Melihat Gabriel yang meneteskan air membuat pak Ruslan tidak tega ia segera berdiri sambil memegang kedua bahu Gabriel.
"Kamu tenang ya, ayo sebaiknya kita pergi saja dari sini," ujar pak Ruslan."Ta, tapi pa," jawab Gabriel yang terbata-bata saking tak sanggup menahan sakit hati."Udah, jangan tapi-tapi ayok," paksa pak Ruslan seraya menggandeng tangannya.Mereka pun pergi dari restoran tersebut dan masuk ke dalam mobil, Gabriel masih saja menangis, sebelum melakukan mobil pak Ruslan mengambil tissue dan mengusap lembut pipi Gabriel menghapus aliran air matanya."Udah kamu jangan nangis kayak gini, takutnya orang ngira papa yang ngapa-ngapain kamu," ujar pak Ruslan.Gabriel mengangguk sambil mengambil tissue yang ada di tangan mertuanya seraya mengusapkan ke wajahnya."Ini udah malam banget, kita pulang aja ya," ajak pak Ruslan.Lagi-lagi Gabriel hanya mengangguk seperti nya ia tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun karena rasa sakit.Sepanjang perjalanan Gabriel hanya bengong dengan isi pikiran yang menggambarkan suaminya tengah berselingkuh dengan wanita lain bahkan ia ingat dengan kejadian suaminya bercinta dengan wanita lain, entah itu wanita yang sama atau bukan Gabriel tidak tahu.Sesampainya di rumah pak Ruslan menyuruh Gabriel untuk segera tidur."Gabriel yang kamu lihat tadi jangan terlalu di pikirin sebaiknya kamu tidur, tunggu penjelasan Jhonatan dulu siapa tahu mungkin mereka hanya temen," ujar pak Ruslan."Iya pa, makasih papa udah ngajak aku makan malam, maaf jadi ngerepotin," balas Gabriel sambil menunduk.Pak Ruslan hanya tersenyum, mereka pun pergi ke kamar masing-masing, Gabriel segera membaringkan tubuhnya ia memikirkan apa yang telah terjadi sebenarnya, ia berharap suaminya segera pulang dan meminta penjelasan."Mas, apa sih yang bikin kamu kayak gini? Kenapa kamu tidak melakukan nya dengan ku? Kamu malah memilih melakukan nya dengan wanita lain, apa salah ku mas?" Gabriel hanya bisa bertanya-tanya dalam kesendirian.Rasa kantuk tak kunjung datang Gabriel hanya berbaring dengan mata terbuka, tak lama kemudian."Sayang aku pulang,"Terdengar suara sambil membuka pintu kamarnya.Jhonatan pun masuk ke dalam kamar dengan ke adaan berbau alkohol."Mas?""Sayang, kenapa kamu menangis? Wajahmu terlihat sedih, apa aku melakukan kesalahan tadi? Tapi sayang aku tidak peduli kamu mau kesakitan, kesulitan, kesurupan atau apalah itu, yang jelas kamu berhasil membuatku puas tadi," gumam Jhonatan dengan laga yang kayak orang gila."Mas kamu ngomong apa si?" Tanya Gabriel bingung dengan ucapan suaminya."Kamu lupa sayang? Goyangan mu sangat lincah sekali, sampai aku hampir saja kewalahan tapi ujung-ujungnya kamu juga yang tepar duluan," jawab Jhonatan seraya terbaring sambil menatap Gabriel yang terduduk kaget."Apa? Mas dengan siapa kamu melakukan itu mas?" Tanya Gabriel.Suaminya bangun dari terbaring nya, ia duduk sambil menatap Gabriel, tangannya memegang dagu Gabriel seraya berkata."Dina, Dina, bagaimana kamu lupa dengan namamu sendiri? Apa kamu juga minum? Tapi Dina apa kamu