Share

Mertua Ngajak Dinner?

Jhonatan yang sudah tiba di kantor, ketika ia hendak memulai meeting ada berkas projects yang ketinggalan, ia menunda rapat dan buru-buru pulang ke rumah untuk mengambil barang yang tertinggal.

Setibanya ia di depan rumah ia melihat istrinya berlari dari belakang rumah dengan membawa sebuah sepatu merah.

"Sayang!"

"Mas!"

"Apa sayang?" tanya Jhonatan heran dan bingung.

"Jelasin mas, ini punya siapa? Ini bukan punyaku mas," ujar Gabriel yang mulai emosi.

"Sayang, aku gak tahu itu punya siapa," jawab Jhonatan.

"Bohong! Lalu kenapa kamu balik lagi? Pasti kamu lupa untuk menyembunyikan ini kan mas," tuduh Gabriel.

"Astaga, sayang jujur aku gak tahu, lagi pula aku balik lagi karena ada barang yang ketinggalan, sungguh," jelas Jhonatan meyakinkan istrinya.

"Hemmm, benarkah itu?"

"Iya!"

Tak lama kemudian ada tetangga yang terlihat sedang mencari sesuatu, karena penasaran Jhonatan pun bertanya.

"Sayang, lihat tetangga kita sedang mencari sesuatu, mungkin saja sepatu ini miliknya," ujar Jhonatan.

Jhonatan dan Gabriel pun menghampiri tetangganya itu.

"Maaf mbak sedang mencari apa ya?" Tanya Gabriel.

"Saya lagi nyari sepatu saya yang sebelahnya lagi gak ada, sepatunya warna merah," jawab tetangganya itu.

"Yang ini bukan?" tanya Gabriel sambil memperlihatkan sepatu yang ia temukan di halaman belakang rumah nya.

"Iya, itu sepatu saya, kemarin keponakan saya jail banget, sepatu saya semuanya di lempar-lempar bahkan ada satu sepatu saya yang saya temukan di got, dan sepatu merah ini terlempar ke halamannya mbak, makasih ya mbak," jawab tetangganya sambil mengambil sepatu tersebut.

Ia pun berpamitan pulang. Jhonatan melirik Gabriel kemudian berkata.

"Benarkan? Aku udah jujur lho sayang aku gak tahu apa-apa tentang sepatu itu."

"Hemm iya, iya, aku ambilkan dulu berkas yang tertinggal tadi aku liat ada di atas laci kamar," ujar Gabriel kecewa karena yang ia temui bukan lah barang milik selingkuhan suaminya.

Gabriel masuk ke rumah menuju kamarnya mengambil berkas yang tertinggal kemudian ia berikan pada suaminya. Gabriel merasa kesal ia langsung kembali masuk ke dalam rumah.

Jhonatan yang sudah menerima berkas tersebut langsung berlari ke rumah tetangganya bukan masuk ke dalam mobil, ia segera menemui tetangganya yang tadi mengambil sepatu.

"Permisi, hey!" Bisik Jhonatan di balik pagar rumah tetangganya yang sedang menunggu di halaman depan.

Mendengar suara Jhonatan tetangga itu langsung berlari sambil memberikan sepatu merah tersebut kepada Jhonatan dan bertukar dengan sebuah amplop.

"Wowww makasih mas, lain kali banyakin saya pekerjaan yang kek gini, mudah ngerjainnya mudah juga dapet uangnya," ujar tetangganya.

"Suuuttt jangan berisik takutnya istri saya denger dari dalem rumah, ok makasih atas kerja sama nya," balas Jhonatan yang langsung menyembunyikan sepatu tersebut kedalam jasnya dan segera berlari masuk ke dalam mobil.

"Huuhhh hampir aja," Jhonatan bernafas lega.

Dalam perjalan menuju kantornya ia menelpon Dina.

"Halo sayang," ucap Dina lembut saat menerima telepon dari Jhonatan.

"Halo sayang, halo sayang!" Bentak Jhonatan.

"Lho kok kamu marah sih?" tanya Dina.

"Gara-gara kamu telat ngasih kabar sepatu kamu jatoh dan ketinggalan, hampir aja ketauan sama Gabriel!" Jawab Jhonatan.

"Terus gimana? Tapi gak ketahuan kan?" tanya Dina.

"Enggak! Karena aku cepat-cepat nyuruh orang buat tawaran ke tetanggaku untuk ngaku-ngaku kalo itu sepatunya, kalo aku gak nyuruh udah deh kelar semuanya," jelas Jhonatan kesal.

"Ya udah dong sayang marahnya, gak ketauan juga kan, lain kali aku lebih hati-hati lagi deh, " timpal Dina.

