Madu Yang Beracun

Madu Yang Beracun

By:  Dara Kirana   Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
38 ratings
48Chapters
1.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Embun adalah wanita yang di vonis oleh dokter tidak bisa memiliki keturunan dan harus menerima kenyataan ketika sang suami menceraikannya. Ditengah keterpurukannya, seseorang hadir membantu menyembuhkan luka hatinya dan tak lama kemudian mereka menikah. Rumah tangga mereka harmonis dan bahagia, meski tanpa hadirnya seorang anak. Ditengah kebahagiaan yang Embun rasakan, ia harus di tampar dengan kenyataan pahit. Sang suami memilih menikah lagi dan membawa madunya tinggal di bawah atap yang sama dengannya.

View More
Madu Yang Beracun Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Son Han
weh, thor kenapa banyak kali bawang yang kau tarok dalam cerita ini. sampai ulu hati pedihnya, merembes terus air mataku.
2024-04-21 12:04:19
0
user avatar
Dila putri
bagus banget cerita nya kak semangat
2024-01-31 12:49:06
0
user avatar
Nopember Rain
ceritanya bagus banget
2024-01-22 16:58:46
0
user avatar
APStory
udah madu, racun pula. seru bgt ceritanya
2024-01-21 23:44:18
0
user avatar
Rindu_Mentari
judulnya aja udah menarik
2024-01-21 16:36:21
0
user avatar
Sigma Rain
suka banget sama ceritanya, semangat ya thorr up nya!!
2024-01-21 15:47:02
0
user avatar
Dara Kirana
Halo ... ini buku pertamaku di goodnovel, baca yuk!
2024-01-21 13:56:05
0
user avatar
Kerry Pu
Aduh, sakit ya jadi Embun, semoga dia mendapatkan kebahagiaan. Semangat thor, ceritanya seru.
2024-01-21 12:14:57
0
user avatar
Piki
wahhh cerita nya menarik banget kak.........
2024-01-20 21:22:22
0
user avatar
Ana j
Berat banget rasanya jadi Embun, nextt thor
2024-01-20 21:13:15
0
user avatar
Maesaro Ardi
semangat update kak
2024-01-20 20:31:41
0
user avatar
FitrianiYuriKwon
Ayo lanjutkan kakak Thor.... .........
2024-01-20 19:05:46
0
user avatar
Miss_Pupu
aku suka dengan ceritanya thor. lanjut baca.
2024-01-20 18:46:12
0
user avatar
De Lilah
kasihan embun semoga dia bahagia yaaa
2024-01-20 17:41:27
0
user avatar
Laras_7779
Seru novelnya. Moga embun kuat
2024-01-20 17:22:04
0
  • 1
  • 2
  • 3
48 Chapters
Bab 1 : Keputusan Yang Menyakitkan
"A-apa?" Embun tergagap disertai bulir bening yang lolos begitu saja dari sudut mata. Hatinya pedih tak tertahankan setelah mendengar permintaan sang suami. Embun segera menarik tangannya dari genggaman Lintang. Akankah kisah lama terulang kembali? Embunn pikir bahagia sudah seutuhnya menjadi miliknya. Namun, ternyata hanya singgah sesaat sebelum pergi dan meninggalkan luka. "Dari dulu sudah kukatakan kalau aku ini tidak sempurna, tapi Mas tetap yakin ingin menikahiku dengan menjanjikan segudang kebahagiaan. Sekarang apa? Mas ingkari semua itu." Dada Embun sesak mengingat setahun yang lalu betapa Lintang berusaha keras meyakinkan dirinya untuk menjadi pendamping hidup lelaki itu. "Maafkan aku, Embun. Tidak ada sedikitpun niatku menyakitimu." Lintang tertunduk, tidak memiliki kekuatan menatap sepasang manik basah sang istri. Jujur hatinya juga terluka melihat orang yang sangat dicintainya terluka, terlebih dirinya penyebabnya. "Tapi kamu sudah menyakitiku, Mas! Kamu sudah tahu segal
Read more
Bab 2 | Pernikahan
Bel rumah berbunyi, Embun yang sedang bersiap pergi ke toko kuenya segera melesat ke depan melihat siapa yang berkunjung pagi-pagi. Embun membuka pintu dan nampaklah bu Inggrid yang merupakan ibu mertuanya. Embun mempersilakan bu Inggrid masu, lalu membuatkan beliau minuman. "Bagaimana kabar kamu, Nak?" tanya bu Inggrid setelah Embun meletakkan minuman untuknya. "Alhamdulillah baik, Ma," jawab Embun sambil mendaratkan bokong di sofa. Bu Inggrid menyesap teh hangat buatan sang menantu, wanita paruh baya itu memang menyukai teh buatan Embun yang tidak terlalu manis dan pas di lidahnya. "Apa Lintang sudah bicara sama kamu?" Bu Inggrid meletakkan cangkir teh "Bicara apa, ya, Ma?" Embun terlihat bingung. "Masalah pernikahan Lintang yang akan dilaksanakan minggu depan. Apa kamu sudah tau?" tukas bu Inggrid, seketika membuat tulang-tulang Embun serasa remuk, tidak kuat menopang bobot tubuhnya sendiri. Mata Embun berkaca-kaca, semalam Lintang meminta izin untuk menikah lagi, belum juga d
