"Aku baru ngebangunin Bi Minah, Mas. Dia kesiangan, gara-gara main handphone," jawabku."Lho kok bisa, Bi Minah kesiangan karena main handphone?" Mas Arsya bertanya lagi kepadaku, tentang alasan Bi Minah kesiangan.Aku pun menjelaskan kepadanya, kenapa Bi Minah sampai kesiangan. Setelah itu Mas Arsya baru faham, setelah aku menjelaskannya."Bilangin sama Bi Minah, hati-hati berkenalan di media sosial. Karena tidak semua yang memakai media sosial itu profil asli," saran Mas Arsya."Iya, Mas, nanti aku bilangin," sahutkuSetelah itu kami pun makan bersama, selesai makan mereka bersiap untuk berangkat. Kedua anakku pun berangkat diantar Ayahnya, sebab Mas Arsya berangkat pagi. Biar nanti aku tinggal menjemput saja.Selesai mengantar anak serta suamiku, aku kembali masuk ke dalam. Aku langsung ke dapur untuk menyampaikan saran dari suamiku. Sampai ke dapur, aku melihat Bi Minah sedang mencuci bekas makan dan masak tadi. Kemudian aku menghampirinya dan bertanya sedikit, tentang perkenalan
"Lupa apa lagi, Dek?" tanya Mas Arsya."Tunggu sebentar, aku akan segera kembali," kataku lagi, sambil membuka pintu mobil.Setelah itu aku pun segera turun dan kembali ke tempat Mbak Nina berada."Mira, kok kamu balik lagi?" tanya Mbak Nina."Iya, Mbak, aku ada yang kelupaan," sahutku.Aku pun segera membuka tas salempang dan merogohnya, kemudian aku segera memberikan dua amplop, yang telah aku siapkan tersebut untuk Uak dan juga Kakak sepupuku. "Ini Uak, Mbak, lumayan untuk tambah-tambah beli temen nasi. Maaf tadi lupa, saking senangnya melihat Mbak Nina sudah ada perubahan," ungkapku, sambil memberikan amplop ke tangan masing-masing."Ya ampun, Mira, aku kira kamu kembali karena ada apa? Ternyata kamu mau berbagi rezeki terhadap kami. Terima kasih ya, Mira, semoga keluargamu ditambahkan lagi rezekinya yang lebih berlimpah lagi." Mbak Nina mendoakanku."Sama-sama, Mbak. Semoga kita semua digampangkan dalam perihal mencari tezeki," sahutku lagi.Setelah itu aku kembali berpamitan ke
"Mi-Mira, kamu datang menemuiku? Pasti kamu datang karena mau menertawakan aku ya, sebab sekarang hidup aku sudah hancur begini." Mbak Nina menudingku, kalau aku datang karena mau meledaknya, tetapi ia tetap tidak mau menoleh ke arahku."Mbak, kok kamu ngomongnya seperti itu sih? Aku sama sekali nggak punya pikiran seperti itu, Mbak. Justru aku merasa prihatin melihat dan mendengar Mbak seperti ini," kataku lagi.Setelah mendengar perkataanku barusan, Mbak Nina langsung menoleh kearahku. Kemudian ia menghambur kepelukanku sambil menangis. Aku pun membalas pelukannya, sambil mengusap rambutnya yang berantakan."Mira, maafin aku ya. Mungkin semua ini terjadi karena dulu aku selalu menyakitimu. Ini mungkin karma buatku, Mira. Maafkan aku," ucapnya sambil tersedu."Iya, Mbak, aku sudah memaafkan semuanya kok. Mbak jangan selalu menyalahkan diri sendiri, Mbak juga jangan menyiksa diri sendiri seperti ini. Mbak harus bangkit, tunjukkan sama mantan suami Mbak, kalau Mbak itu wanita yang kuat
"Ya ampun, kamu lupa padaku, Mira? Padahal dulu kita sebangku lho, waktu kita sekolah menengah dan berada di kelas lima belas." Ia menerangkan, kalau kami pernah sebangku di kelas lima belas.Calon pengantinnya Mas Hamdan memberitahuku, kalau ternyata dia adalah teman sebangku aku sewaktu di kelas lima belas. Apa benar dia ini Lia, kok wajahnya beda banget ya? Apa karena dia memakai make up, sehingga aku tidak dapat mengenalinya? Tapi kalau bukan Lia, lalu siapa lagi? Karena waktu itu aku hanya sebangku dengan dia."Apa benar kamu itu Lia?" tanyaku."Iya, Mira aku ini Lia. Apa kamu tidak lagi mengenaliku?" tanya wanita itu yang ternyata adalah Lia. "Bukan begitu, Lia. Kamu sekarang beda banget tau, makanya aku tidak mengenali kamu. Maaf ya, bukan maksud aku sombong atau bagaimana? Cuma kamu sekarang perfect banget tau," kataku.Aku langsung memeluknya, saat aku tahu kalau itu adakah Lia. Ternyata Lia tidak melupakan aku, atau mungkin juga wajahku yang tidak banyak perubahan. Tetapi L
"Mas, Susi tidak menikah ataupun punya anak. Tetapi Susi saat ini malah mendekam dipenjara," terangku."Lho kok bisa, Mira. Memangnya apa yang telah dia perbuat, hingga dia berada didalam jeruji besi?" Mas Hamdan bertanya lagi kepadaku, alasan Susi bisa masuk penjara.Mas Hamdan rupanya penasaran, dengan apa yang dialami mantan istrinya tersebut. Makanya ia menanyakan alasannya apa, hingga Susi masuk penjara. Sudah pasti dia penasaran, soalnya ia tidak pernah tahu tentang Susi setelah mereka cerai."Iya, Mas, Susi bersama tetangga kompleks tempat aku tinggal meneror keluargaku. Hingga Bi Minah asisten rumah tanggaku sampai pingsan. Bahkan yang membuat aku celaka waktu di kampung itu juga ulahnya Susi. Jadi dia mendapat ganjaran, atas apa yang ia lakukan terhadap keluargaku." Aku menceritakan kronologi, bagaimana Susi bisa sampai masuk ke hotel prodeo."Ya ampun, ternyata si Susi bukannya introspeksi diri. Kenapa dia tambah gila saja ya jadi orang?" Mas Hamdan mengomentari kelakuan man
"Iya, Bu Marni. Memang benar, kalau aku yang melakukan semuanya. Tetapi semua ini bisa terjadi juga karena Ibu yang membiayai, serta memberi ide-ide gila kepadaku. Ibu jangan berdalih tidak tau apa-apa ya, jangan munafik lah, Bu." Susi membeberkan semuanya di hadapan kami.Mereka berdua saling menyudutkan dan menyalahkan satu sama lain. Susi menyalahkan Bu Marni begitu juga sebaliknya. Intinya mereka berdua tidak mau mengakui kesalahannya masing-masing."Sudah kalian berdua diam, tidak perlu saling menyalahkan. Karena kalian berdua sudah jelas terbukti bersalah," bentak Pak Junaedi, sambil menggebrak meja, membuat kedua wanita yang sedang bertengkar ini langsung terdiam bahkan menundukkan kepalanya."Bu Mira, saya mohon tolong maafkan kesalahan istri saya. Jangan biarkan dia ditahan ya, Bu," pinta Pak Bram, suaminya Bu Marni."Pak Bram, aku memang sudah memaafkan kesalahan istri Bapak. Tetapi maaf, semuanya harus tetap diproses secara hukum. Biar ada efek jera, serta tidak mengulangin