapan sudah siap, apakah anda ingin dibawakan ke dalam kamar?”
Terdengar suara Hesti, pelayan yang sudah bekerja lama pada sang suami.
“Sebentar Hesti, aku akan turun ke bawah, aku akan makan di ruang makan” teriak Alana.
“Baik nyonya” setelah mendapat jawaban dari istri majikanya, Hesti pun pergi menuju dapur.
Alana kembali melihat pantulan dirinya di cermin, setelah dirasa cukup dia pun melangkah keluar dari dalam kamarnya.
Setelah Alana menutup pintu kamarnya rapat, dari balik gorden di samping meja riasnya keluarlah sosok hewan melata dengan tubuh besar dan panjangnya. Tubuh ular itu terlihat berkilau berwarna keperakan saat terkena sinar matahari.
Perlahan ular besar itu merayap dan berhenti di depan cermin meja rias Alana, dan di dalam cermin terlihat sesosok pria tampan dengan rambut pendek sedikit ikal berwarna coklat terang, hidungnya mancung dengan tatapan mata tajam menatap pantulan dirinya dalam cermin.
“Karena sebenarnya dia majikanmu kan? Dia memberimu manusia sebagai makananmu, dan sebagai timbal balik kamu memberinya uang dengan menggunakan kekuatan silumanmu” Alana mendadak merasa kesal dan bangkit dari duduknya, kedua tanganya disilangkan di depan dadanya dan menatap Raja Agha tajam.“Alana, mengapa kau masih saja berpikir seperti itu, bukankah sudah kukatakan itu tidak seperti dugaanmu. Apa kau tidak mempercayaiku?”“Lalu? Bagaimana seharusnya aku berpikir? Bukankah kau juga tidak mau memberitahuku yang sebenarnya?!”Raja Agha bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Alana. Raja Agha menarik tangan Alana dan membuat wanita itu mendekat dan berhadapan denganya, kedua tangan Raja Agha membingkai wajah Alana, mereka berdiri begitu dekat, hingga Alana mampu merasakan hembusan napas Raja Agha yang menerpa kulit wajahnya.“Dengar Alana, aku bersumpah kalau aku tidak melakukan hal yang kau tuduhkan itu, asal kau tau.. aku tak pernah sekalipun memakan daging manusia ataupun
“Alana, ada yang mau papa ceritakan sama kamu”Tiba-tiba Wahyu berkata pada putri bungsunya itu, Alana menatap ayahnya dengan antusias, dia meletakan piring makan bekas Wahyu yang sudah kosong. Riana pun mendekat dan duduk di ranjang di bagian kaki sang ayah karena penasaran dengan apa yang akan dikatanya ayahnya.“Saat papa tidak sadarkan diri itu, papa sempat bermimpi melihatmu menikah dengan seorang raja, dan kamu begitu cantik dengan baju berwarna silver dan memakai mahkota seolah kamu adalah seorang ratu”Dada Alana berdebar mendengar cerita Wahyu, ternyata bagi Wahyu apa yang dilihatnya itu adalah sebuah mimpi, tanpa sadar tangan Alana gemetar, dia bingung bagaimana harus menjelaskan hal yang sebenarnya pada Wahyu.“Tapi nak, entah mengapa... papa merasa kalau apa yang papa lihat itu seperti sangat nyata, seolah papa mengalaminya sendiri, terlebih... disana papa diminta menjadi walimu”Kepala Alana semakin menunduk mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Wahyu.“Ah, papa... it
Dalam sekejapan mata Alana melihat pemandangan di sekelilingnya telah berubah, dia menatap ke segala penjuru ruangan.“Dimana aku?” gumamnya lirih.Perlahan Alana menggerakan tubuhnya, dan berusaha untuk bangkit. Kembali dia mengerjapkan matanya beberapa kali. Sesaat kemudian Alana sudah mengenali dimana dia berada.“Ini kan kamarku, aku berada di kamarku sendiri, di rumah Mas Cakara” Alana pun bangkit dari tempat tidur dan mencari ayahnya.“Papa.. pa... papa dimana?”Tak menemukan sosok yang dicarinya dalam kamar, Alana pun membuka pintu dan berjalan keluar kamar, di tangga dia berpapasan dengan Hesti.“Hesti, apa kau tau dimana papaku?”“Maaf nyonya, bukankah papanya nyonya masih berada di rumah sakit? ini ada telpon dari Nyonya Riana, dia katanya ingin berbicara dengan nyonya”Hesti menyerahkan telpon wireless pada Alana. Rupanya Riana menelpon ke nomor rumah Alana, karena tak mendapat jawaban saat dia menelpon ke ponsel adiknya itu.“Halo Kak Riana”[“Alana, cepat ke rumah sakit,
