Share

BAB 2: PENASARAN

Author: IvonyRose
last update Last Updated: 2024-06-29 12:15:00

“Aduh, kenapa lukanya tidak mau berhenti?!” Eloisa semakin panik. Sekarang sapu tangannya sudah penuh darah.

“Ku- kurasa kita perlu pergi ke klinik. Takutnya lukanya infeksi,” kata Eloisa lagi saat melepas saputangannya dari pipi Darren, darah segar kembali mengucur. 

“Aduh, saya sudah tidak ada saputangan lagi!” dia terus mengoceh sendiri, tidak menyadari kalau pria di depannya belum bergerak atau bicara sepatah katapun. 

Mendengar Eloisa mencari sapu tangan, otomatis tangan Darren mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya dan memberikannya pada wanita itu. 

Eloisa langsung mengambil sapu tangan itu dan menekan kembali luka yang sudah kembali mengeluarkan darah lagi. Dia langsung menyuruh Darren menekan sapu tangan itu ke pipinya dan menarik lengan pria itu yang satunya untuk mengikutinya turun dari rooftop menuju klinik kampus. 

Kedua orang itu tidak memperhatikan kalau ada orang lain yang bersembunyi di belakang pintu menuju rooftop, yang memang menunggu mereka turun dari rooftop. 

Clara yang sejak tadi tidak terima diputuskan begitu saja ingin tahu siapa wanita yang dilindungi oleh Darren, sampai pria itu memutuskannya begitu saja! Biasa pria itu cuek terhadap semua pacar-pacarnya, bahkan Darren bisa berkencan dengan dua atau tiga wanita sekaligus. Mata terbelalak saat mengenali wanita yang turun bersama Darren.

Bu Eloisa? Si dosen killer yang mengajar akuntansi. Pantas saja Darren melindungi wanita itu. Pasti mereka membuat kesepakatan! 

“Dasar perawan tua gatel, bisa-bisanya wanita itu mempergunakan kuasanya untuk membuat Darren menurut padanya. Lihat saja, aku pasti akan membantu Darren lepas dari perawan tua itu. Nanti pasti Darren mau kembali menjadikanku pacar!” batin Clara.

Tanpa sadar Eloisa dan Darren menjadi pusat perhatian karena mereka terlihat bergandengan tangan sepanjang jalan, walaupun mereka tidak jalan bersisian. Posisinya adalah Eloisa yang menarik tangan Darren dan berjalan di depan pria itu. Sedangkan Darren hanya mengikuti wanita itu. Pikirannya masih memikirkan bagaimana caranya bisa menemukan jawaban yang membuatnya penasaran setengah mati sejak tadi?

Darren adalah pria yang pintar. Dia sangat suka teka-teki, puzzle dan semua kegiatan yang memutar otak. Dia akan gelisah dan kesal setengah mati saat tidak bisa menemukan jawaban akan sesuatu hal. 

Biasa jika sudah mentok, dia akan bertanya pada kakaknya atau pada ayahnya, dua orang yang dia akui kepintarannya. Tapi untuk masalah yang kali ini, bagaimana dia bertanya pada kakak atau ayahnya?

Kakaknya hanya memiliki satu mantan pacar, bagaimana kakaknya itu bisa tahu rasa rasa bibir wanita lain? Ayahnya juga sebelas dua belas dengan kakaknya. Lagipula bisa dibantai dia oleh Ibunya kalau bertanya pada Ayahnya soal rasa mencium wanita lain. Belum dapat jawaban, dia sudah masuk rumah sakit!

Darren melirik wanita di depannya yang sekarang sedang menarik tangannya. Berarti sekarang dia harus mencari jawaban sendiri. Nanti dia akan mencoba mencari di mesin pencarian online, dan kalau tidak berhasil menemukan jawabannya, berarti wanita itu harus bertanggung jawab!

Siapa coba yang tadi maen nyosor aja? Eh, sekarang orang lain yang disuruh tanggung jawab!

Akhirnya mereka sampai di klinik kampus. Dokter wanita yang berada di sana langsung menghampiri mereka. Saat melihat luka Darren, wanita itu meringis, menyayangkan wajah mulus bak aktor korea itu terluka. 

“Luka ini cukup dalam. Apa yang terjadi?” tanya Dokter Sofi. 

“I-itu ...,” Eloisa panik. Dia bingung untuk menjelaskan.

“Tadi wajah saya kebaret besi di rooftop, saya ceroboh sehingga tidak melihat besi itu.” jawab Darren.