tahu? Tubuhmu yang sangat seksi ini jangan pernah kamu bagi dengan siapapun hanya aku yang boleh menikmati nya."Gabriel menggelengkan kepalanya ia syok dengan ucapan suaminya, ia melepas tangan Jhonatan yang masih memegang dagunya."Dina siapa mas? Jawab Dina itu siapa mas?"Bentak Gabriel yang mulai kesal."Dina, kenapa kamu terlihat marah? Apa kamu belum puas?" Tanya Jhonatan seraya mengecup pipi Gabriel.Setelah kecupan itu mendarat Gabriel sangat tidak terima, menerima sebuah kecupan yang mana suaminya menganggap bahwa Gabriel adalah Dina."Mas sadar! Aku bukan Dina! Aku bukan selingkuh han kamu mas! Dina itu selingkuhan kamu kan mas? Jadi wanita murahan itu namanya Dina? Mas aku ini istri kamu! Aku Gabriel istri kamu mas!" Bentak Gabriel seraya berdiri dari kasur nya.Melihat Gabriel berdiri, Jhonatan pun turun dari kasurnya ia berdiri dan berjalan telonjongan menghampiri Gabriel yang sedang membelakangi nya.Ia perlahan memeluk Gabriel dari belakang seraya berbisik."Dina sayang."Gabriel yang mual muak dengan suaminya yang terus menyebutkan nama Dina, ia mendorong tubuh suaminya sampai tersungkur ke lantai."Cukup mas! Aku pertegas lagi aku ini istri kamu! Aku bukan Dina, Dina itu selingkuhan kamu kan mas?" Ujar Gabriel.Jhonatan yang tengah mabuk berat hanya terkapar lemas di lantai tanpa adanya perlawanan.Gabriel kembali menirukan air matanya, ia membuka jendela kamar dan melihat langit rupanya malam itu langit sangat cerah miliaran bintang ber kelap-kelip dengan satu bulan purnama yang sangat besar dan indah."Bulan, apa kamu tahu? Hari ini aku sedang berduka, aku sedang merasakan sakit hati. Bulan apa kamu pernah berduka atau merasakan rasa sakit? Aku hanya melihat kamu selalu bersinar setia malam seperti selalu bahagia, walaupun kamu hanya sendirian hanya di temani bintang-bintang yang terlihat lebih kecil dari mu," ujar Gabriel sambil menatap bulan yang bundar sempurna."Andai aku jadi bulan, seperti nya aku sangat bahagia karena bisa memberikan cahaya di tengah gelapnya malam," sambungnya seraya menghapus deraian air mata.Angin yang begitu lembut mengusap pipinya, ia memejamkan kedua matanya menikmati sentuhan angin yang benar-benar lembut.Tiba-tiba saja terbersit di ingatan Gabriel sosok mertuanya yang tadi menghapus noda makanan di bibirnya.Ketampanan nya yang masih terlihat jelas, perhatiannya dan juga kelembutan nya serta pengertian nya sangat membuat Gabriel merasa nyaman.Tanpa di sadari Gabriel senyum-senyum sendiri saat mengingat kejadian makan malam tadi dengan mertuanya."Ah sial! Apa yang aku pikirkan? Jangan Gabriel apa lho udah gila ya! Dia itu mertua lho, ingat mertua, apa sih! Udah deh jangan mikir yang aneh-aneh," tegur Gabriel pada dirinya sendiri.Ngiengg ngiengg ngiengg suara nyamuk mondar-mandir di sebelah telinga Gabriel."Ahh jadi banyak nyamuk," ujar Gabriel sambil menampar nyamuk yang hinggap di pipinya.Ia menutup kembali jendela kamarnya dan duduk di pinggir kasur sambil memandang suaminya yang tertidur beralaskan lantai.Tanpa Gabriel sadari pak Ruslan sedang