Selesai sarapan Melati membawa piring kotor ke dapur untuk dicuci, sedangkan Rendi masih asik menonton TV. Tidak lama setelah Melati ke dapur terdengar ketukan di pintu depan, Rendi langsung berdiri dan membuka pintu.Saat pintu dibuka Rendi melihat Ayahnyalah yang sedang berdiri di depan pintu, "Ayah sudah datang, ayo masuk kedalam"Rendi mengajak Abisatya ke dalam dan memanggil melati untuk memberitahu bahwa Ayahnya sudah datang, "Kak, Ayah sudah datang""Iya sebentar ya, ini kamu bawa air ke depan untuk Ayahmu"Rendi membawa nampan yang berisi air di teko dan gelas, Rendi dengan hati - hati membawa nampan tersebut agar tidak tumpah. Setelah sampai di meja ruang tamu Rendi langsung meletakkan nampan di atas meja."Ayah, ini aku bawakan air. Biar Ayah gak haus""Terima kasih Rendi, nanti akan Ayah minum. Sekarang Rendi sudah pintar membawa nampan air dan tidak jatuh" puji Abisatya ke Rendi sambil mengusap kepalanya.Rendi merasa bahagia karena dipuji oleh Ayahnya, "Tentu saja, Rendi
Melati sedang berbaring di kasurnya setelah pulang dari toko, Melati berencana membeli tiket kereta ke kampung halamannya di Solo untuk merayakan hari raya Idul Adha tiga hari kemudian. Agar tidak terlambat pulang dan kehabisan tiket, Melati memesan tiket kerangkatan tepat dua hari sebelum Idul adha.Saat sedang memesan tiket melalui aplikasi, Melati mengambil KTP yang ada di dompetnya untuk persyaratan pemesanan tiket kereta. Ketika merogoh dompetnya Melati tidak menemukan KTP miliknya.Melati langsung panik, takutnya KTP miliknya terjaduh di jalan atau di toko ketika Melati mengeluarkan dompetnya. Melati sibuk memcari KTPnya di dalam semua tas miliknya, namun tidak juga menemukannya.Melati pasrah dan terduduk di atas kasur, sambil mengingat terakhir kali dimana dia menaruh KTPnya. Seingatnya, Melati selalu menaruh semua kartu miliknya di dalam dompet termasuk KTPnya.Tidak mungkin jika jatuh karena belakangan ini Melati melakukan pembayaran dengan uang tunai maupun dengan QRIS, seh
Selama perjalanan ke Stasiun Kereta Api, tidak ada percakapan antara Melati dan Abisatya. Hanya Rendi yang berbincang dengan Melati, selama perjalanan yang memakan waktu hampir tiga puluh menit.Sesampainya mereka di Stasiun Kereta Api mereka pergi ke area tunggu Stasiun, karena Kereta Api tujuan mereka baru sampai tiga puluh menit lagi. Sambil menunggu, Rendi bertanya ke Melati tentang kampung halamannya."Kak, di kampung Kakak tempatnya seru gak?""Pasti seru, di kampung Kakak masih banyak pohon - pohon besar. Trus ada sungai kecil yang airnya jernih banget, udaranya juga masih bagus. Gak seperti di Jakarta""Wah, pasti seru. Nanti kita jalan - jalan keliling mampung Kakak ya?""Oke, nanti Kakak aja keliling kampung. Nanti juga Kakak ajak ke penjual jajanan langganan Kakak dari kecil""Asik""Kamu jangan memberi anak saya makanan yang aneh - aneh""Jangan kawatir, mana mungkin aku ngasih Rendu makanan yang tidak sehat"Setelah menunggu hampir tiga puluh menit, Kereta yang mereka tun
Perjalanan dari Stasiun Solo Balapan ke kampung memakan waktu hampir satu jam lebih lama dari biasanya karena terjadi kemacetan di beberapa titik menuju arah kampung Melati.Kampung Melati bernama Desa Manggis karena sejak dulu sampai sekarang banyak pohon manggis di setiap rumah warga. Dulu semua warga di Desa Manggis mempunyai pohon manggis, tapi sekarang sudah ada beberapa pohon yang di tebang karena perluasan lahan untuk pelebaran rumah.Begitu mereka memasuki Desa Manggis, mereka langsung di suguhi pemandangan pohon manggis yang cukup besar di sepanjang jalan. Bahkan di area persawahan juga terdapat pohon manggis.Melati sudah bangun sejak memasuki gerbang desa karena teriakan Rendi yang sangat bersemangat melihat jalan yang dipenuhi pohon manggis yang sudah berbuah.Sesampainya mereka di depan rumah Melati, mereka langsung turun dari taksi dan mengambil koper dan tas mereka dari bagasi. Setelah semua diturunkan Melati membayar ongkos taksi, tapi saat akan membayar Abisatya mence
