Share

Diculik Mertua Duda
Diculik Mertua Duda
Author: Neng Gemoy

Sepatu Merah

Gabriel perlahan membuka kedua matanya, ia melirik sekeliling nya nampak asing. Kepalanya juga terasa pusing. Perlahan ia duduk bangun dari terbaring nya.

"Aku dimana?" tanya Gabriel sambil memegang kepalanya serta melihat posisinya yang berada di atas kasur yang entah punya siapa.

"Apa yang terjadi? Bukan kah aku abis pulang dari panti kenapa aku jadi ada di sini? Lagian ini kamar siapa?"

Gabriel masih bertanya-tanya kepada dirinya sendiri kemudian ia turun dari kasur berjalan perlahan menuju jendela dan melihat ke arah luar.

Gabriel kaget karena ia berada di lantai yang lumayan jauh dari tanah, pemandangan kota dengan gedung-gedung pencakar langit nampak menjulang tinggi.

Sambil mengingat apa yang terjadi semalam sampai ia bisa berada di ruangan asing. Selang beberapa detik ia mulai ingat bahwa malam tadi dirinya telah melihat suaminya tengah bermain cinta dengan wanita lain.

"Ya! Aku ingat tadi malam aku berlari sambil menangis entah mau kemana namun tiba-tiba aku tidak ingat apapun setelah itu. Hah? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku tidak bisa mengingatnya?"

Kesadaran membuatnya mulai panik ia segera berlari menuju pintu namun saat ia membuka pintu.

BRAKKK!

"Gabriel? Kamu mau kemana?"

"Hah? Papa?"

Gabriel tanpa sengaja bertabrakan dengan pak Ruslan, mertuanya yang berstatus Duda usinya kini 44 tahun, namun penampilannya seperti pria berumur sangat awet muda, wajahnya tampan, kulitnya masih kencang, penampilan yang gagah dan juga berwibawa membuatnya terlihat lebih muda dari usianya seperti baru berumur 30 tahun,

"Gabriel jangan salah paham dulu, saat ini kamu sedang di rumah papa yang satunya lagi, semalam papa gak sengaja ngeliat kamu jalan di pinggir jalan terus secara tiba-tiba kamu pingsan, jadi papa putuskan untuk membawa kamu ke rumah ini." Jelas pak Ruslan menenangkan Gabriel.

"Apa? Aku pingsan? Lantas mengapa papa tidak membawaku pulang ke rumah kita saja? Kenapa harus ke rumah yang ini?" tanya Gabriel agak kaget serta heran dengan penjelasan mertuanya.

"Tadi nya papa mau bawa pulang ke rumah kita yang biasanya tapi semalam papa udah capek banget jadi papa pilih rumah yang lebih Deket aja," elak pak Ruslan.

Gabriel menganggukkan kepalanya seolah paham walaupun isi hatinya masih berkata lain bahkan menurut pikirnya agak tidak masuk akal.

"Ya udah pa, lagian ini juga udah pagi aku pulang duluan ya pa," pamit Gabriel karena merasa tidak enak jika berlama-lama berada di sana.

"Ehh tunggu, papa mau tau semalam kamu kayak abis nangis kamu kenapa? Apa Jhonatan nyakitin kamu?" tanya pak Ruslan seolah perhatian.

Gabriel diam sejenak ia bingung mau jawab apa karena jika ia mengatakan yang sebenarnya, masa ia ngabongkar aib rumah tangganya.

"Gabriel? Hey?"

"Ehh iya pa, eum aku gak papa kok semalam cuma kecapean aja kayaknya." Elak Gabriel.

"Oh ya sudah, tapi kalo ada apa-apa atau ada sesuatu yang tidak pantas dilakukan oleh Jhon kamu tidak perlu ragu untuk memberitahu papa ya, karena papa tahu betul sifat dan kelakuan anak papa yang satu ini agak beda," ujar pak Ruslan.

Gabriel hanya mengangguk karena ia merasa canggung jika ngobrol berdua saja seperti itu. Ia kembali pamit tapi mertuanya menyuruh Gabriel untuk sarapan bersamanya terlebih dahulu. Ia tidak berani menolak mereka pun makan bersama.

