LOGINNamun, ada begitu banyak jenis tanaman obat untuk mengatasi gejala mengantuk. Yang mana sebenarnya paling tepat sasaran?Ryan menelepon ayahnya dan menceritakan kondisi yang sedang dia hadapi, berharap ayahnya bisa memberi saran. Setelah mendengarkan, Sakha berkata, "Tanaman obat untuk mengobati gejala mengantuk memang banyak. Kalau mau menemukan yang benar-benar tepat, ada satu cara tradisional.""Cara tradisional apa?""Kamu pasti pernah dengar pepatah ini, 'kan? Segala sesuatu saling melahirkan dan saling mengekang, inilah keseimbangan alam. Dalam radius beberapa meter, pasti ada penawarnya," ujar Sakha. "Jadi, di sekitar asal virus itu, pasti ada obat untuk penyakit tersebut."Mata Ryan langsung berbinar. "Virus ini berasal dari hewan liar di pegunungan. Artinya, penawarnya ada di pegunungan Kabupaten Tosa!""Benar," kata Sakha."Pengalaman orang tua memang beda. Aku paham sekarang. Terima kasih, Ayah!" ujar Ryan.Setelah menutup telepon, di detik berikutnya Ryan kembali diliputi k
Ryan berjalan ke samping dan mengecek ponselnya dengan puas. Hasil fotonya sangat jelas. Dia baru saja bangkit hendak pergi ketika suara Amanda terdengar dari belakang, "Ryan, ya?""Ah, iya!" jawab Ryan."Hari ini aku yang menjamin agar kamu bisa melihat laporan virus ini. Tapi aku nggak tahu latar belakangmu, dan aku juga nggak tahu apakah semua yang kamu katakan itu benar atau nggak," kata Amanda. "Aku membantumu karena tersentuh oleh kegigihanmu. Tapi kalau kamu menggunakan laporan ini untuk hal-hal ilegal, kamu akan menyeretku. Dan aku nggak akan membiarkanmu lolos!""Kamu nggak perlu meragukannya. Aku punya kemampuan untuk itu!"Saat mengucapkan kalimat itu, Amanda tampak penuh percaya diri dan dominan. Auranya terbuka sepenuhnya, cantik sekaligus tangguh.Ryan mengepalkan kedua tangan ke depan dada sebagai tanda hormat. "Terima kasih atas bantuanmu, Bu Amanda. Budi baikmu ini nggak akan pernah aku balas dengan hal buruk. Apalagi menggunakan laporan virus ini secara sembarangan. A
Amanda merasakan ada sesuatu yang sulit dijelaskan terhadap Ryan. Dia merasa pria ini memiliki ketangguhan yang benar-benar tidak biasa.Seseorang yang mempertaruhkan nyawa hanya untuk melihat sekilas laporan virus dan tujuan akhirnya semata-mata ingin menyumbangkan tenaga demi pengobatan virus. Apa salahnya? Bukankah hal seperti ini justru layak diapresiasi dan didukung? Kalaupun dia gagal, apa ruginya di pihak mereka?"Bu Amanda, soal ini aku nggak bisa ambil keputusan," kata pria berkacamata itu setelah melihat Amanda berbicara. Nada bicaranya pun sedikit melunak, "Ibu tahu sendiri, ketua proyek ini adalah Profesor Gandhi."Gandhi, profesor tingkat khusus di bidang kedokteran penyakit menular, pakar virus saluran pernapasan dan sistem pencernaan yang sangat ternama, adalah pimpinan utama tim proyek virus ini."Eh, hari ini aku memang nggak melihat Profesor Gandhi. Di mana dia?" tanya Amanda."Hari ini dia pergi ke desa lain untuk mengambil sampel virus tahap kedua. Sepertinya baru b
Melihat jarak itu, tingginya kira-kira setara empat sampai lima lantai. Orang biasa yang melompat turun pasti akan terluka.Namun, Ryan berbeda.Saat mendaki gunung tadi, demi menghemat waktu, dia sudah mengaktifkan teknik "Turunnya Sang Dewa" di dalam Kitab Arghana. Dia membuka titik-titik akupunktur terkait dan memperkuat tubuhnya.Setelah semuanya siap, Ryan menarik napas dalam-dalam, lalu melompat turun."Ada yang melompat dari gedung?"Di dalam gedung riset, wanita bersetelan jas merah anggur itu menunjuk ke arah jendela sambil berseru kaget."Apa?"Semua orang sedang sibuk dengan pekerjaan di tangan mereka dan tidak melihat ke luar jendela.Wanita bersetelan jas itu tampak tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Barusan sepertinya ada bayangan manusia yang jatuh dari atas!"Sambil berkata demikian, dia berjalan ke jendela dan menatap ke halaman belakang, tetapi bagian bawah gedung tampak kosong. Saat itu, Ryan sudah memutar ke pintu depan dan menyelinap masuk ke gedung.Setela
Kabupaten Tosan, rumah sakit kabupaten.Ryan menghubungi pihak rumah sakit dan mengajukan permintaan untuk mengakses laporan sampel virus. Namun, pihak rumah sakit menyatakan bahwa rumah sakit mereka tidak memiliki kualifikasi untuk terlibat dalam penelitian pengobatan virus tersebut.Saat ini, sekelompok pakar medis telah datang ke tempat itu dan membentuk sebuah tim proyek yang secara khusus bertujuan menaklukkan virus ini.Seluruh data rinci terkait virus berada di tangan anggota tim proyek tersebut.Tim proyek itu berkantor di gedung riset yang terletak tepat di belakang rumah sakit kabupaten.Ryan dan Jesse berpencar. Jesse memimpin tim relawan untuk mengurus pekerjaan pencitraan, sementara Ryan menuju gedung riset untuk meminta laporan virus dari tim proyek.Begitu tiba di gedung riset, Ryan langsung dihentikan oleh petugas keamanan."Mau ke mana?" tanya petugas keamanan."Saya dari divisi riset dan pengembangan EPS. Saya datang untuk menemui tim proyek dan meminta laporan virus,
Ini adalah sebuah kesempatan yang sangat bagus.Ray meminta Jesse untuk memastikan bahwa di hadapan orang-orang itu, keterlibatan EPS dalam memberikan dukungan harus ditampilkan dengan baik, serta lebih sering tampil di hadapan media lokal.Dengan begitu, kedatangan mereka tidak akan sia-sia."Kami sudah menemui sebagian. Sisanya masih berjaga di Kabupaten Tosan. Hari ini aku akan kembali ke Kabupaten Tosan untuk menemui mereka," kata Jesse."Bagus sekali!" ujar Ray. "Kalau begitu, kita semua menantikan Bu Jesse menyelesaikan tugas ini dengan sukses dan kembali dengan kemenangan!""Tapi!" Jesse melanjutkan, "Pak Ray, aku punya satu permintaan.""Katakan," jawab Ray."Karena Kabupaten Tosan, Desa Bisam adalah kampung halamanku, setelah tugas ini selesai, aku ingin tetap tinggal dan melanjutkan sebagai relawan, sementara personel lainnya dipulangkan," kata Jesse."Aku juga!" ujar Ryan. "Aku memohon untuk tetap tinggal di zona wabah.""Ryan, Kabupaten Tosan adalah kampung halaman Bu Jesse







