Share

Perselingkuhan

"Gabriel, halo? Mengapa tidak ada suaranya?" Tanya pak Ruslan heran.

Ia pun mengintip dari celah pintu rupanya hp nya sudah berada di atas kasur. Pak Ruslan tidak menyerah ia mematikan telponnya kemudian membuat panggilan lagi ke pada Gabriel.

Telpon pun berdering, awalnya Gabriel ragu untuk mengangkat akan tetapi ia memiliki memiliki ide kemudian mengangkatnya.

"Halo pa, maaf ya pa aku udah ngantuk, aku tidur duluan ya pa," pamit Gabriel yang langsung mematikan ponselnya.

Pak Ruslan hanya tersenyum ia pun kembali masuk ke dalam kamarnya, Gabriel berbaring di kasurnya sambil menatap suaminya yang terkapar di atas lantai.

"Hem, mas sebenarnya apa alasan kamu menikahi aku? Tapi kamu selalu memperlakukan ku dengan lembut walaupun kita belum pernah melakukan hubungan suami istri, aku hanya ingin tahu apa kamu menargetkan sesuatu sehingga kamu terpaksa menikahi ku?"

"Atau apa yang kamu rencanakan? Aku hidup sebatang kara tanpa tahu siapa ayah dan ibuku. Aku juga tidak tahu bagaimana bisa aku hidup di panti asuhan, ahhh aku kangen anak-anak, sepertinya besok aku harus pergi ke panti untuk menemui anak-anak," ujar Gabriel.

Ia pun memejamkan mata dan akhirnya tertidur lelap.

Tak terasa malam sudah berlalu kini pagi sudah tiba, dengan cahaya mentari yang masuk memalui jendela kaca yang tidak di tutupi oleh gorden.

Gabriel membuka kedua matanya, ia melihat suaminya masih terkapar di lantai, ia segera pergi mandi dengan niat ingin segera pergi ke panti asuhan.

Di dalam kamar mandi Gabriel sangat lama, rupanya selain mandi ia juga melamun sambil berendam di bak mandi.

Setelah ia merasa puas, akhirnya Gabriel pun keluar dari kamar mandi menggunakan handuk, akan tetapi ia kaget karena melihat Jhonatan sudah duduk di atas kasur rupanya Jhonatan sudah bangun.

"Sayang, kamu mau kemana? Kok pagi-pagi udah mandi aja," tanya Jhonatan watados (wajah tanpa dosa).

Gabriel tidak menjawab ia langsung mengambil pakaian nya tanpa menghiraukan suaminya.

"Kok kamu gak jawab aku sih? Sayang kamu kenapa?" Tanya Jhonatan seraya berjalan menghampiri Gabriel.

"Diem mas! Aku mau make baju," jawab Gabriel yang langsung masuk ke ruangan khusus untuk ganti pakaian.

Jhonatan keheranan mengapa istrinya bersikap seperti itu ia hanya merasa tidak ada masalah sama sekali.

"Perasaan tadi malem aku tidur di sini deh terus kenapa dia marah? Semalam aku gak minum kan?" Tanya Jhonatan pada dirinya sendiri.

Setelah selesai Gabriel keluar, menata rambut , mengambil tas dan segera pergi akan tetapi saat ia hendak membuka pintu.

"Sayang, kamu kenapa sih?" Tanya Jhonatan.

"Kamu pikir aja sendiri!" Jawab Gabriel ketus.

"Aku ada salah? Kalo aku salah ya kasih tahu aku dong salahnya di mana?" Tanya Jhonatan seraya memegang tangan Gabriel.

Gabriel pun berbalik badan menghadap suaminya kemudian ia berkata.

"Gak usah pura-pura deh mas, aku udah tahu semuanya," jawab Gabriel seraya menepiskan tangan Jhonatan.

Gabriel segera keluar dari kamar dan langsung berlari menuruni tangga, Jhonatan yang sama sekali tidak ingat kejadian semalam karena terlalu mabuk ia pun kebingungan dengan tindakan istrinya.

Ia segera menyusul Gabriel tepat di ruang tengah Jhonatan kembali menahan langkah Gabriel.

