Alana memicingkan matanya, Seperti mendapat keajaiban, Alana melihat jendela kaca mobil Cakra perlahan turun, dan kini dia dapat melihat wanita yang sedang bersama suaminya, hanya saja wajah wanita itu tertutup oleh kaca mata hitam. Sedangkan Cakra yang menoleh kearah sang wanita, membuat Alana bisa dengan jelas juga melihat wajah suaminya itu.
Dada Alana berdenyut nyeri saat melihat adegan yang terjadi di mobil suaminya, satu tangan Cakra terangkat dan mengacak poni wanita cantik yang duduk disampingnya, serta turun ke pipi wanita tersebut dan mengusapnya perlahan.
Rasa marah dan sakit hati mendorong Alana untuk bergerak membuka kaca jendela mobilnya, dia berniat untuk menegur suaminya. Namun begitu kaca jendelanya bergerak turun, lampu lalu lintas sudah berganti hijau, semua kendaraan pun mulai melaju membelah jalan.
Mobil Cakra langsung melesat begitu lampu berubah menjadi hijau, Alana ingin mengejar mobil suaminya, namun celotehan protes Mouza menyadarkanya bahwa rute jalan yang diambil Cakra berbeda dengan arah tujuan Alana.
Kali ini nyanyian Mouza tak bisa menghapus kegundahan hati Alana.
Tiba di pet shop Alana hanya mengiyakan pilihan Mouza dan membayar di kasir. Seekor kelinci putih dengan kandangnya yang berwarna pink pun kini telah bertengker manis di jok belakang mobil Alana.
“Nah Mouza, kita pulang sekarang ya? Kan sudah dapet kelincinya”
“Iya aunty, aku mau langsung main sama kelinci nanti di rumah, boleh kan aunty?”
“Iya sayang, tentu saja boleh”
“Yeeyyy… Aunty Alana is the best” Mouza mengacungkan kedua jempolnya pada Alana sambil tertawa riang. Sikapnya itu meniru gaya Rio Wibisana, sang ayah yang kerap mengacungkan kedua ibu jarinya saat memuji putri kecilnya itu.
Dalam perjalanan pulang ke rumah kakaknya, Alana masih saja kepikiran dengan apa yang dilihatnya di jalan tadi. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menghabiskan waktu hari ini di rumah Riana saja. Dia merasa enggan pulang ke rumah yang hanya akan melewati harinya seorang diri. Hesti tak terlalu bisa diandalkan untuk menjadi teman bicara. Dia hanya akan menjawab semua pertanyaan Alana saja seperti robot yang telah diseting.
Mengingat itu Alana menarik napas panjang dan menghembuskanya cepat. Dia baru menyadari bahwa sudah lama dia tak memiliki teman untuk bicara di rumahnya. Sudah beberapa bulan ini emmang Alana menghindari pertemuan dengan teman-temanya. Keseharianya hanya dihabiskan bersama pekerja rumah dan juga seekor ular besar yang berkeliaran bebas di rumahnya.
Tiba kembali di rumah membuat Mouza kegirangan. Pasalnya kali ini dia memiliki kelinci impianya untuk bermain. Riana pun membiarkan putri semata wayangnya bermain sepuasnya dengan hewan peliharaanya itu di taman belakang. Sang pengasuh mengajari Mouza bagaimana cara memberi makan kelinci.
Alana duduk di kursi taman tak jauh dari tempat Mouza bermain. Ia hanya memperhatikan semua kelakuan keponakanya itu sambil duduk ditemani secangkir teh hangat yang disajikan oleh pembantu yang bekerja di rumah kakaknya. Namun, pikiran Alana tetap tertuju pada Cakra.
“Alana, rupanya kamu disini, aku mencarimu dari tadi”
Suara Riana yang memanggilnya, menyadarkan Alana, ia pun tersenyum meski dipaksakan. “Ada apa kak?”