berada tepat di depan pintu kamarnya, ia menguping pembicaraan Gabriel dengan Jhonatan sedari tadi pas Jhonatan pulang.Kemudian diam-diam pak Ruslan mengintip ke dalam kamar melalui celah pintu, ia tak tega melihat Gabriel melamun seperti itu kemudian ia berniat untuk menghiburnya sejenak."Gabriel, apa kamu sudah tidur?" Tanya pak Ruslan melalui sebuah pesan.Gabriel mengambil hpnya yang jarang ia pakai itu, ia kaget mertuanya mengirimi ia pesan malam-malam seperti itu.Gabriel pun membalas pesan dari mertuanya."Belum pa.""Kenapa?" Tanya pak Ruslan."Mas Jhonatan baru pulang pa," jawab Gabriel."Ehh gak papa ya? Tapi kayak aneh aja sih kenapa aku chatting an dengan mertua ku di tengah malam kayak gini? Kayak gak wajar gak si?" Tanya Gabriel dalam hati."Tapi kan aku gak selingkuh kayak mas Jhonatan, lagian pak Ruslan juga baik dia sama aku, gak mungkin dia akan melakukan yang aneh-aneh," Sambung Gabriel dalam hati. "Jhonatan udah tidur?" Tanya pak Ruslan."Udah pa, kenapa emangnya?" Tanya balik Gabriel heran."Emmm apa kamu butuh hiburan?" Sambung pak Ruslan.Gabriel yang kaget langsung melemparkan hp nya ke atas kasur sambil kebingungan."Apa? Hiburan? Apa maksudnya?""Gabriel, halo? Mengapa tidak ada suaranya?" Tanya pak Ruslan heran.Ia pun mengintip dari celah pintu rupanya hp nya sudah berada di atas kasur. Pak Ruslan tidak menyerah ia mematikan telponnya kemudian membuat panggilan lagi ke pada Gabriel.Telpon pun berdering, awalnya Gabriel ragu untuk mengangkat akan tetapi ia memiliki memiliki ide kemudian mengangkatnya."Halo pa, maaf ya pa aku udah ngantuk, aku tidur duluan ya pa," pamit Gabriel yang langsung mematikan ponselnya.Pak Ruslan hanya tersenyum ia pun kembali masuk ke dalam kamarnya, Gabriel berbaring di kasurnya sambil menatap suaminya yang terkapar di atas lantai."Hem, mas sebenarnya apa alasan kamu menikahi aku? Tapi kamu selalu memperlakukan ku dengan lembut walaupun kita belum pernah melakukan hubungan suami istri, aku hanya ingin tahu apa kamu menargetkan sesuatu sehingga kamu terpaksa menikahi ku?""Atau apa yang kamu rencanakan? Aku hidup sebatang kara tanpa tahu siapa ayah dan ibuku. Aku juga tidak tahu bagaimana bisa a
Jhonatan yang sudah selesai mandi dan segera masuk ke dalam mobil, ia bersiap hendak pergi menyusul Gabriel, akan tetapi di tengah perjalanan ia di cegat oleh Dina yang berdiri tepat di jalan yang akan di lalui Jhonatan."Dina! Apa lo sudah gila!" Bentak Jhonatan seraya keluar dari mobilnya dan menghampiri Dina."Apa?" Tanya Jhonatan tegas."Kamu kenapa sih? Bentak-bentak aku kayak gitu?" Tanya balik Dina."Gara-gara lo Gabriel jadi pergi dari rumah!" Jawab Jhonatan."Ya terus? Apa hubungannya dengan aku? Lagian juga kamu gak mau dia kan? Ya bagus dong, kalau dia benar-benar ninggalin kamu kita kan jadi bisa nikah," ujar Dina."Dina! Apa lo gila? Udah jangan ribut di sini malu di liat orang!" Bentak Jhonatan yang langsung menarik tangan Dina sehingga Dina terseret masuk ke dalam mobil."Sayang, memang apa salahnya Gabriel pergi dari rumah? Kita kan udah pertahanin hubungan ini dari dulu, jauh sebelum kamu nikah sama Gabriel, kamu kan juga udah janji mau nikahin aku, tapi sekarang kamu
