"Bang," ucap Jason sambil menggelengkan kepala ia tidak percaya dengan ucapan Rey."Apa! Kau berharap apa? Apa kau berharap aku akan menerima dia sebagai adikku?" tegas Rey yang kemudian berlalu pergi.Jason tidak percaya Rey sangat tidak ingin ada kehadiran seorang wanita ke keluarga mereka, seperti nya Rey sangat kecewa atas kepergian ibunya di karenakan melahirkan Gabriel.Malam pun berlalu, saat Jack memanggil Gabriel untuk sarapan terdengar dari balik pintu Gabriel seperti mau muntahKarena khawatir Jack langsung membuka pintu dan bertanya "nak, kamu kenapa?""Aduh, pa aku gak tahu kepala ku pusing dan mual-mual," jawab Gabriel sambil memegang kepalanya."Nak, Sayang tenang dulu ya, ini minum dulu," ujar Jack sambil memberikan segelas air."Jason! Jason! Cepat kemari!" teriak Jack memanggil anak keduanya, ia sangat khawatir dan hanya bisa mengandalkan Jason karena Rey sudah pasti tidak akan peduli."Iya pa, ada apa?" tanya Jason sambil menghampiri Jack ke dalam kamar Gabriel."C
Gabriel menikmati bubur ayamnya, sambil berkata dalam hati."Aku benar-benar gak nyangka ternyata aku hamil, iya juga sih karena aku waktu berhubungan badan sama pak Ruslan tidak pernah pakai pengaman makannya gak heran saat ini aku hamil, heumm aku berharap pak Ruslan baik-baik aja dan keluargaku mau menerima kehadirannya.""Ehh, gimana bang Rey, bang Rey belum juga menerima aku gimana dengan pak Ruslan, ahh aku heran bang Rey kok gitu amat sama aku, emangnya aku punya salah apa sama dia? Heumm apa yang harus aku lakukan agar bang Rey mau menerima kehadiran ku," sambung Gabriel sambil melahap bubur ayamnya.Setelah Gabriel selesai sarapan ia hendak keluar rumah untuk mencari udara segar.Tepat saat ia berada di ruang tengah ia berpapasan dengan Rey. Tatapan Rey sangat tajam membuat Gabriel takut dan menunduk."Perempuan kok bangunnya siang, bangun ti pagi-pagi!" bentak Rey, ia tidak tahu akan kehamilan Gabriel."I, iya maaf bang," jawab Gabriel."Maaf, maaf cepat latihan! Abang tungg
Jack memeluk Gabriel penuh haru melihat kejadian itu dari lantai atas."Pa, apa itu artinya bang Rey mau menerima ku sebagai adik perempuan nya?" tanya Gabriel sambil menangis."Iya tentu saja, kalau itu saudara sedarah sedaging kalian harus akur harus saling menyayangi satu sama lain," jawab Jack dengan tetesan air mata juga.Tidak lama kemudian para anggota di suruh bubar oleh Rey dengan sebuah bentakan."Apa yang sedang kalian lihat! Bubar!""Lihat lah Abang mu malu, karena ini baru pertama kali nya abang mu menangis setelah kepergian ibu kalian," ujar Jack."Eumm iya pa, aku seneng banget bisa berkumpul dengan keluarga asliku, makasih ya pa, papa berusaha keras untuk membuatku kembali bersama kalian," balas Gabriel sambil melepas pelukannya."Iya sama-sama nak, apapun untuk anak papa pasti akan papa lakukan," timpal Jack sambil tersenyum.Gabriel pun pergi ke kamar nya karena Jack menyuruhnya untuk beristirahat saja tidak boleh mengerjakan pekerjaan yang berat sementara Jack meny
Gabriel perlahan membuka kedua matanya, ia melirik sekeliling nya nampak asing. Kepalanya juga terasa pusing. Perlahan ia duduk bangun dari terbaring nya."Aku dimana?" tanya Gabriel sambil memegang kepalanya serta melihat posisinya yang berada di atas kasur yang entah punya siapa."Apa yang terjadi? Bukan kah aku abis pulang dari panti kenapa aku jadi ada di sini? Lagian ini kamar siapa?" Gabriel masih bertanya-tanya kepada dirinya sendiri kemudian ia turun dari kasur berjalan perlahan menuju jendela dan melihat ke arah luar.Gabriel kaget karena ia berada di lantai yang lumayan jauh dari tanah, pemandangan kota dengan gedung-gedung pencakar langit nampak menjulang tinggi.Sambil mengingat apa yang terjadi semalam sampai ia bisa berada di ruangan asing. Selang beberapa detik ia mulai ingat bahwa malam tadi dirinya telah melihat suaminya tengah bermain cinta dengan wanita lain."Ya! Aku ingat tadi malam aku berlari sambil menangis entah mau kemana namun tiba-tiba aku tidak ingat apapu