"Sayang, apa sih? Maksud kamu apa? Aku pura-pura apa? Kalo aku ada salah ya kasih tahu salah aku di mana sayang?" Tanya Jhonatan.

"Mas, kamu benar-benar gak ingat?" Tanya balik Gabriel.

"Apa? Kasih tahu aku sayang, nanti aku bisa kasih penjelasan kalau aku tahu salahnya di mana, dengan sikap kamu yang kayak gini malah bikin aku bingung lho sayang," jawab Jhonatan.

Gabriel menghela nafas berat kemudian berkata.

"Udah deh mas lupain aja."

Gabriel pun kembali melepaskan tangan Jhonatan dari tangan nya, ia langsung melangkahkan lagi kakinya. Namun kali ini Jhonatan langsung memeluk Gabriel dari belakang.

Akan tetapi "Lepasin aku mas!" Bentak Gabriel yang langsung mendorong tubuh suaminya sampai suaminya terpental dari tubuh Gabriel.

"Sayang! Apa sih? Ngomong dong sayang" Tanya Jhonatan kaget.

"Apa sih, apa sih, apa sih! Kalau kamu mau tahu aku kenapa, Dina itu siapa mas?" Ujar Gabriel.

Seketika Jhonatan terdiam, tubuhnya terpaku mulut nya bahkan terasa kaku.

"Dina siapa sayang, aku gak tahu, aku gak kenal, lagian kamu nemu dari mana nama Dina?" Tanya Jhonatan.

"Cukup mas, kalau kamu gak mau ngasih tahu, siapa Dina? Aku pergi mas!" Bentak Gabriel yang langsung membalikkan badan untuk pergi.

"Dina kekasihku! Aku pacarnya Dina, aku mantannya Dina dan Dina adalah mantan ku! " Jelas Jhonatan yang seketika menghentikan langkah Gabriel.

Gabriel semakin syok karena mendengar kenyataan yang dari kemarin ia pikirkan, sempat berpikir bahwa ini semua hanyalah salah paham namun kebenarannya ini bukan lah salah paham melainkan benar-benar kenyataan.

"Mantan? Kamu bilang mantan mas? Mana ada mantan yang Dinner bareng mas? Mana ada mantan tapi kamu masih melakukan hubungan intim dengannya mas, kenapa mas?" Tanya Gabriel yang mulai meneteskan air mata.

"Karena aku masih menginginkannya!" Tegas Jhonatan singkat.

"Sudah berapa lama kamu berhubungan dengan dia mas?" Tanya Gabriel.

"Jauh sebelum aku menikah dengan mu," jawab Jhonatan.

"Jadi sepatu merah yang aku temukan di belakang rumah itu benar milik Dina? Selingkuhan kamu?" Tanya Gabriel lagi.

"Iya, dia tak sengaja menjatuhkannya saat pulang dari sini," jawab Jhonatan yang terlihat santai.

Gabriel memukul dada Jhonatan berkali-kali dengan di iringi tangisan.

"Lantas kenapa kamu menikahi aku kalau kamu menginginkan selingkuhan kamu mas! Kenapa mas! Kenapa? Kenapa kamu tidak menikah saja dengan dia mas! Kenapa?"

Jhonatan menghentikan tangan Gabriel yang memukuli dadanya, ia langsung memeluk Gabriel kuat.

"Sayang, aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf, aku memang menginginkan nya, tapi jujur aku sudah mencintai kamu sayang," ujar Jhonatan sambil mengelus kepala Gabriel.

"Pembohong! Pendusta! Kebohongan apa lagi yang kamu tutupi dari aku mas! Hah! Pasti masih ada yang kamu sembunyikan dari aku kan mas?" Tanya Gabriel sambil melepas pelukan Jhonatan.

"Gak ada sayang hanya itu, hanya itu saja, aku khilaf tolong maafkan aku, aku berjanji untuk selalu terbuka sama kamu, aku akan perbaiki semuanya, kita mulai lagi dari nol ya sayang," ucap Jhonatan enteng.