Read more
Bab 3 | Malam Dingin
Bayangan Embun memergoki Eros dengan Jenar di sebuah food court empat tahun yang lalu berputar-putar di kepala bak sebuah film, padahal waktu itu belum ketuk palu dan Eros sudah ada pengganti dirinya. Embun merasa dikhianati, sakit itu tetap terasa, meski sudah tidak ada lagi cinta untuk Eros. Tidak ingin berbasa-basi, Embun segera melewati tubuh Eros. Namun, langkahnya terhenti ketika Eros mengatakan sesuatu. "Tidak bisakah kita berteman, Embun? Kamu terus saja membenciku, padahal …," ucapan Eros terjeda dikala mendengar lengkingan suara anak kecil memanggilnya. "Papa!" "Sayang!" Eros berbalik mendapati putri kecilnya berlari ke arahnya. "Papa, tante ini siapa?" tanya gadis kecil dengan tubuh gembul dan menggemaskan. Kalau saja anak itu bukan anak Eros rasanya Embun ingin mencubit pipinya yang chubby. "Tante ini teman Papa dan Mama, kenalan gih sama tantenya." "Halo tante, nama aku Embun." Dengan pintarnya bocah itu mengulurkan tangan. Embun terkejut mendengar nama anak itu sama
Read more
Bab 4 | Satu Atap
Embun mengerjapkan mata akibat pancaran sinar matahari yang berhasil menyelinap lewat celah jendela, matanya terasa aneh akibat menangis semalaman. Embun melirik ke samping, kosong, tidak ada lagi senyum hangat yang menyambutnya dan mengucapkan selamat 'pagi matahariku'. Embun tersenyum getir, dadanya kembali sesak mengingat semua yang sudah terjadi dalam waktu singkat ini. Embun berharap jika pagi ini dirinya bangun dari mimpi buruk. Namun, sayang yang terjadi adalah nyata. Embun bangkit lalu meregangkan badan yang terasa pegal, rasanya bukan hanya hati yang hancur, tapi raganya juga. Wanita itu segera menuju kamar mandi, dia akan melakukan aktivitas seperti biasa. Sehabis mandi Embun berpakaian rapi dan merias wajahnya yang sembab, meskipun sulit menyembunyikan kondisinya dibalik make-up. Embun mencoba berdamai dengan kenyataan, tidak ada gunanya terus menangis karena keadaan tidak akan berubah. Yang harus dia lakukan sekarang adalah menyiapkan mental untuk menghadapi segala kemu
Read more
Bab 5 | Aku Ikhlas, Mas.
, Embun melenggang ke dalam toko kue dengan wajah sembab, tidak dipedulikannya jika nanti ada mata yang memperhatikan. Ia mendaratkan bokong di kursi kebanggaannya, tubuhnya lelah. Wanita itu menyandarkan kepala pada sandaran kursi sambil mendongakkan kepala ke atas dengan mata terpejam. Embun mulai memikirkan skenario hidupnya, andai saja dirinya dapat memberikan keturunan untuk keluarga Svarga tentulah sang suami tidak akan menikah lagi. Sungguh malang nasibnya, berharap bahagia di pernikahan keduanya malah terjebak dalam lembah derita yang lebih menyakitkan. Bertahan sakit, pergi sulit itulah yang dirasakannya kini. Embun mengganti posisi, wanita itu menumpukan kedua sikunya di atas meja dengan telapak tangan menutupi wajah, menahan air mata yang hendak lolos karena perih hati tak kunjung reda. Apa dirinya terlalu egois karena tidak ingin berbagi cinta suami? Tapi wanita mana yang rela jika disposisi dirinya. Dirinya tidak sesolehah itu, dengan lapang dada menerima dipoligam
Read more
Bab 6 | Rumit
Pukul lima sore Embun pulang ke rumah, dengan malas ia menyeret langkahnya masuk ke dalam yang kini terasa hampa. Di dalam tampak sepi, entah kemana penghuni rumah itu, tetapi Embun tidak mempedulikan. Justru bagus ia tidak harus melihat wajah orang-orang yang hanya akan membuatnya sakit. Embun menghempas tubuhnya di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamar, lelah karena seharian ini bermandi air mata. Tadi pagi ia sudah berusaha untuk kuat. Namun, ada saja hal yang membuat air matanya untuk tumpah. Embun melirik ke sampingnya, dimana biasanya sang suami terbaring. Kini ranjang itu tidak lagi sehangat dulu, bahkan semalaman ia hanya berteman dingin." "Aku harus terbiasa sendiri sekarang," gumam Embun dan tersenyum getir. Embun belum ada niat beranjak dari kasur empuk itu, malas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Lama-kelamaan kantuk menyapa dan ia pun tertidur. Entah berapa lama Embun tertidur hingga sebuah usapan lembut di pipinya membangunkannya dari buaian mimpi. Em