Jhonatan kesakitan di dalam kamar, setelah rasa sakitnya mereda di melihat keluar rumah dan ternyata mobil pak Ruslan sudah tidak ada, Jhonatan berprasangka bahwa Gabriel pasti pergi bersama papanya."Ah, sial!" Ujar Jhonatan sambil menggeplak laci di kamarnya.Ia membaringkan tubuhnya kesal karena hasratnya tidak terpenuhi, akhirnya Jhonatan memutuskan untuk pergi menemui Dina agar ia bisa menyalurkan hasratnya yang sudah menggebu.Dibalik itu Gabriel sudah berada di rumah pak Ruslan, ia masih terisak dalam tangisnya."Gabriel istirahat lah terlebih dahulu nanti kita makan malam bareng," ujar pak Ruslan.Gabriel hanya mengangguk kemudian masuk ke dalam kamar yang sudah di sediakan bahkan kamar itu adalah tempat dimana Gabriel baru mengetahui keberadaan rumah asli pak Ruslan.Berselang beberapa menit bi Ita datang mengetuk pintu dan menemui Gabriel."Non, mau mandi air hangat?" Tanya bi Ita."Emm boleh bi," jawab Gabriel.Bi Ita pun menuntun Gabriel untuk pergi ke tempat pemandian air
"ahh sial! Kemana perginya dia?" Jhonatan yang berada di dalam mobil setelah dari panti mencari keberadaan Gabriel.Tanpa jejak, entah kemana Gabriel pergi, Jhonatan gelisah mencari istrinya walaupun dia masih menikmati Dina dalam hidupnya.Di tengah perjalanan mencari Gabriel, telponnya berdering rupanya Dina yang menelpon."Halo sayang," ujar Dina lembut."Apa? Aku sedang sibuk," sambut Jhonatan dengan nada yang kesal."Lho, kok kamu marah sih sayang? Ada apa? Apa kamu belum puas dengan yang semalam?" tanya Dina beruntun."Aku sedang mencari Gabriel, aku gak tahu dia ada di mana," jawab Jhonatan."Heumm, kok kamu masih mikirin dia sih? Kan ada aku, aku lebih baik dari dia, aku lebih cantik bahkan aku juga lebih seksi dari pada dia kan? Ngapain kamu cari dia?" suara Dina dengan mendayu-dayu."Ahh sudah lah, aku ada meeting di kantor," ujar Jhonatan yang langsung menutup telponnya.Selang beberapa detik kemudian, telpon milik Jhonatan kembali berdering, rupanya Dina awalnya ia mengaba
"Gabriel kamu sudah sadar? Syukurlah ayok kita pulang," ujar pak Ruslan sangat bahagia melihat Gabriel ternyata baik-baik saja.Mereka pun pulang pak Ruslan mengantar Gabriel hingga depan pintu kamarnya, ia menyuruh Gabriel untuk beristirahat karena pasti ia sangat lelah dengan seharian berada di festival.*Satu Minggu kemudian*"Heumm, ternyata aku sudah satu Minggu tinggal di sini," ujar Gabriel sambil melihat kalender.Ia keluar kamar dan menghampiri bi Ita yang sedang beres-beres di ruang tengah sedangkan pak Ruslan entah kemana bahkan akhir-akhir ini pan Ruslan semakin jarang berada di rumah bahkan sering kali Gabriel melihat pak Ruslan pulang dengan bercak darah entah itu di tangannya, wajahnya ataupun di pakaiannya.Walaupun begitu Gabriel tidak tahu apa penyebabnya karena setiap kali ia bertanya pak Ruslan selalu mengelak."Bi," ujar Gabriel menyapa bi Ita."Eh iya non ada apa?" tanya bi Ita seraya berbalik badan melihat Gabriel sudah berdiri di belakangnya."Begini bi," jawab