Jhonatan yang sudah tiba di kantor, ketika ia hendak memulai meeting ada berkas projects yang ketinggalan, ia menunda rapat dan buru-buru pulang ke rumah untuk mengambil barang yang tertinggal.Setibanya ia di depan rumah ia melihat istrinya berlari dari belakang rumah dengan membawa sebuah sepatu merah."Sayang!" "Mas!" "Apa sayang?" tanya Jhonatan heran dan bingung."Jelasin mas, ini punya siapa? Ini bukan punyaku mas," ujar Gabriel yang mulai emosi."Sayang, aku gak tahu itu punya siapa," jawab Jhonatan."Bohong! Lalu kenapa kamu balik lagi? Pasti kamu lupa untuk menyembunyikan ini kan mas," tuduh Gabriel."Astaga, sayang jujur aku gak tahu, lagi pula aku balik lagi karena ada barang yang ketinggalan, sungguh," jelas Jhonatan meyakinkan istrinya. "Hemmm, benarkah itu?" "Iya!" Tak lama kemudian ada tetangga yang terlihat sedang mencari sesuatu, karena penasaran Jhonatan pun bertanya."Sayang, lihat tetangga kita sedang mencari sesuatu, mungkin saja sepatu ini miliknya," ujar Jh
Melihat Gabriel yang meneteskan air membuat pak Ruslan tidak tega ia segera berdiri sambil memegang kedua bahu Gabriel."Kamu tenang ya, ayo sebaiknya kita pergi saja dari sini," ujar pak Ruslan."Ta, tapi pa," jawab Gabriel yang terbata-bata saking tak sanggup menahan sakit hati."Udah, jangan tapi-tapi ayok," paksa pak Ruslan seraya menggandeng tangannya.Mereka pun pergi dari restoran tersebut dan masuk ke dalam mobil, Gabriel masih saja menangis, sebelum melakukan mobil pak Ruslan mengambil tissue dan mengusap lembut pipi Gabriel menghapus aliran air matanya."Udah kamu jangan nangis kayak gini, takutnya orang ngira papa yang ngapa-ngapain kamu," ujar pak Ruslan.Gabriel mengangguk sambil mengambil tissue yang ada di tangan mertuanya seraya mengusapkan ke wajahnya."Ini udah malam banget, kita pulang aja ya," ajak pak Ruslan.Lagi-lagi Gabriel hanya mengangguk seperti nya ia tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun karena rasa sakit.Sepanjang perjalanan Gabriel hanya bengong denga
"Gabriel, halo? Mengapa tidak ada suaranya?" Tanya pak Ruslan heran.Ia pun mengintip dari celah pintu rupanya hp nya sudah berada di atas kasur. Pak Ruslan tidak menyerah ia mematikan telponnya kemudian membuat panggilan lagi ke pada Gabriel.Telpon pun berdering, awalnya Gabriel ragu untuk mengangkat akan tetapi ia memiliki memiliki ide kemudian mengangkatnya."Halo pa, maaf ya pa aku udah ngantuk, aku tidur duluan ya pa," pamit Gabriel yang langsung mematikan ponselnya.Pak Ruslan hanya tersenyum ia pun kembali masuk ke dalam kamarnya, Gabriel berbaring di kasurnya sambil menatap suaminya yang terkapar di atas lantai."Hem, mas sebenarnya apa alasan kamu menikahi aku? Tapi kamu selalu memperlakukan ku dengan lembut walaupun kita belum pernah melakukan hubungan suami istri, aku hanya ingin tahu apa kamu menargetkan sesuatu sehingga kamu terpaksa menikahi ku?""Atau apa yang kamu rencanakan? Aku hidup sebatang kara tanpa tahu siapa ayah dan ibuku. Aku juga tidak tahu bagaimana bisa a
Jhonatan yang sudah selesai mandi dan segera masuk ke dalam mobil, ia bersiap hendak pergi menyusul Gabriel, akan tetapi di tengah perjalanan ia di cegat oleh Dina yang berdiri tepat di jalan yang akan di lalui Jhonatan."Dina! Apa lo sudah gila!" Bentak Jhonatan seraya keluar dari mobilnya dan menghampiri Dina."Apa?" Tanya Jhonatan tegas."Kamu kenapa sih? Bentak-bentak aku kayak gitu?" Tanya balik Dina."Gara-gara lo Gabriel jadi pergi dari rumah!" Jawab Jhonatan."Ya terus? Apa hubungannya dengan aku? Lagian juga kamu gak mau dia kan? Ya bagus dong, kalau dia benar-benar ninggalin kamu kita kan jadi bisa nikah," ujar Dina."Dina! Apa lo gila? Udah jangan ribut di sini malu di liat orang!" Bentak Jhonatan yang langsung menarik tangan Dina sehingga Dina terseret masuk ke dalam mobil."Sayang, memang apa salahnya Gabriel pergi dari rumah? Kita kan udah pertahanin hubungan ini dari dulu, jauh sebelum kamu nikah sama Gabriel, kamu kan juga udah janji mau nikahin aku, tapi sekarang kamu