"Apa? Kita? Sejak kapan ada kita? Aku berjuang sendiri di sini, sudah satu tahun lebih aku berjuang sendirian sedangkan kamu, kamu sibuk dengan urusan kamu sendiri! Bahkan kamu lebih mementingkan Dina dibandingkan aku! Dan sekarang kamu menyebut nya kita?" Tegas Gabriel.

Gabriel yang sudah tak tahan dengan suaminya ia langsung pergi, akan tetapi saat ia berlari tangannya di tarik oleh suaminya, akan tetapi PLAK! Sebuah tamparan mendarat di pipi Jhonatan dari Gabriel yang tidak mau di sentuh oleh Jhonatan.

"Ahhh," rintih Jhonatan kesakitan dan juga kaget menerima sebuah tamparan dari istrinya.

Jhonatan menyerah ia tak lagi mengejar Gabriel, ia pun berjalan menaiki tangga hendak pergi ke kamarnya.

Gabriel berlari keluar rumah dengan diiringi tangisan. Di balik itu Tio yang baru bangun tidur kaget mendengar suara kakak-kakak nya ribut, ia keluar dari kamar dan melihat pak Ruslan nampak seperti sedang memantau.

"Pa? Apa ada masalah? Kakak ipar kenapa?" Tanya Tio penasaran.

"Gak papa, namanya juga rumah tangga, berantem dikit mah biasa, udah kamu siap-siap gih pergi kuliah," jawab papanya santai.

Pak Ruslan pun turun menuruni tangga ia berpapasan dengan Jhonatan tanpa bertegur sapa pak Ruslan hanya memberikan senyuman sinis dan ekspresi Jhonatan nampak kesal.

Pak Ruslan segera turun dan keluar rumah, ia masuk ke dalam mobil dan langsung pergi menyusul Gabriel. Rupanya jarak Gabriel dari rumah belum terlalu jauh, pak Ruslan berhenti tepat di samping Gabriel.

"Gabriel ayok masuk biar papa antar kamu mau kemana," ujar pak Ruslan lembut.

"Gak papa pa, aku jalan kaki aja," jawab Gabriel sambil menghapus jejak air matanya mengalir.

"Ayok masuk, malu lho di liat orang ngelihat kamu nangis di pinggir jalan, ayo biar papa antar," bujuk pak Ruslan.

Gabriel pun mengangguk dan masuk ke dalam mobil. Pak Ruslan memberikan tissue untuk menghapus deraian air mata Gabriel.

"Papa gak sengaja denger, tadi kamu ribut sama Jhonatan, papa juga baru tahu kalo dia itu benar-benar main dengan wanita lain," ujar pak Ruslan.

Gabriel hanya mengangguk, kemudian pak Ruslan kembali bertanya.

"Oh iya, ngomong-ngomong kamu mau pergi ke mana?"

"Aku mau ke panti pa, aku kangen anak-anak," jawab Gabriel yang masih tertunduk dalam tangis.

Melihat keadaan Gabriel yang tidak memungkinkan untuk menemui anak-anak panti membuat pak Ruslan menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Kok berhenti pa? Kita kan belum sampai," tanya Gabriel.

"Gabriel sini," ujar pak Ruslan lembut sambil menyenderkan kepala Gabriel ke dadanya, ia mengelus lembut kepala Gabriel menyusuri helaian rambut Gabriel.

"Udah, kamu jangan terus, masa kamu mau ketemu sama anak-anak dengan raut wajah yang kek gini, malu dong sama anak-anak nanti, udah ahh jangan nangis," ujar pak Ruslan dengan di akhiri dengan sebuah kecupan di kening Gabriel.

"Anj*ir apa ini? Wajar gak si? Gila! Seharusnya gak kayak gini," ujar Gabriel dalam hati karena kaget menerima kecupan lembut dari mertuanya.

"Sebelum kamu pergi ke panti, biar kamu happy dulu, kamu mau gak ikut papa?" Tanya pak Ruslan dengan tatapan yang sangat tajam bertatapan dengan wajah Gabriel.

"Apa? Maksudnya ikut kemana? Pak Ruslan kan mertuaku, tadi dia udah nyium kening aku atau jangan-jangan pak Ruslan."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status