"Ya, udah deh makin kesel aku, aku ada meeting di kantor," ujar Jhonatan yang langsung mematikan telpon nya.

Ia pun kembali masuk ke kantornya dan memulai meeting, dibalik itu Gabriel yang masih menaruh curiga dengan sepatu merah karena selama satu tahun ia tinggal di sana, ia selalu berpapasan dengan tetangga setiap kali bepergian, namun ia sadar bahwa tetangga belum pernah memakai sepatu merah dengan high heels tinggi seperti itu.

"Ahh apa sih, yang punya sepatu model kayak gitu kan pasti banyak, udah deh gak usah mikir aneh-aneh, aku harus temuin bukti yang kuat dulu sebelum menuduh mas Jhonatan," ujar Gabriel pada dirinya sendiri.

Hari sudah menjelas sore, Tio pulang ke rumah. Ia di sambut oleh Gabriel yang sudah menunggu sedari tadi dengan beberapa pertanyaan yang sudah menumpuk.

"Tio kok kamu pulangnya sore banget?" Tanya Gabriel.

"Iya kak, tadi aku ngerjain tugas kelompok dulu di rumah teman," jawab Tio.

"Tio, kamu mau makan?" Tanya Gabriel lagi.

"Enggak ahh, nanti malem aja aku belum lapar, ada apa sih kak! Kok tumben banget nanyain aku kayak gitu?" Tanya balik Tio.

" Gak papa sih, kakak cuma pengen tahu lebih detail mengenai wanita yang di bawa kakak kamu semalam," ujar Gabriel sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

"Kak kan aku udah bilang, aku cuma liat Kilauan merah sepatunya aja, lagian aku juga agak ngantuk waktu itu jadi gak tahu jelasnya kayak gimana," jelas Tio.

"Eummm ya udah deh," balas Gabriel seraya duduk di ruang tengah.

Gabriel duduk sendirian ia memikirkan suaminya yang entah benar berselingkuh bahkan jika menuduh suaminya saja tanpa bukti apapun itu tidak akan berarti apa-apa.

Hari sudah mulai larut Gabriel tetap duduk di sofa menunggu kepulangan suaminya yang entah kapan pulangnya.

Saat jam menunjukkan pukul setengah sebelas malam, terdengar suara seseorang masuk ke dalam rumah, Gabriel mengira bahwa itu adalah suaminya ternyata bukan.

"Pa?" Sapa Gabriel.

"Lho kamu belum tidur? Kenapa? Ini udah malem banget lho," Tanya pak Ruslan, mertuanya.

"Belum pa, aku lagi nungguin nas Jhonatan pulang, tapi kok udah jam segini belum juga pulang," jawab Gabriel seraya menunjukkan jam.

"Ya udah kamu tidur duluan aja, sepertinya malam ini dia gak bakal pulang," ujar pak Ruslan.

"Lho emangnya kenapa pa? Kok papa tahu mas Jhonatan gak bakal pulang?" Tanya Gabriel heran.

Pak Ruslan nampak diam sejenak seperti sedang memikirkan jawaban yang tepat untuk Gabriel.

"Pa? Kenapa pa? Kok papa diem aja?" Lanjut tanya Gabriel.

"Eumm begini, Gabriel kamu udah makan belum?" tanya pak Ruslan yang malah mengalihkan pembicaraan.

"Belum pa, aku dari tadi nungguin mas Jhonatan untuk makan bareng, emangnya kenapa pa?" Tanya balik Gabriel yang semakin heran mengapa mertuanya malah mengalihkan pembicaraan.

"Kebetulan sekali papa juga belum makan, kita makan diluar yuk," ajak pak Ruslan.

Gabriel terdiam, ia kaget karena baru kali ini papa mertuanya mengajak Gabriel untuk makan diluar bahkan rasanya agak aneh mertua makan berdua dengan menantunya saja.

"Gak usah pa, papa aja lagian aku juga gak laper kok," tolak Gabriel karena merasa tidak enak.

"Udah ayok ikut papa," ajak pak Ruslan tanpa ragu menggandeng tangan Gabriel.

"Ehhh pa!" tolak Gabriel sambil melepaskan gandengan pak Ruslan.

"Suuuttt," balas pak Ruslan sambil menempelkan jari tunjuk ke bibinya.

Gabriel pun terdiam dan ikut pergi bersamanya mertuanya.

Merekapun masuk ke dalam mobil, pak Ruslan membawa mobilnya sendiri tidak dengan supir.

"Pa, kita mau kemana?" tanya Gabriel.

"Kita akan pergi ke restoran yang sangat terkenal makannya juga enak banget, kamu pasti belum pernah ke sana," jawab pak Ruslan sambil tersenyum.