“Rio pulang dengan membawa tamu, dan aku yakin kau pasti terkejut jika melihat siapa tamu yang dibawa oleh kakak iparmu itu”
Alana mengerutkan dahinya mendengar jawaban sang kakak. “Memangnya siapa?”
“Ayo, ikut aku ke ruang tamu, dia ada disana. Dan dia begitu antusias ingin bertemu denganmu saat aku mengatakan bahwa kau ada disini” jawab Riana sambil menarik lengan adiknya.
Alana pun hanya berjalan mengekori langkah Riana yang berjalan menuju bagian dalam rumahnya.
“Nah, Alana... apa kamu masih ingat dengan temanya Rio yang satu ini?” Riana semakin menarik lengan Alana untuk mendekat kearah suaminya yang tengah duduk di ruang tamu, dan berbincang dengan seorang pria sebayanya.
Alana tercengang melihat sosok pria yang kini tengah duduk santai mengobrol dengan kakak iparnya. Pria berperawakan tinggi tegap serta memiliki wajah tampan itu membuat ingatan Alana kembali pada moment dimana dulu sering menghabiskan waktu bersamanya.
Dewa Hanggara, nama itu yang pernah mengusik hati Alana. Kala itu Alana masih berstatus sebagai seorang mahasiswi. Kehadiran Dewa yang selalu memberikan perhatian lebih membuat hati Alana pun berharap lebih, bisa dikatakan laki-laki itu pernah menempati relung hati Alana. Namun, saat kedekatan mereka semakin dalam, tiba-tiba saja Dewa pergi ke luar negeri tanpa mengatakan apapun pada Alana.
“Kak Dewa?”
Alana bergumam lirih dengan mata melebar ketika melihat sosok laki-laki yang dulu sempat disukai olehnya. Laki-laki yang pernah mengusik hari-harinya di masa lalu.
Seperti ada kontak batin, pria bernama Dewa itu menolehkan kepalanya, dan sama seperti Alana, ia pun nampak terkejut melihat Alana tengah berdiri tak jauh darinya.
“Alana?”
Suara bariton khas pria yang dulu amat dirindui Alana pun kini terdengar lagi di telinganya. Wajah pria itu juga nampak seakan tak menyangka akan kehadiran Alana di rumah sahabat sekaligus partner bisnisnya itu. Meskipun ia mengetahui bahwa Alana adalah adik ipar dari sahabatnya.
“Wah... kami jadi terharu melihat pertemuan kalian berdua, seandainya saja adikku ini masih single...” ucap Riana sambil tersenyum menatap Dewa dan Alana bergantian.
“Huush... ngomong apa kamu Ri? Alana kan sekarang sudah menikah, jangan terus kau jodohkan dengan Dewa” ujar Rio Wibisana, yang tak lain adalah suami Riana, dan kakak ipar Alana.
Riana mengerucutkan bibirnya, gaya khasnya jika sedang kesal, Alana pun tak menggubris semua perkataan dari kakak sulungnya itu, memang dari dulu Riana gemar menjodoh-jodohkan dirinya dengan relasi bisnis suaminya atau dengan anak pejabat.
“Wah, Alana... kamu makin cantik aja” Dewa berdiri dan berjalan satu langkah lebih dekat dengan Alana dan mengulurkan tanganya.
Untuk sesaat Alana nampak ragu, namun cubitan Riana di lenganya membuat Alana akhirnya ikut mengulurkan tangan dan menjabat uluran tangan Dewa.
“Kalau begitu... kalian berdua mengobrol dulu ya, santai aja, kami mau melihat Mouza dan kelincinya dulu di halaman belakang” Riana langsung menggamit lengan suaminya dan meninggalkan Alana berdua dengan Dewa.
Tinggalah kini Alana yang menjadi salah tingkah berhadapan dengan Dewa, bertahun-tahun Alana mencoba melupakan sosok pria tersebut, meskipun hampir setiap malam dia lewati dengan tangisan penyesalan karena merasa telah menyalah artikan kedekatan mereka berdua selama ini, yang ternyata bagi Dewa meninggalkan Alana sangatlah mudah, semudah membalikan telapak tanganya.