Sekitar sepuluh menit mereka menunggu akhirnya orang tua Melati pulang dari rumah Pakde Muklis, Melati menghampiri Orang tuanya dan menyalami mereka."Kok pulang gak ngasih kabar Mak sama Bapak to nduk" Bapak dan Mamak mengulurkan tangan untuk di salami oleh Melati."Iya Mak, mau ngasih kejutan" jawab Melati dengan senyum.Bapak Melati melihat Abisatya dan Rendi yang ada di teras dengan bingun, pasalnya dia belum pernah melihat mereka."Itu siapa Nduk? calonmu?" canda BapakMelati memasang wajah cemberut mendengar candaan Bapak, "Enggak to Pak, itu temen. Anaknya mau ikut aku pulang, jadi mau gak mau Ayahnya juga ikut""Lah Ibunya kemana Nduk? kok malah Ayahnya yang ikut" Bapak heran mendengar hanya Ayahnya yang ikut mendampingi bukan ibunya."Ibunya udah gak ada Mak" Mak dan Bapak hanya mengangguk saja."Ayo Mak, Pak. Tak kenalin sama mereka" Melati dan orang tuanya berjalan menghampiri Rendi dan Abisatya yang sedang duduk di teras."Ini Mak sama Bapak Kak Melati, Rendi ayo perkenala
Semua orang berkumpul bersama di ruang makan untuk makan malam, Mamak sibuk menata piring di meja makan di bantu Melati. Sedangkan Bapak, Abisatya dan Rendi sudah duduk manis di meja.Setelah semua hidangan di sajikan, mereka mulai menyantap makanan yang ada di atas meja. Hidangan yang Mamak buat hari ini ada berbagai macam seperti tumis bunga pepaya, tempe dan tahu goreng, ikan nila bumbu asam manis yang di ambil dari kolam yang ada di belakang rumah, dan pecel sayur bayam.Rendi sangat penasaran dengan tumis bunga pepaya, dia belum pernah melihat bunga yang di jadikan hidangan."Kak, ini bunga apa? kenapa kita makan bunga? ini bunga melati ya?" semua orang tertawa mendengar pertanyaan polos Rendi kecuali Abisatya yang hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum ringan."Ini bunga pepaya, biasanya kita masak dengan cara di tumis. Bukan bunga melati, mana mungkin Kakak berani makan bunga melati nanti malah di samperin mbk kunti" jelas Melati sambil bercanda, sayangnya Rendi malah ta
Di sore hari Rendi pergi ke lapangan untuk bermain dengan anak - anak lainnya sesuai dengan janji mereka siang tadi. Awalnya Melati dan Abisatya akan menemani pergi bermain, tapi Rendi menolak karena dia beralasan sudah tau jalannya. Melati dan Abisatya akhirnya mengizinkan Rendi pergi bermain sendiri.Setelah Rendi pergi bermain, Abisatya melanjutkan kerjaannya di dalam kamar. Sedangkan Melati menyapu dan menyirami halaman depan. Bapak sejak siang tadi sudah pergi ke masjid untuk persiapan Idul Adha besok, sedangkan Mamak malah asik bergosip di rumah tetangga. Padahal anaknya sedang ada di rumah tapi Mamak malah lebih memilih bergosip dengan tetangga.Cuaca hari ini yang cukup panas membuat Abisatya kepanasan di dalam kamar walaupun sudah ada kipas angin. Akhirnya Abisatya pergi ke teras untuk melanjutkan pekerjaannya.Saat Abisatya berada di pintu, dia melihat Melati yang sedang menyapu halaman. Kemudian Abisatya duduk di kursi dan melanjutkan pekerjaannya, sesekali Abisatya melihat
Setelah sholat Isya semua orang bersiap untuk ikut takbir keliling kecuali Bapak yang masih mengurus persiapan kurban untuk besok di Masjid. Mereka bertiga berjalan bersama menuju Masjid dengan membawa obor yang belum menyala, di sepanjang jalan banyak orang yang pergi menuju masjid untuk mengikuti acara takbir keliling."Banyak sekali orang yang mau ikut takbir keliling" seru Rendi dengan takjub melihat banyak orang di masjid."Tentu saja banyak orang, malam takbir pasti ramai. Memang Rendi belum pernah melihat takbir keliling?" Tanya Melati."Biasanya cuma kedengaran suara takbir dari masjid saja" jawab Rendi."Nah, sekarang Rendi bisa merasakan suasana malam takbiran yang meriah" Rendi mengangguk bahagia.Mereka kemudian menghampiri Bapak yang sedang membantu beberapa orang untuk menyalakan obor."Kakek" sapa Rendi."Rendi sudah datang, sini Kakek bantu menyalakan obornya" Bapak kemudian memgambil obor di tangan Rendi dan mendekatkan ke obor miliknya yang sudah menyala."Ini hati -