Di tengah makan pak Ruslan memberi tahu Gabriel bahwa di rumah ini hanya ada satu orang pembantu bernama bi Ita, dan dua orang satpam. Bi Ita sudah lama bekerja di sana dan pak Ruslan tidak pernah mengganti pembantu nya selama bertahun-tahun.

Namun saat Gabriel melihat bi Ita tatapan nya begitu aneh tidak ramah tidak tersenyum hanya menunduk dan sesekali melirik wajah Gabriel dengan ekspresi yang aneh di wajahnya seolah ingin memberitahu Gabriel sesuatu.

"Kenapa bi?" tanya Gabriel.

"Gak papa non," jawab bi Ita singkat.

"Oh iya, saya lupa bi ini menantu saya istrinya Jhonatan," tutur pak Ruslan.

"Oh ini menantu tuan, kirain siapa," timpal bi Ita menunduk kemudian pergi.

"Kamu gak perlu heran bi Ita emang orangnya suka malu-malu," ujar pak Ruslan.

Gabriel hanya mengangguk sambil makan walaupun makan nya tidak lahap karena masih teringat dengan apa yang telah di lakukan suaminya semalam.

Sebenarnya setelah satu tahun berumahtangga Gabriel belum pernah di sentuh oleh Jhonatan bahkan dirinya masih perawan sampai saat ini. Entah apa yang membuat Jhonatan tidak mau menyentuh Gabriel, padahal ia cantik, baik badannya juga sexi hanya saja ia selalu tampil sederhana.

Walaupun Jhonatan belum pernah menyentuh Gabriel, tapi sikapnya selalu lemah lembut dengan tutur kata yang manis.

Gabriel juga terpaksa menikah dengan Jhonatan karena pak Ruslan memilihnya untuk dijadikan menantu. Gabriel yang hidup di panti asuhan sejak kecil tanpa tahu siapa ibu dan ayah nya. Ia tidak bisa menolak walaupun saat itu ia belum tahu siapa yang akan menjadi suaminya.

Ternyata Jhonatan seorang CEO di perusahaan Ruslan Group yang jelas sebuah perusahaan yang di bangun oleh papanya dari nol.

Pak Ruslan berperan penting bagi panti asuhan karena ialah yang selalu menyumbang makanan, pakaian serta uang jajan setiap bulannya untuk anak-anak panti.

Pak Ruslan memang baik namun entah niat apa yang terselubung dihatinya Sampai ia berani menculik menantunya sendiri akan tetapi perlakuan nya tetap baik sama sekali tidak mencurigakan.

Setelah sarapan selesai pak Ruslan mengantarkan Gabriel pulang ke rumah mereka yang biasa mereka tinggali.

Ditengah perjalanan Gabriel merasa penasaran akan banyak hal tentang mertuanya serta suaminya namun ia bingung harus bertanya pada siapa.

"Gabriel, kamu udah satu tahun lho nikah sama Jhon, kamu kapan mau punya anak, papa udah gak sabar pengen gendong cucu," celetuk pak Ruslan.

Ia kaget mendengar ucapan mertuanya, mengapa tiba-tiba bertanya seperti itu. Ia bahkan bingung harus menjawab apa karena bagaimana mau hamil? Suaminya saja tidak pernah menyentuh dirinya.

"Sabar pa, aku sama mas juga lagi berusaha," jawab Gabriel.

"Iya tapi jangan lama-lama," timpal pak Ruslan.

Clara hanya mengangguk sambil tersenyum. Sebenarnya baru kali ini Clara begitu dekat dengan mertuanya karena kesibukan Clara dengan anak-anak panti.

Setelah sampai pak Ruslan berpamitan karena akan berangkat kerja sedangkan Clara masuk ke dalam rumah.

Ia menarik napas panjang setelah tiba di depan pintu kamar, berat rasanya ingin membuka pintu kamar karena telah melihat kejadian semalam.

"Huuuh mau bagaimana lagi," ucapnya dalam hati sambil membuka pintu kamar.

Ia melihat Jhonatan sudah berdandan rapi di depan kaca, Clara menghampiri suaminya sambil bertanya.

"Mas, kamu mau kemana?"

"Kamu gak perlu tahu," jawab Jhonatan ketus.