Kini pria bernama Dewa Hanggara itu kembali berdiri dihadapan Alana dengan sikap begitu ceria dan sebuah senyuman yang mengembang di wajahnya, seolah tak pernah menorehkan luka batin bagi Alana, namun bukankah itu wajar saja? siapa suruh Alana mengharapkan cinta dari seorang Dewa yang bahkan tak pernah sekalipun menyatakan isi hatinya pada Alana?
Mengingat semua itu membuat Alana menggigit bibir, merutuki kebodohanya sendiri yang terlalu mudah jatuh dalam pesona sahabat kakak iparnya tersebut.
“Karena sebenarnya dia majikanmu kan? Dia memberimu manusia sebagai makananmu, dan sebagai timbal balik kamu memberinya uang dengan menggunakan kekuatan silumanmu” Alana mendadak merasa kesal dan bangkit dari duduknya, kedua tanganya disilangkan di depan dadanya dan menatap Raja Agha tajam.“Alana, mengapa kau masih saja berpikir seperti itu, bukankah sudah kukatakan itu tidak seperti dugaanmu. Apa kau tidak mempercayaiku?”“Lalu? Bagaimana seharusnya aku berpikir? Bukankah kau juga tidak mau memberitahuku yang sebenarnya?!”Raja Agha bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Alana. Raja Agha menarik tangan Alana dan membuat wanita itu mendekat dan berhadapan denganya, kedua tangan Raja Agha membingkai wajah Alana, mereka berdiri begitu dekat, hingga Alana mampu merasakan hembusan napas Raja Agha yang menerpa kulit wajahnya.“Dengar Alana, aku bersumpah kalau aku tidak melakukan hal yang kau tuduhkan itu, asal kau tau.. aku tak pernah sekalipun memakan daging manusia ataupun
“Alana, ada yang mau papa ceritakan sama kamu”Tiba-tiba Wahyu berkata pada putri bungsunya itu, Alana menatap ayahnya dengan antusias, dia meletakan piring makan bekas Wahyu yang sudah kosong. Riana pun mendekat dan duduk di ranjang di bagian kaki sang ayah karena penasaran dengan apa yang akan dikatanya ayahnya.“Saat papa tidak sadarkan diri itu, papa sempat bermimpi melihatmu menikah dengan seorang raja, dan kamu begitu cantik dengan baju berwarna silver dan memakai mahkota seolah kamu adalah seorang ratu”Dada Alana berdebar mendengar cerita Wahyu, ternyata bagi Wahyu apa yang dilihatnya itu adalah sebuah mimpi, tanpa sadar tangan Alana gemetar, dia bingung bagaimana harus menjelaskan hal yang sebenarnya pada Wahyu.“Tapi nak, entah mengapa... papa merasa kalau apa yang papa lihat itu seperti sangat nyata, seolah papa mengalaminya sendiri, terlebih... disana papa diminta menjadi walimu”Kepala Alana semakin menunduk mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Wahyu.“Ah, papa... it
Dalam sekejapan mata Alana melihat pemandangan di sekelilingnya telah berubah, dia menatap ke segala penjuru ruangan.“Dimana aku?” gumamnya lirih.Perlahan Alana menggerakan tubuhnya, dan berusaha untuk bangkit. Kembali dia mengerjapkan matanya beberapa kali. Sesaat kemudian Alana sudah mengenali dimana dia berada.“Ini kan kamarku, aku berada di kamarku sendiri, di rumah Mas Cakara” Alana pun bangkit dari tempat tidur dan mencari ayahnya.“Papa.. pa... papa dimana?”Tak menemukan sosok yang dicarinya dalam kamar, Alana pun membuka pintu dan berjalan keluar kamar, di tangga dia berpapasan dengan Hesti.“Hesti, apa kau tau dimana papaku?”“Maaf nyonya, bukankah papanya nyonya masih berada di rumah sakit? ini ada telpon dari Nyonya Riana, dia katanya ingin berbicara dengan nyonya”Hesti menyerahkan telpon wireless pada Alana. Rupanya Riana menelpon ke nomor rumah Alana, karena tak mendapat jawaban saat dia menelpon ke ponsel adiknya itu.“Halo Kak Riana”[“Alana, cepat ke rumah sakit,