Gabriel dan pak Ruslan sudah berada di dalam kamar, mereka hanya memakai handuk saja, perlahan Gabriel berbaring kemudian pak Ruslan ikut berbaring di atas tubuh Gabriel dengan posisi yang hendak push up."Gabriel kamu sudah siap?" Pak Ruslan bertanya sambil memandangi wajah Gabriel."Eumm, heu eum," jawab Gabriel menganggukkan kepalanya.Mendengar jawaban Gabriel pak Ruslan perlahan mendekatkan wajahnya ia melihat bibir mungil Gabriel yang imut, bibir menjadi sasarannya, saat dekat semakin dekat dan sedikit lagi sampai bibir mereka bertemu."Ahh papa!" Gabriel agak berteriak."Ada apa sayang? Papa belum melakukan apa-apa," ujar pak Ruslan yang kaget dengan teriakan Gabriel."Maaf pa, perut aku rasanya sakit sepertinya aku datang bulan," jawab Gabriel sambil memalingkan muka karena malu."Ya sudah gak papa, kamu cek dulu ke kamar mandi, papa mau nyuruh bi Ita untuk membeli pembalut," ujar pak Ruslan seraya berdiri dan turun dari ranjang."Maaf ya pa," ucap Gabriel pelan."Kamu gak per
"Tio! Jangan berani kamu bilang pada papa atau kamu akan menyesalinya!" tegas Jhonatan."Tapi, kak siapa dari dulu papa sudah tidak merestui hubungan kakak sama kak Dina, bagaimana bisa kakak membawanya ke rumah ini, sedangkan kak Gabriel istri sah kakak sekarang ada di mana? Dia sudah lama tak pulang," jelas Tio kesal karena Jhonatan membawa Dina ke rumah mereka malam itu."Diam! Ini uang untuk tutup mulut mu! Kakak memang menikah dengan Gabriel tapi kakak tetap menginginkan Dina!" Ujar Jhonatan sambil menodongkan uang sebesar 500 US Dollar."Kakak dari mana uang ini?" tanya Tio kaget."Tentu saja ini hasil dari perusahaan," jawab Jhonatan."Kakak gak bisa dong uang perusahaan dipake hal yang kayak gini, kakak gak boleh foya-foya nanti kalau perusahaan bangkrut gimana?" Tutur Tio."Tio, kamu tahu apa sih? Udah jangan ngelawan sama kakak kamu nanti kalau kamu kualat baru tahu rasa," sahut Dina."Diam kak Dina aku tidak sedang bicara dengan kak Dina!" Bentak Tio yang dari dulu memang t
Dina mengambil kesempatan ia segera mengambil pakaian dan berpakaian di tengah berlututnya Jhonatan, ia segera pergi dari kamar itu akan tetapi."Mau kemana kamu? Wanita j*lang?" pak Ruslan menahan Dina dengan memegang tangannya, hingga ia berhenti melangkah."Maaf om, aku gak bersalah yang salah itu Jhonatan om dia yang maksa aku buat........." Ucapan Dina terpotong."Munafik sekali kamu ini, di saat kekasihmu ini jatuh miskin kamu ninggalin dia tadi kamu manggil saya papa sekarang kamu manggil saya om, apa maksud kamu? Hah?" Tegas pak Ruslan."A, a, aku, aku tidak bersalah! Salahkan saja dia!" teriak Dina yang langsung berlari kabur dari kamar tersebut."Gabriel, Tio ayok kita pergi," ajak pak Ruslan sambil membalikan badan."Bagaimana dengan ku pa?" tanya Jhonatan yang langsung berdiri."Kamu? Siapa kamu? Kita tidak ada hubungan apapun dengan kamu, terserah kamu mau kemana dan hidup mana," jawab pak Ruslan."Pa, bagaimana papa bisa sekejam ini?" ujar Jhonatan."Apa kamu bilang? Say