“Kau harus menerima kenyataan ini, karena sebentar lagi kita akan menikah, Alana. Aku sudah menyiapkan semuanya”“Tapi aku wanita yang sudah bersuami Raja Agha” Alana berdiri, hendak pergi. Namun, pergelangan tanganya ditarik oleh raja Agha hingga dia terduduk kembali.“Makanlah dulu, kau tidak akan bisa berpikir jika perutmu kosong. Aku tau saat ini kau pasti sedang memikirkan cara untuk melarikan diri dariku”“Apa aku terlalu mudah untuk dibaca?”“Itu terlihat sangat jelas di wajahmu. Tetapi, ada satu hal yang perlu kau ketahui. Pernikahan ini juga demi kebaikanmu dan juga kedua putra kita dalam kandunganmu itu”Alana hendak membantah perkataan Raja Agha, namun pria itu mengangkat satu tanganya, membuat Alana menelan kembali kata-katanya. Terlebih wajah Raja Agha kali ini terlihat amat serius.“Bukankah sudah kukatakan bahwa pernikahanmu dengan manusia itu tidak sah, itu hanya rekayasa dirinya saja”“Bagaimana aku bisa mempercayai perkataanmu?”“Kau akan mengetahuinya setelah kita k
Alana terdiam beberapa saat. “Itu tidak mungkin! Aku tidak percaya hal itu”“Penghulu dan yang lainya tidak mungkin palsu”Alana bergumam sendiri, namun dalam hatinya ia mulai meragukan dan memikirkan ucapan Raja Agha.“Seandainya aku tidak di kerajaan saat ini, pasti aku bisa meminta bantuan Kak Riana untuk mencari tahu”Sayangnya di dunia kerajaan ular semua jaringan ponsel tak dapat di gunakan. Mungkin karena berada dalam dimensi yang berbeda.Alana berguling ke kiri dan kanan mencari posisi yang nyaman, namun kemudian ia bangkit dan hendak menuju kamar mandi, ia memutuskan untuk berendam dengan air hangat, karena sudah menjadi kebiasaanya untuk mandi sebelum tidur.Baru saja akan melangkah, Alana mendengar ketukan dan suara seorang wanita dari arah luar kamarnya, dia pun menyuruhnya masuk, dan seketika itu masuk dua orang wanita dengan wajah yang sama, dengan senyum ramah kepadanya.“Ratu, kami akan membantumu untuk mandi”“Apa? itu tidak perlu, aku bisa mandi sendiri” ucap Alana
Di kerajaan ular.“Selamat tiba kembali, ratuku. Untuk sementara waktu tinggalah dulu disini, karena kehamilanmu akan semakin membesar dan aroma bayi kita pun akan tercium oleh para siluman. Mereka pasti akan berbondong untuk memburumu, dan saat ini tempat paling aman bagimu adalah di istanaku” ucap Raja Agha.“Apa yang terjadi denganmu? Sepertinya kau terluka Raja Agha”Dari saat Alana melihat kedatangan Raja Agha di rumah sakit tadi, ia memperhatikan pria itu, wajahnya terlihat pucat dan sesekali tanganya memegangi dadanya.“Aku baik-baik saja sayang, yang terpenting sekarang adalah menyelamatkanmu” jawab Raja Agha.“Tapi-“Belum sempat Alana menyelesaikan kalimatnya, ia kembali merasakan perutnya yang melilit. Raja Agha langsung meraih tubuhnya dan menggendongnya ala bridal, ia juga memerintahkan tabib istana untuk segera memeriksa keadaan Alana.Alana pun hanya pasrah saat Raja Agha merebahkan dirinya di atas ranjang besar yang memiliki kasur sangat empuk. Entah terbuat dari apa k