"Ya mau pernah gimana pa, mas Jhonatan nya aja sibuk gak pernah tuh ngajakin aku makan di luar," ujar Gabriel.

"Dasar ya dia itu gak ada romantis-romantisnya jadi laki, padahal kan kamu juga butuh healing, butuh perhatian butuh kasih sayang juga, dia tu terlalu sibuk ngurusin perusahaan padahal waktu papa yang ngurus dulu gak sibuk-sibuk amat," balas pak Ruslan.

"Tapi pa, papa dulu jarang pulang ke rumah juga? Kayak mas Jhonatan sekarang?" tanya Gabriel penasaran.

"Eumm kayaknya enggak deh," jawab pak Ruslan singkat.

Tidak terasa mereka pun sampai di restoran, pak Ruslan langsung meminta menu yang termahal untuk mereka berdua.

"Pa apa ini gak berlebihan?" tanya Gabriel ragu.

"Udah gak papa, kamu makan aja yang penting kamu bahagia," jawab pak Ruslan agak janggal.

Gabriel merasa canggung makan berdua seperti itu dengan mertuanya bahkan pelayannya mengira bahwa mereka sepasang kekasih karena tampang pak Ruslan yang masih nampak muda.

Hal itu membuat Gabriel semakin canggung. Pak Ruslan yang peka langsung memegang tangan Gabriel secara lembut.

"Udah gak papa, jangan di pikirin kamu nikmati aja makanannya nanti keburu dingin," ujar nya dengan tersenyum.

Gabriel hanya mengangguk dengan tersenyum tipis, perlahan Gabriel memotong daging barbekyu namun agak kesusahan, pak Ruslan dengan sigap memotong daging barbekyu tersebut agar Gabriel bisa makan dengan mudah.

"Makasih pa, aku gak bisa karen baru pertama kali, " ujar Gabriel.

"Iya sama-sama," jawab pak Ruslan singkat.

"Aduhh ini beneran gak papa? Kayak aneh banget bjir aku makan bareng mertua ku mana mertuaku perhatian banget lagi, gila, gila," gumam Gabriel dalam hati.

Setelah beberapa suapan masuk ke dalam mulut Gabriel, tiba-tiba tangan pak Ruslan mengusap lembut area bibir Gabriel sambil berkata.

"Kamu makannya pelan-pelan, sampe belepotan kayak gini."

Deg! Jantung Gabriel berdegup kencang, saat tangan mertuanya itu menyentuh bibirnya, sambil memperhatikan wajah mertuanya.

"Aduhhhh gila si ini, ternyata kalo di liat-liat papa mertua ku ganteng banget, ini sih lebih ganteng dari mas Jhonatan," ngumamnya dalam hati kegirangan.

"Ehh apaan sih! Sadar Gabriel sadar dia itu mertua, ingat papa mertua jangan mikir yang aneh-aneh deh," sambung nya dalam hati.

"Udah bersih, ayo lanjutin lagi makannya," ujar pak Ruslan.

Gabriel mengangguk dan melanjutkan makan, akan tetapi di tengah makan malam mereka, Gabriel tanpa sengaja melihat suaminya sedang berjalan menuju restoran tempat mereka makan.

"Ada apa Gabriel?" tanya pak Ruslan heran dengan raut wajahnya Gabriel sambil memandang ke suatu titik.

"Pa, itu mas Jhonatan?" tanya balik Gabriel.

Pak Ruslan melirik ke Belakangnya, Gabriel tiba-tiba berdiri ingin menghampiri suaminya akan tetapi saat ia baru melangkahkan satu kaki, pak Ruslan menahannya dengan memegang tangan Gabriel.

"Sebentar jangan hampiri dia, Gabriel tunggu sejenak dan lihat lah dahulu," ujar pak Ruslan.

Selang beberapa detik Jhonatan tiba-tiba saja menggandeng seorang wanita berparas cantik dan berpenampilan sangat seksi.

"Apa? Mas Jhonatan gandeng cewek?" tanya nya kaget bahkan tidak percaya.

"Udah papa bilang kan tunggu dulu, dan sekarang kamu lihat?" ujar pak Ruslan.

Gabriel yang syok meneteskan air mata kesedihan dari rasa sakit melihat suaminya menggandeng wanita lain di depan matanya sendiri, ia menggelengkan kepala sambil bergumam dalam hati.

"Mas aku benar-benar gak nyangka ternyata ini yang membuat kamu jarang pulang ke rumah? Kamu asik bersama wanita lain? Apa kamu melakukan itu setiap hari mas? Lalu bagaimana dengan aku mas, aku ini siapa bagimu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status