“Ya ampun! Lebih baik kamu ke rumah sakit. Kalau besi itu berkarat, nanti lukamu bisa infeksi,” kata Dokter Sofi panik. Dia akan sangat menyayangkan jika wajah tampan ikon kampus mereka ini sampai memiliki bekas luka.

“Sekarang saya coba bantu untuk hentikan pendarahannya dulu. Setelah ini, langsung ke rumah sakit, ya!” lanjut Dokter Sofi yang sekarang sedang mengambil perlengkapan untuk membersihkan luka dan obat untuk membantu mengobati luka itu untuk sementara waktu.

Tidak ada yang bicara lagi di tempat itu. Eloisa tidak tahu harus bicara apa sehingga dia hanya memperhatikan Dokter Sofi yang sedang mengobati Darren. Darren yang otaknya masih berputar di masalah yang sama malah tidak memperhatikan apapun karena terlalu fokus dengan pikirannya sendiri, sedangkan Dokter Sofi sibuk mengobati plus pegang-pegang wajah tampan Darren.

“Nah, darahnya sudah berhenti. Lebih baik sekarang kamu segera ke rumah sakit,” saran Dokter Sofi pada Darren.

“Eh, ada Bu Eloisa juga ya?” tanya Dokter Sofi. Dia baru menyadari kalau ada Bu Eloisa juga disana, dan wanita yang dimaksud hanya bisa meringis kala menyadari kalau sejak tadi ternyata dia tidak terlihat.

“Iya. Bu Eloisa tadi yang membantu saya,” Darren yang menjawab.

“Terima kasih Bu Dokter cantik. Saya permisi dulu,” pamit Darren manis yang membuat Dokter Sofi tersipu. Darren lalu menarik Eloisa untuk keluar dari klinik.

“Oh iya, sama-sama. Jangan sungkan untuk kesini lagi kalau kamu membutuhkan bantuan atau perawatan,” ucap Dokter Sofi dengan senyum yang sangat lebar.

“Permisi, Dok,” kata Eloisa sebelum dia keluar dari klinik.

“Iya, Bu Eloisa, silakan,” jawab Dokter Sofi.

Eloisa langsung menarik tangannya dari pegangan Darren setelah mereka agak jauh dari klinik. 

“Luka kamu sudah mengering. Sekarang jangan mengganggu saya lagi!” kata Eloisa ketus. Mendengar rayuan gombal Darren pada Dokter Sofi membuatnya semakin ingin segera menjauh dari pria ini. Dasar buaya darat yang tidak bisa melihat wanita cantik!

“Ibu harus membawa saya ke rumah sakit, loh, begitu kata Bu Dokter,” jawab Darren dengan senyum menawannya.

“Lah, lukamu tidak kenapa-kenapa, untuk apa ke rumah sakit?” tolak Eloisa. Rasanya jantungnya berdebar semakin cepat tanpa dia inginkan saat melihat senyum pria tampan di depannya ini.

“Saya ini model, loh, Bu. Kalau wajah saya sampai tidak mulus lagi, Ibu mau tanggung jawab?” tanya Darren. Eloisa langsung melihat ke arah luka yang tidak sengaja dibuat cincinnya dan menyadari, walaupun darah di luka itu sudah berhenti, tapi sekarang lukanya sedikit menganga, yang membuat terlihat sedikit daging di dalamnya. Wanita itu meringis. Sepertinya memang harus ke rumah sakit. Apes sekali dirinya, dirinya yang dirugikan tapi dirinya juga yang harus bertanggung jawab!

“Baiklah. Saya akan mengantarmu ke rumah sakit. Tunggu disini, saya akan mengambil tas dulu.” kata Eloisa pasrah. Dia lalu berjalan meninggalkan Darren tanpa berniat mendengarkan jawaban pria itu. Dan Darren juga berlaku seperti anak baik, dia menunggu dengan tenang disana.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Eloisa sudah kembali.

“Ikut saya!” perintah Eloisa dan Darren kembali mengikuti Eloisa seperti anjing yang mengekori tuannya dengan tenang sampai ke depan mobil sedan milik wanita itu. Eloisa lalu membuka kunci pintu mobilnya dengan remote, namun tiba-tiba, Darren mengambil kunci itu dari tangan Eloisa. 

“Biar saya yang menyetir,” kata Darren. Dia berjalan mendahului Eloisa yang masih terkejut dan masuk ke mobil. 

“Eh, tunggu dulu!” protes Eloisa sambil mengejar Darren. Namun Darren sekarang sudah duduk di kursi pengemudi.

“Duduk saja, Bu. Biar saya yang menyetir,” kata Darren sambil menunjuk kursi di sisinya.