“Kau harus menerima kenyataan ini, karena sebentar lagi kita akan menikah, Alana. Aku sudah menyiapkan semuanya”“Tapi aku wanita yang sudah bersuami Raja Agha” Alana berdiri, hendak pergi. Namun, pergelangan tanganya ditarik oleh raja Agha hingga dia terduduk kembali.“Makanlah dulu, kau tidak akan bisa berpikir jika perutmu kosong. Aku tau saat ini kau pasti sedang memikirkan cara untuk melarikan diri dariku”“Apa aku terlalu mudah untuk dibaca?”“Itu terlihat sangat jelas di wajahmu. Tetapi, ada satu hal yang perlu kau ketahui. Pernikahan ini juga demi kebaikanmu dan juga kedua putra kita dalam kandunganmu itu”Alana hendak membantah perkataan Raja Agha, namun pria itu mengangkat satu tanganya, membuat Alana menelan kembali kata-katanya. Terlebih wajah Raja Agha kali ini terlihat amat serius.“Bukankah sudah kukatakan bahwa pernikahanmu dengan manusia itu tidak sah, itu hanya rekayasa dirinya saja”“Bagaimana aku bisa mempercayai perkataanmu?”“Kau akan mengetahuinya setelah kita k
Alana terdiam beberapa saat. “Itu tidak mungkin! Aku tidak percaya hal itu”“Penghulu dan yang lainya tidak mungkin palsu”Alana bergumam sendiri, namun dalam hatinya ia mulai meragukan dan memikirkan ucapan Raja Agha.“Seandainya aku tidak di kerajaan saat ini, pasti aku bisa meminta bantuan Kak Riana untuk mencari tahu”Sayangnya di dunia kerajaan ular semua jaringan ponsel tak dapat di gunakan. Mungkin karena berada dalam dimensi yang berbeda.Alana berguling ke kiri dan kanan mencari posisi yang nyaman, namun kemudian ia bangkit dan hendak menuju kamar mandi, ia memutuskan untuk berendam dengan air hangat, karena sudah menjadi kebiasaanya untuk mandi sebelum tidur.Baru saja akan melangkah, Alana mendengar ketukan dan suara seorang wanita dari arah luar kamarnya, dia pun menyuruhnya masuk, dan seketika itu masuk dua orang wanita dengan wajah yang sama, dengan senyum ramah kepadanya.“Ratu, kami akan membantumu untuk mandi”“Apa? itu tidak perlu, aku bisa mandi sendiri” ucap Alana
Di kerajaan ular.“Selamat tiba kembali, ratuku. Untuk sementara waktu tinggalah dulu disini, karena kehamilanmu akan semakin membesar dan aroma bayi kita pun akan tercium oleh para siluman. Mereka pasti akan berbondong untuk memburumu, dan saat ini tempat paling aman bagimu adalah di istanaku” ucap Raja Agha.“Apa yang terjadi denganmu? Sepertinya kau terluka Raja Agha”Dari saat Alana melihat kedatangan Raja Agha di rumah sakit tadi, ia memperhatikan pria itu, wajahnya terlihat pucat dan sesekali tanganya memegangi dadanya.“Aku baik-baik saja sayang, yang terpenting sekarang adalah menyelamatkanmu” jawab Raja Agha.“Tapi-“Belum sempat Alana menyelesaikan kalimatnya, ia kembali merasakan perutnya yang melilit. Raja Agha langsung meraih tubuhnya dan menggendongnya ala bridal, ia juga memerintahkan tabib istana untuk segera memeriksa keadaan Alana.Alana pun hanya pasrah saat Raja Agha merebahkan dirinya di atas ranjang besar yang memiliki kasur sangat empuk. Entah terbuat dari apa k