Read more
Bab 7 | Tiket Honeymoon
Embun menenggak segelas air putih meredakan haus dan tenggorokannya yang seperti tercekik. Matanya menerawang jauh memikirkan kesakitan hidupnya. Embun belum ingin beranjak dari dapur karena tidak kuasa ketika melewati kamar Jasmine. Wanita itu menghela napas kasar menghalau sesak yang menghimpit dada. "Berbagi itu indah, tapi berbagi suami itu menyakitkan," gumam Embun lalu kembali menenggak air minum. "Embun." Suara Lintang membuyarkan lamunannya. Embun terperanjat karena tiba-tiba Lintang sudah berada di sampingnya. Mata Embun memperhatikan Lintang dari ujung rambut sampai ujung kaki, terlihat keringat masih mengalir di pelipis lelaki itu. Embun bergidik, ia jijik membayangkan apa yang sudah Lintang dan Jasmine lakukan. Wanita itu menggeser tubuhnya sedikit menjauh dari Lintang. "Mas mau apa di sini?" tanya Embun pada akhirnya. "Aku haus," jawabnya singkat sambil tangannya terulur hendak mengambil gelas di tangan Embun. Embun segera menjauhkan gelas milikya, tidak sudih bibir
Read more
Bab 8 | Sendiri
Lintang menoleh pada jasmine lalu berkata, "Sebentar Jasmine, aku sedang berpamitan pada Mba-mu, apa kau tidak mau berpamitan juga?" "Ah, iya, aku hampir lupa. Maaf, Mas. Aku terlalu bahagia dan ingin segera tiba di tempat tujuan." Jasmine menghela napas kasar kemudian dengan berat melangkah masuk ke dalam rumah menghampiri Embun dan Lintang. Jasmine tidak mau terlalu menampakkan jika ia tidak suka pada Embun, entah apa alasannya, yang jelas hatinya menolak Embun berada dalam kehidupannya dan sang suami. Padahal, Embun lebih dulu memiliki Lintang ketimbang dirinya yang baru beberapa hari saja. Jasmine tersenyum palsu agar semua berjalan mulus. "Mba, aku sama Mas Lintang pergi dulu, ya. Mba, baik-baik di rumah. Doakan kami, Mba. Semoga pulang dari honeymoon aku segera hamil, biar mertua kita bahagia," ujar Jasmine menggores hati Embun. Lagi-lagi ucapan Jasmine melukainya, semakin menegaskan jika Embun bukanlah wanita sempurna. Embun tersenyum getir, akhir-akhir ini ia berubah menja
Read more
Bab 9 | Curahan hati
Dering ponsel Embun membangunkannya dari alam mimpi dan mendapati hari sudah pagi, ia belum ingin bangkit dari kasur, tubuhnya terasa remuk.Tangan Embun kemudian meraba ke atas nakas dimana ponselnya masih berdering. Embun melihat siapa yang menelpon, kemudian mengucek mata yang terasa aneh memastikan tidak salah lihat nama si pebelpon. "Mas Lintang," gumamnya dengan suara serak. Embun rasanya tidak ingin menerima panggilan itu. Ia tidak mengerti, saat sang suami jauh ia merasa rindu. Namun, bila melihat wajah lelaki itu ia muak. Setelah menimbang-nimbang akhirnya Embun menerima telpon dari lelaki yang sejak semalam mengganggu pikirannya. "Halo," jawab Embun setelah bangkit dan duduk. "Selamat pagi, matahariku!" ucap Lintang sambil tersenyum. Kata-kata yang tidak Embun dengar selama beberapa hari ini. Wanita tersebut bergeming, kalau dulu kalimat itu terdengar manis dan membuat hatinya berbunga-bunga. Namun, sekarang ia mendengarnya hanya sebatas bualan semata. Bibir Embun terkatup
Read more
Bab 10 | Acara Ulang Tahun
"Saya mau kamu buatkan kue ulang tahun unicorn yang cantik, mewah dan berbeda dari yang lain. Saya ingin memberikan yang terbaik untuk putri saya, sebagai ibu saya ingin membuat dia bahagia," lanjut Jenar. "Sayang, jangan seperti itu, kita bisa cari di toko yang lain," bisik Eros pada Jenar. Namun, terdengar jelas di telinga Embun. "Tidak mau! Aku maunya di sini!" rajuk Jenar seperti anak kecil, membuang wajah ke arah lain sambil tangannya bersilang dada. Perut buncitnya semakin jelas. "Iya, sayang. Jangan marah, dong. Kan, Mas cuma memberi saran saja," bujuk Eros sambil mengelus perut Jenar. Mata Embun perih melihat itu, bukan karena ia masih mencintai Eros, tapi merasa semakin tidak berdaya karena kekurangannya. Jujur dia iri pada Jenar. "Embun, apa bisa buatkan kue permintaan istri saya?" tanya Eros. Sebenarnya lelaki itu tidak enak hati meminta seperti yang Jenar inginkan, meskipun ia tahu toko Embun pasti menerima request pelanggan. Sebagai lelaki yang pernah menorehkan luk
Read more
DMCA.com Protection Status