“Tidak usah. Ini mobil saya, biar saya saja yang menyetir!” tolak Eloisa.

“Tidak sopan membiarkan wanita menyetir saat saya masih bisa melakukannya,” kata Darren dengan senyum menawannya yang membuat kalimat bantahan Eloisa tertahan di kerongkongan, tidak bisa keluar. Senyum itu sangat berbahaya untuk kesehatan jantungnya!

“Duduklah di samping, Bu. Nanti kita akan semakin lama sampai di rumah sakitnya. Sekarang saja sudah sore,” kata Darren lagi yang akhirnya membuat Eloisa menurut dan dia berjalan untuk duduk di kursi penumpang sebelah pengemudi.

Keduanya duduk berdampingan di mobil sedan hitam. Saat mobil itu meninggalkan kampus, tanpa mereka sadari, ada satu perempuan yang mengintai dari kejauhan, wanita yang sama dengan sejak tadi terus mengikuti mereka.

'Darren sekarang mau pergi bersama wanita itu? Ini tidak bisa dibiarkan! Aku tidak akan membiarkan wanita itu bersama Darren setelah wanita itu membuat Darren memutuskanku. Akan kubuat wanita itu keluar dari kampus ini!'

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Diculik Calon Adik Ipar   BAB 108: EXTRA PART 3

    “Ya. Ada apa, Pak Andrew?” tanya Eloisa bingung.“Bisakah Anda meminta pada Ibu Rosaline untuk menangguhkan sidang?” tanya Andrew. Belum sempat Eloisa ataupun Darren bicara, Andrew sudah melanjutkan perkataannya.“Kondisi Susan sebenarnya masih belum terlalu baik. Pendarahannya belum benar-benar berhenti, tubuhnya juga sebenarnya belum kuat untuk menjalani berbagai pemeriksaan. Dengan kuasa Bu Rosaline, hukuman pasti akan dijatuhkan dengan cepat, saya khawatir … Susan tidak akan bisa bertahan di dalam penjara. Resiko lukanya akan terbuka lagi dan infeksi sangat tinggi, apalagi luka dalam di rahimnya akibat kecelakaan itu membutuhkan beberapa bulan untuk benar-benar sembuh,” kata Andrew sambil menghela nafas berat. Dia adalah polisi, harusnya dia tidak boleh melakukan hal ini, tapi jika terjadi sesuatu pada Susan di dalam penjara, dia pasti akan hidup dalam penyesalan.“Saya tidak meminta Susan dibebaskan, hanya kalau bisa, tunggu sampai kondisinya benar-benar memungkinkan untuk masuk

  • Diculik Calon Adik Ipar   BAB 107: EXTRA PART 2

    Eloisa sengaja datang ke kampus di waktu yang mepet dengan jam mengajarnya, agar dia tidak diinterogasi oleh rekan-rekannya lagi perihal pernikahannya kemarin. Jadi, dia masuk ke ruang dosen dan langsung menuju mejanya sambil menyapa sekilas dosen-dosen yang masih berada disana, lalu mengambil perlengkapan mengajarnya dan kembali keluar.Beberapa dosen menertawakan tingkah Eloisa yang terlihat jelas sedang menghindari mereka. Mereka yakin Eloisa juga berada di posisi yang tidak enak karena pernikahan unik ini, hanya saja, hal ini memang sangat sulit untuk dipercayai akal sehat.Mereka melihat sendiri kalau Eloisa dan Darius sudah cukup dekat, tapi tiba-tiba di hari H, yang menikah dengan Eloisa adalah adik Darius, dimana Dariusnya sendiri terkesan cuek dengan hal itu. Hari seninnya, Darius masuk kerja seperti biasa, seakan tidak ada pernikahannya yang gagal terlaksana. Apakah mungkin ada prank untuk hal sepenting sebuah pernikahan?Setelah mengantar Eloisa ke kampus dimana dia tidak d

  • Diculik Calon Adik Ipar   BAB 106: EXTRA PART 1

    Selama tiga hari menginap di vila, Eloisa sangat dimanjakan oleh Darren. Mereka tidak seperti pengantin baru yang menghabiskan sepanjang hari di kamar, tapi Darren mengajak Eloisa untuk pergi ke tempat-tempat bagus yang ada di sekitar vila tempat mereka menginap.Darren selama ini tidak pernah berjalan berdua dan menikmati waktu bersama-sama dengan Eloisa, walau hanya untuk makan dan melihat-lihat tempat wisata. Karenanya, dia ingin melakukannya mulai dari sekarang, dia akan membuat banyak momen untuknya dan Eloisa, istilahnya ini seperti pacaran setelah menikah. Mereka berjalan berdua di pinggir danau sambil bergandengan tangan, menikmati makanan khas di pinggir jalan. besonya, Darren mengajak Eloisa ke taman, berjalan sambil memberi makan roti tawar pada burung liar.Eloisa banyak tertawa karena memang Darren adalah orang yang menyenangkan, pria itu bisa membawa suasana menjadi ceria dengan tingkahnya. Darren juga tidak pernah menuntut apapun dari Eloisa, dia malah mendorong Eloisa