"Lho mas, aku ini istri kamu, ada apa? Kok kamu jawab nya gitu?" tanya Gabriel.

"Bercanda sayang," celetuk Jhonatan sambil mencubit hidung Gabriel.

"Sayang, kamu udah pulang dari panti? Kok kamu gak bilang-bilang kalo aku tahu aku kan bisa nyiapin kejutan buat kamu," sambung Jhonatan dengan senyuman.

"Mas, kamu udah bikin kejutan kok buat aku, bahkan kejutan sangat diluar dugaan ku, kejutan dari kamu malam tadi benar-benar menyakitkan mas," ujar Gabriel dalam hatinya.

"Iya aku udah pulang, maaf gak bilang dulu," ucap Gabriel sambil menghembuskan napas berat.

"Kamu kenapa sayang? Kamu pasti capek ya, ya udah kamu istirahat aja, aku juga mau berangkat kerja ke kantor," ujar Jhonatan.

"Ya udah mas hati-hati," timpal Gabriel.

Setelah Jhonatan pergi, Gabriel terduduk diam melihat sekeliling tidak ada yang aneh ataupun berantakan bahkan tidak bau yang aneh.

"Apa yang aku lihat semalam di ruangan hanyalah mimpi? Tapi rasanya sangat nyata, aku jelas melihat mas Jhonatan sedang bercinta di sini, di kamar ini, lagi pula dengan siapa dia melakukan hal itu? Mengapa tidak dengan ku?" ujar Gabriel bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Gabriel keluar dari kamar pas menuruni tangga menuju ke ruang tengah, ia berpapasan dengan Tio adik iparnya.

"Lho kakak baru pulang? Kakak bisa pakai high heels?" Sapa Tio.

"Iya kakak baru pulang, kenapa emangnya?" tanya balik Gabriel.

"Soalnya semalem kak Jhonatan kayak bawa cewek deh ke kamar tapi cewek itu kayak pakai sepatu merah gitu, sedangkan kakak kan gak punya sepatu merah bahkan sepatu kakak semuanya cuma warna hitam, aku kira kakak ternyata kakak baru pulang," jelas Tio.

"Apa? Mas Jhonatan bawa cewek ke kamar? Pakai sepatu merah? Jelas Tio kakak kan gak punya sepatu merah," ujar Gabriel kaget karena apa yang di lihat nya semalam benar-benar nyata.

"Waktu itu aku mau minum abis dari dapur dan pas aku balik lagi ke kamar aku lihat ka Jhonatan baru pulang tapi berdua, aku gak begitu melihat si karena aku kira sama kakak, sepatunya mengkilap kena sinar lampu jadi aku tahu itu warna merah," jelas Tio jujur.

"Kamu yakin?" tanya Gabriel.

Tio hanya mengangguk sambil berjalan menuju dapur. Tio adik Jhonatan, ia masih berada di bangku kuliah, ia tidak begitu akrab dengan Jhonatan walaupun tinggal satu atap.

Clara duduk di sofa yang berada di ruangan tengah sambil menyetel televisi walaupun ia tidak menontonnya hanya sebuah pengalihan agar orang yang melihatnya tidak mengira bahwa ia sedang melamun.

Tak lama Tio berpamitan pada Gabriel untuk berangkat kuliah, ia mengantarkan Tio sampai pintu depan. Setelahnya Gabriel pergi ke belakang rumah untuk mencari udara segar namun tiba-tiba saja ia kaget karena melihat sebuah sepatu high heels yang entah milik siapa, berada di bawa rerumputan.

Sepatu itu berwarna merah, ia mulai curiga dengan pasti sepatu tersebut adalah sepatu milik selingkuhan nya Jhonatan, ia bergegas mengambil sepatu tersebut dan membawanya ke rumah, namun saat tiba di halaman rumah.

"Sayang?" sapa Jhonatan yang baru turun dari mobil, sambil melihat apa yang ada di tangan Gabriel.

"Mas!" bentak Gabriel sambil menodongkan sepatu tersebut tepat di depan wajah Jhonatan.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Saskia Kia
udah deh gak perlu pikir panjang mending sama duda aja, udah kaya ganteng berkharisma perhatian pula beuhkkk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status