  • Diculik Calon Adik Ipar   BAB 105: TAMAT

    Tidak terjadi insiden apapun saat acara pemberkatan pernikahan ini, mulai dari Eloisa yang mengucapkan sumpah pernikahannya dengan baik, sampai dengan penandatanganan surat nikah mereka.Kali ini, Darren juga menjadi anak baik, saat disuruh mencium pengantinnya, dia hanya menempelkan bibirnya sebentar dengan bibir Eloisa, dia tidak melumat bibir Eloisa dengan ganas seperti biasanya.Dia mengerti kalau dia harus menjaga martabat Eloisa yang tinggal setengah itu, agar tidak amblas sampai ke dasar. Dalam hati, dia menyabarkan dirinya. Tenang, setelah ini, Eloisa sudah bebas dia peluk, cium dan yang lainnya semau dia, jadi sekarang saja dia harus menjaga sikap!Ada jamuan makan siang di ruangan lain yang sudah disulap menjadi tempat resepsi kecil-kecilan dan disanalah Eloisa tidak bisa menghindar dari rekan-rekan dosennya yang terus menggodanya dan menjadi reporter dadakan.“Ya ampun, Bu Eloisa, kenapa bisa jadi nikahnya dengan Darren?” tanya salah satu Dosen.“Iya, nih, Bu Eloisa, ternyat

  • Diculik Calon Adik Ipar   BAB 104: HARI PERNIKAHAN (3)

    Untuk kesekian kalinya, Eloisa berusaha melepaskan pegangan tangan Darren, dan untuk kesekian kalinya juga gagal. Mereka sudah berada di gereja sejak jam sepuluh, dimana keluarga Hartadi dan keluarga Renata juga sedang dalam perjalanan ke gereja ini, tempat dimana sekarang mereka sedang duduk di ruang tunggu pengantin dan keluarganya, sambil bergandengan tangan sejak lima belas menit yang lalu.Karena pernikahan ini hanya berupa pemberkatan pernikahan saja, dan semua dekorasi dan persiapan sudah dibereskan oleh staf gereja dan Lukas dkk, jadi mereka memang hanya menunggu waktu saja sekarang.“Lepaskan tanganku, Darren,” pinta Eloisa.“Tidak mau,” jawab Darren sambil tersenyum menggoda.“Kenapa juga harus pegangan tangan terus!” keluh Eloisa.“Karena aku tidak boleh memelukmu atau menciummu,” jawab Darren yang membuat Eloisa langsung cemberut, tapi lalu menyerah mencoba menarik tangannya. Sedangkan sebelah tangan Darren masih sibuk mencomot camilan yang disediakan disana, berupa kue-ku

  • Diculik Calon Adik Ipar   BAB 103: HARI PERNIKAHAN (2)

    Karena hari masih pagi dan hari ini adalah hari minggu, mobil yang dikendarai Darren tiba di rumah Eloisa dalam waktu setengah jam.Manda terkejut saat melihat Darren yang sudah rapi, di depan rumahnya. Eloisa memang sudah memberitahu kalau Darren sudah menyewa makeup artis untuk mendandani putrinya itu, tapi dia tidak tahu kalau Darren juga akan datang pagi ini, dia pikir mereka akan bertemu di gereja.“Pagi, Bu,” sapa Darren yang lalu memperkenalkan Jane.“Pagi, Darren,” Manda membalas sapaan Darren dan kemudian berkenalan dengan Jane.“Saya mengantar Jane kemari, sekalian membawa pakaian dan barang-barang saya. Ayah ada?” tanya Darren luwes yang membuat Manda kembali takjub saat melihat sebuah koper besar dan sebuah koper kecil, yang dibawa Darren.“Ayah sedang menyirami bonsainya di belakang,” jawab Manda.“Baik. Darren akan mengantar Jane ke kamar Eloisa dulu, nanti baru menyapa Ayah,” kata Darren sopan.“Ya, mari Ibu antar ke kamar Eloisa,” jawab Manda yang lalu menuntun jalan u

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status